Quote:
Quote:
Jakarta - Suatu hari, Apriana pulang kuliah dari Kebayoran Baru ke arah Ciledug menggunakan Metro Mini 69. Tak disangka, ada dua preman di dalam bus sedang menodong seluruh penumpang. Uniknya, Apriana bisa lolos dari kejahatan mereka. Bagaimana caranya?
Dalam surat elektronik berjudul 'dikira budek' yang dikirim kepada detikcom, mahasiswi ini bercerita ketika itu semua penumpang di dalam bus adalah perempuan. Para preman itu naik di depan Pasar Cipulir.
"Lalu datanglah 2 orang preman Pasar Cipulir, meminta uang kepada kami. Salah satunya bilang seperti ini 'keluarkan uangnya!' semua penumpang menyerahkan uang kepada kecuali saya," kata Apriana, Jumat (13/4/2013).
Kala itu, Apriana tak mendengar secara langsung ucapan para preman karena suasana berisik. Tiga kali diminta, Apriana tak kunjung menyerahkan uang.
"Mungkin karena dikira saya adalah tunarungu, jadi mereka mengurungkan niatnya memalak saya dan langsung turun dari Metro Mini," ceritanya.
Pengalaman lain datang dari Agus Sugiyo yang baru dua kali menginjakkan kaki di Jakarta dari Jember, Jawa Timur. Dia naik bus Mayasari Bakti P 17 dari Stasiun Gambir ke arah Kampung Rambutan. Di dalam bus, rupanya ada komplotan pencopet berjumlah 8 orang. Karena belum tahu situasi angkutan umum di Jakarta, Agus kala itu langsung melawan.
"Saya hardik dan umpat, mereka malah membalas serta menujukkan sebilah sabit, saya didesak untuk turun. Sampai pintu beruntung saya ditarik kernet untuk tidak turun. Akhirnya saya sama sopir bus diantar sampai masuk terminal Rambutan. Kata awak bus kalau waktu itu ikut turun saya mungkin mati dikeroyok," ceritanya.
Perantau lain yang lolos dari aksi preman adalah Indra. Dia baru saja datang dari Medan berdua dengan temannya. Saat itu, mereka naik bus Mayasari Bakti non AC di sekitar UKI Cawang menuju Blok M.
Tak lama, naik 3 orang preman dengan ciri-ciri kurus dan bertato. Salah seorang naik dari pintu belakang, dua lagi dari pintu depan. Lalu, salah seorang dari mereka memepet Indra dari belakang dan dua lainnya mulai mendekat.
"Karena cuaca panas dan belum tahu arah jalan, tanpa sadar saya mengeluh sambil bertanya ke teman dengan logat Medan yang kental. 'Ta**lah. Panas kali pun kurasa! Turun di mana kita?' tanya saya dengan suara yang terdengar mengagetkan banyak penumpang lain," cerita Indra.
Seketika itu pula, wajah preman itu langsung berubah. "Salah satunya langsung bicara, 'Maaf bos'," imbuhnya.
Lalu, ketiganya turun di sekitar Stasiun Tebet.
(mad/nrl)
[URL="http://news.detik..com/read/2013/04/12/155543/2218857/10/?nd772204topnews"]soember chabar[/URL]
"Karena cuaca panas dan belum tahu arah jalan, tanpa sadar saya mengeluh sambil bertanya ke teman dengan logat Medan yang kental.
'Ta**lah. Panas kali pun kurasa! Turun di mana kita?' tanya saya dengan suara yang terdengar mengagetkan banyak penumpang lain," cerita Indra.
Seketika itu pula, wajah preman itu langsung berubah. "Salah satunya langsung bicara,
'Maaf bos'," imbuhnya.
dianggap satoe goeroe satoe ilmoe, tijada maoe matjam2 roepanjah bah ...