Cerita ini bukan cerita komedi. Saya bukanlah seorang komedian. Meski ada beberapa bagian yang mungkin membuat kalian tertawa, melucu bukan termasuk salah satu tujuan utama cerita ini. Really. Saya hanya mencoba menulis sebuah cerita tentang kehidupan masa SMA yang kata orang adalah masa-masa yang paling indah dan berkesan. Ketika saya menulis cerita ini, saya sudah bukan pelajar SMA lagi. Saya sudah drop out secara resmi dari instansi yang bagi saya lebih mirip sebuah penjara itu.

SMA adalah masa perlawanan bagi saya. Terlalu banyak kata santai akan membunuh masa depanmu lebih dini di masa ini. masa—masa SMA adalah masa yang paling rentan. Godaan datang silih berganti. Kenikmatan badaniah diumbar sebagai sebuah hal yang modern, gaul, dan keren. Tawuran dibilang jantan, pacaran dibilang gaul, mabuk disangka budaya maju, baju mini dikata modis, tapi alih-alih orang taat beragama malah disangka sok suci, munafik, sok alim, etc. Kontradiktif (semoga kalian tidak termasuk golongan ini).

Padahal kalau kita mau berpikir jernih, ada begitu banyak sisi positif yang bisa kita ambil di masa SMA. Masa-masa yang akan benar-benar mengajari kita akan indahnya persahabatan, nikmatnya belajar, dan kemenangan bertempur dengan diri sendiri serta menemukan arti cinta sejati.

Saya bukan orang yang terlalu berpengalaman di bidang tulis-menulis. saya hanya ingin bercerita di sini. Niat saya bercerita, dengan harapan semoga dengan cerita ini, ada nilai-nilai dan pesan-pesan positif yang bisa kalian dapatkan dan terapkan dalam kehidupan. Ibarat virus yang akan ditularkan pada khalayak bahwa dunia ini masih menyimpan begitu banyak sisi kebaikan di dalamnya. Tidak seperti yang dipertontonkan oleh media massa belakangan ini, hingga membuat otak manusia tercuci ulang menjadikannya manusia-manusia robot yang tak bernurani.

Seragam putih abu-abu menandai ragam hitam dan putih anak SMA yang saling berbaur. Selalu ada perubahan yang terjadi saat kalian mulai menginjak masa SMA. Saya sendiri mengalaminya. Perubahan negatif maupun positif, semua bisa saja terjadi kala SMA.

Cerita di bawah ini adalah cerita tentang ‘aku,’ seorang pelajar SMA yang berusaha menemukan arti dan makna kehidupan di tengah sistem birokrasi dan pergaulan remaja yang absdurd dari sisi tergelap dan terkelam. Kalian boleh percaya atau tdak percaya dengan apa yang saya tulis. Jangan ada yang protes. Sekali lagi, di sini saya hanya ingin bercerita, bukan menggurui, bukan menceramahi, bukan mencaci maki, bukan mendiskreditkan, tapi hanya sekedar berbagi cerita. Happy reading buat para kaskuser semuanya yang kebetulan nyasar di thread ini...