- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Putroe Neng, "Legenda Puteri Bersuami 100"
TS
TriipLesix
Putroe Neng, "Legenda Puteri Bersuami 100"
maaf kalo
Menikahi Putroe Neng yang cantik jelita
merupakan sebuah kebanggaan bagi banyak
lelaki bangsawan. Kebanggaan itu sering
dilampiaskan dalam kalimat, “ Nanti malam
aku akan tidur dengan Putroe Neng... ”.
Namun, hampir tidak ada lelaki yang
berhasil mengatakan, “ Tadi malam aku tidur
dengan Putroe Neng...! ”. Malam pertama
selalu menjadi malam terakhir bagi 99 lelaki
yang menjadi suami Putroe Neng.
Nian Nio Lian Khie begitulah nama
aslinya, Seorang komandan perang
wanita berpangkat Jenderal dari china
budha, Seorang perempuan yang
dikalahkan oleh pasukan meurah johan
seorang ulama yang berasal dari kerajaan
pereulak yang pada saat itu mereka
berada di indra purba yang bercocok
tanam di daerah maprai (sibreh sekarang)
dan mereka membuka kebun lada dan
merica pada saat itu setelah dikalahkan,
jenderal Nian Nio Lian Khie memeluk
islam dan namanya diberi gelar yaitu
sebagai PUTROE NENG.
Kekalahan dalam peperangan di Kuta
Lingke telah mengubah sejarah hidup
Putroe Neng, perempuan cantik dari
Negeri Tiongkok. Dari seorang maharani
yang ingin menyatukan sejumlah
kerajaan di Pulau Ruja (Sumatera), ia
malah menjadi permaisuri dalam sebuah
pernikahan politis.
Pendiri Kerajaan
Darud Donya Aceh Darussalam, Sultan
Meurah Johan, menjadi suami pertama
Putroe Neng yang kemudian juga
menjadi lelaki pertama yang meninggal
di malam pertama.
Tubuh Sultan Meurah
Johan ditemukan membiru setelah
melewati percintaan malam pertama
yang selesai dalam waktu begitu cepat.
Sebagian masyarakat Aceh mendengar
kisah Putroe Neng dari penuturan orang
tua. Konon Putroe Neng memiliki 100
suami dari kalangan bangsawan Aceh.
Setiap suami meninggal pada malam
pertama ketika mereka bercinta, karena
alat kewanitaan Putroe Neng
mengandung racun. Kematian demi
kematian tidak menyurutkan niat para
lelaki untuk memperistri perempuan itu.
Padahal, tidak mudah bagi Putroe Neng
untuk menerima pinangan setiap lelaki.
Ia memberikan syarat berat seperti
mahar yang tinggi atau pembagian
wilayah kekuasaan (Ali Akbar, 1990).
Suami terakhir Putroe Neng adalah
Syekh Syiah Hudam yang selamat
melewati malam pertama dan malam-
malam berikutnya. Ia adalah suami
ke-100 dari perempuan cantik bermata
sipit tersebut. Sebelum bercinta dengan
Putroe Neng, Syiah Hudam berhasil
mengeluarkan bisa dari alat genital
Putroe Neng. Racun tersebut dimasukkan
ke dalam bambu dan dipotong menjadi
dua bagian. "Satu bagian dibuang ke laut,
dan bagian lainnya dibuang ke gunung,"
tutur penjaga makam Putroe Neng, Cut
Hasan.
Konon, Syiah Hudam memiliki mantra
penawar racun sehingga ia bisa selamat.
Setelah racun tersebut keluar, cahaya
kecantikan Putroe Neng meredup.
Sampai kematiannya, dia tidak
mempunyai keturunan. Sulit mencari
referensi tentang Putroe Neng. Sejumlah
buku menyebutkan dia bernama asli Nian
Nio Liang Khie, seorang laksamana dari
China yang datang ke Sumatera untuk
menguasai sejumlah kerajaan. Bersama
pasukannya, ia berhasil menguasai tiga
kerajaan kecil; Indra Patra, Indra Jaya,
dan Indra Puri yang kini masuk dalam
wilayah Kabupaten Aceh Besar. Beberapa
benteng bekas ketiga kerajaan tersebut
masih ada di Aceh Besar sampai
sekarang.
Namun, Laksamana Nian Nio kalah
ketika hendak menaklukkan Kerajaan
Indra Purba yang meminta bantuan
kepada Kerajaan Peureulak. Bantuan
yang diberikan Kerajaan Peureulak
adalah pengiriman tentara yang
tergabung dalam Laskar Syiah Hudam
pimpinan Syekh Abdullah Kana'an. Jadi,
Syiah Hudam sesungguhnya adalah nama
angkatan perang yang menjadi nama
populer Abdullah Kana'an. Merujuk
sejarah, pengiriman bala bantuan itu
terjadi pada 1180 Masehi.
Bisa disimpulkan pada masa itulah Putroe
Neng hidup, tetapi tak diketahui pasti
kapan meninggal dan bagaimana
sejarahnya sampai makamnya terdapat di
Desa Blang Pulo, Lhokseumawe.
Meski tak bisa menunjukkan makamnya,
di mata Cut Hasan kematian 99 suami
Putroe Neng bukanlah mitos. Ia mengaku
mengalami beberapa hal gaib selama
menjadi penjaga makam. Ia bermimpi
berjumpa dengan Putroe Neng dan dalam
mimpi itu diberikan dua keping emas.
Paginya, Cut Hasan benar-benar
menemukan dua keping emas berbentuk
jajaran genjang dengan ukiran di setiap
sisinya. Satu keping dipinjam seorang
peneliti dan belum dikembalikan.
Sementara satu keping lagi masih
disimpannya sampai sekarang.
Menurut budayawan Aceh, Syamsuddin
Djalil alias Ayah Panton, kisah kematian
99 suami hanya legenda meski nama
Putroe Neng memang ada. Menurutnya,
kematian itu adalah tamsilan bahwa
Putroe Neng sudah membunuh 99 lelaki
dalam peperangan di Aceh.
"Sulit ditelusuri dari mana muncul kisah
tentang kemaluan Putroe Neng
mengandung racun," ujar Syamsuddin
Jalil saat ditemui di rumahnya di Kota
Pantonlabu, Aceh Utara, Selasa (26/4).
Ali Akbar yang banyak menulis buku
sejarah Aceh, juga mengakui kisah
kematian 99 lelaki itu hanyalah legenda.
Makam Putroe Neng yang terletak di
pinggir Jalan Medan-Banda Aceh (trans-
Sumatera), memang sarat dengan kisah
gaib. Misalnya, ada kisah seorang guru
SMA yang meninggal setelah mengambil
foto di makam tersebut. Ada juga yang
mengaku melihat siluet putih dalam foto
tersebut atau foto yang diambil tidak
memperlihatkan gambar apa pun.
Sayangnya, berbagai kisah gaib itu, plus
legenda kematian 99 suami Putroe Neng
pada malam pertama, tidak menjadikan
makam tersebut menjadi lokasi wisata
religi sebagaimana makam Sultan
Malikussaleh di Desa Beuringen
Kecamata Samudera, Aceh Utara.
Pemerintah Kota Lhokseumawe belum
menjadikan makam Putroe Neng sebagai
lokasi kunjungan wisata. Suvenir tentang
Putroe Neng tidak ada sama sekali. Para
pengunjung yang datang ke makamnya
hanya sebatas peneliti dan segelintir
masyarakat yang pernah mendengar
kisah Putroe Neng. Rendahnya
kepedulian terhadap makam Putroe
Neng, bisa terlihat dari kondisi makam
tersebut yang nyaris tak terawat. Di
dalam komplek berukuran sekitar 20 x 20
meter tersebut, terdapat 11 makam,
termasuk milik Putroe Neng tetapi
selebihnya tidak diketahui milik siapa.
Menurut Teungku Taqiyuddin, seorang
peneliti yang getol menggali sejarah
Kerajaan Samudera Pasai, dari tulisan
yang terdapat di batu nisan, diyakini
makam-makam tersebut milik ulama
syiah. Lantas, benarkah makam yang
selama ini diyakini milik Putroe Neng
sahih adanya?
Teungku Taqiyuddin mengaku belum
mendapatkan jawaban sehingga
keyakinan masyarakat tentang kebenaran
makam tersebut belum bisa dipatahkan.
"Siapa tahu dengan banyaknya penelitian
nanti akan terjawab," kata Teungku
Taqiyuddin. Menurutnya, bisa jadi karena
ada makam Putroe Neng di sana,
kemudian berkermbang cerita tentang
kematian 99 suami atau bisa saja kisah
itu sudah melegenda sejak lama. Sekitar
200 meter arah selatan makam Putroe
Neng, terdapat makam suami ke-100,
Syiah Hudam yang terletak di atas bukit
perbukitan. Jalan menuju Makam Syiah
Hudam sangat tersembunyi, sehingga
pengunjung harus bertanya kepada
masyarakat setempat karena tidak ada
penunjuk jalan. Program Visit Aceh 2011
yang digaungkan Pemerintah Aceh
ternyata tidak didukung dengan
perbaikan infrastruktur.
Menikahi Putroe Neng yang cantik jelita
merupakan sebuah kebanggaan bagi banyak
lelaki bangsawan. Kebanggaan itu sering
dilampiaskan dalam kalimat, “ Nanti malam
aku akan tidur dengan Putroe Neng... ”.
Namun, hampir tidak ada lelaki yang
berhasil mengatakan, “ Tadi malam aku tidur
dengan Putroe Neng...! ”. Malam pertama
selalu menjadi malam terakhir bagi 99 lelaki
yang menjadi suami Putroe Neng.
Nian Nio Lian Khie begitulah nama
aslinya, Seorang komandan perang
wanita berpangkat Jenderal dari china
budha, Seorang perempuan yang
dikalahkan oleh pasukan meurah johan
seorang ulama yang berasal dari kerajaan
pereulak yang pada saat itu mereka
berada di indra purba yang bercocok
tanam di daerah maprai (sibreh sekarang)
dan mereka membuka kebun lada dan
merica pada saat itu setelah dikalahkan,
jenderal Nian Nio Lian Khie memeluk
islam dan namanya diberi gelar yaitu
sebagai PUTROE NENG.
Kekalahan dalam peperangan di Kuta
Lingke telah mengubah sejarah hidup
Putroe Neng, perempuan cantik dari
Negeri Tiongkok. Dari seorang maharani
yang ingin menyatukan sejumlah
kerajaan di Pulau Ruja (Sumatera), ia
malah menjadi permaisuri dalam sebuah
pernikahan politis.
Pendiri Kerajaan
Darud Donya Aceh Darussalam, Sultan
Meurah Johan, menjadi suami pertama
Putroe Neng yang kemudian juga
menjadi lelaki pertama yang meninggal
di malam pertama.
Tubuh Sultan Meurah
Johan ditemukan membiru setelah
melewati percintaan malam pertama
yang selesai dalam waktu begitu cepat.
Sebagian masyarakat Aceh mendengar
kisah Putroe Neng dari penuturan orang
tua. Konon Putroe Neng memiliki 100
suami dari kalangan bangsawan Aceh.
Setiap suami meninggal pada malam
pertama ketika mereka bercinta, karena
alat kewanitaan Putroe Neng
mengandung racun. Kematian demi
kematian tidak menyurutkan niat para
lelaki untuk memperistri perempuan itu.
Padahal, tidak mudah bagi Putroe Neng
untuk menerima pinangan setiap lelaki.
Ia memberikan syarat berat seperti
mahar yang tinggi atau pembagian
wilayah kekuasaan (Ali Akbar, 1990).
Suami terakhir Putroe Neng adalah
Syekh Syiah Hudam yang selamat
melewati malam pertama dan malam-
malam berikutnya. Ia adalah suami
ke-100 dari perempuan cantik bermata
sipit tersebut. Sebelum bercinta dengan
Putroe Neng, Syiah Hudam berhasil
mengeluarkan bisa dari alat genital
Putroe Neng. Racun tersebut dimasukkan
ke dalam bambu dan dipotong menjadi
dua bagian. "Satu bagian dibuang ke laut,
dan bagian lainnya dibuang ke gunung,"
tutur penjaga makam Putroe Neng, Cut
Hasan.
Konon, Syiah Hudam memiliki mantra
penawar racun sehingga ia bisa selamat.
Setelah racun tersebut keluar, cahaya
kecantikan Putroe Neng meredup.
Sampai kematiannya, dia tidak
mempunyai keturunan. Sulit mencari
referensi tentang Putroe Neng. Sejumlah
buku menyebutkan dia bernama asli Nian
Nio Liang Khie, seorang laksamana dari
China yang datang ke Sumatera untuk
menguasai sejumlah kerajaan. Bersama
pasukannya, ia berhasil menguasai tiga
kerajaan kecil; Indra Patra, Indra Jaya,
dan Indra Puri yang kini masuk dalam
wilayah Kabupaten Aceh Besar. Beberapa
benteng bekas ketiga kerajaan tersebut
masih ada di Aceh Besar sampai
sekarang.
Namun, Laksamana Nian Nio kalah
ketika hendak menaklukkan Kerajaan
Indra Purba yang meminta bantuan
kepada Kerajaan Peureulak. Bantuan
yang diberikan Kerajaan Peureulak
adalah pengiriman tentara yang
tergabung dalam Laskar Syiah Hudam
pimpinan Syekh Abdullah Kana'an. Jadi,
Syiah Hudam sesungguhnya adalah nama
angkatan perang yang menjadi nama
populer Abdullah Kana'an. Merujuk
sejarah, pengiriman bala bantuan itu
terjadi pada 1180 Masehi.
Bisa disimpulkan pada masa itulah Putroe
Neng hidup, tetapi tak diketahui pasti
kapan meninggal dan bagaimana
sejarahnya sampai makamnya terdapat di
Desa Blang Pulo, Lhokseumawe.
Meski tak bisa menunjukkan makamnya,
di mata Cut Hasan kematian 99 suami
Putroe Neng bukanlah mitos. Ia mengaku
mengalami beberapa hal gaib selama
menjadi penjaga makam. Ia bermimpi
berjumpa dengan Putroe Neng dan dalam
mimpi itu diberikan dua keping emas.
Paginya, Cut Hasan benar-benar
menemukan dua keping emas berbentuk
jajaran genjang dengan ukiran di setiap
sisinya. Satu keping dipinjam seorang
peneliti dan belum dikembalikan.
Sementara satu keping lagi masih
disimpannya sampai sekarang.
Menurut budayawan Aceh, Syamsuddin
Djalil alias Ayah Panton, kisah kematian
99 suami hanya legenda meski nama
Putroe Neng memang ada. Menurutnya,
kematian itu adalah tamsilan bahwa
Putroe Neng sudah membunuh 99 lelaki
dalam peperangan di Aceh.
"Sulit ditelusuri dari mana muncul kisah
tentang kemaluan Putroe Neng
mengandung racun," ujar Syamsuddin
Jalil saat ditemui di rumahnya di Kota
Pantonlabu, Aceh Utara, Selasa (26/4).
Ali Akbar yang banyak menulis buku
sejarah Aceh, juga mengakui kisah
kematian 99 lelaki itu hanyalah legenda.
Makam Putroe Neng yang terletak di
pinggir Jalan Medan-Banda Aceh (trans-
Sumatera), memang sarat dengan kisah
gaib. Misalnya, ada kisah seorang guru
SMA yang meninggal setelah mengambil
foto di makam tersebut. Ada juga yang
mengaku melihat siluet putih dalam foto
tersebut atau foto yang diambil tidak
memperlihatkan gambar apa pun.
Sayangnya, berbagai kisah gaib itu, plus
legenda kematian 99 suami Putroe Neng
pada malam pertama, tidak menjadikan
makam tersebut menjadi lokasi wisata
religi sebagaimana makam Sultan
Malikussaleh di Desa Beuringen
Kecamata Samudera, Aceh Utara.
Pemerintah Kota Lhokseumawe belum
menjadikan makam Putroe Neng sebagai
lokasi kunjungan wisata. Suvenir tentang
Putroe Neng tidak ada sama sekali. Para
pengunjung yang datang ke makamnya
hanya sebatas peneliti dan segelintir
masyarakat yang pernah mendengar
kisah Putroe Neng. Rendahnya
kepedulian terhadap makam Putroe
Neng, bisa terlihat dari kondisi makam
tersebut yang nyaris tak terawat. Di
dalam komplek berukuran sekitar 20 x 20
meter tersebut, terdapat 11 makam,
termasuk milik Putroe Neng tetapi
selebihnya tidak diketahui milik siapa.
Menurut Teungku Taqiyuddin, seorang
peneliti yang getol menggali sejarah
Kerajaan Samudera Pasai, dari tulisan
yang terdapat di batu nisan, diyakini
makam-makam tersebut milik ulama
syiah. Lantas, benarkah makam yang
selama ini diyakini milik Putroe Neng
sahih adanya?
Teungku Taqiyuddin mengaku belum
mendapatkan jawaban sehingga
keyakinan masyarakat tentang kebenaran
makam tersebut belum bisa dipatahkan.
"Siapa tahu dengan banyaknya penelitian
nanti akan terjawab," kata Teungku
Taqiyuddin. Menurutnya, bisa jadi karena
ada makam Putroe Neng di sana,
kemudian berkermbang cerita tentang
kematian 99 suami atau bisa saja kisah
itu sudah melegenda sejak lama. Sekitar
200 meter arah selatan makam Putroe
Neng, terdapat makam suami ke-100,
Syiah Hudam yang terletak di atas bukit
perbukitan. Jalan menuju Makam Syiah
Hudam sangat tersembunyi, sehingga
pengunjung harus bertanya kepada
masyarakat setempat karena tidak ada
penunjuk jalan. Program Visit Aceh 2011
yang digaungkan Pemerintah Aceh
ternyata tidak didukung dengan
perbaikan infrastruktur.
nona212 memberi reputasi
1
3.5K
25
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan