TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Setelah menjalani proses pemeriksaan beberapa kali, Wakil Pimpinan Wilayah Bank Rakyat Indonesia Jakarta Selatan (kanwil BRI Jaksel),
Rahman Arif ditetapkan sebagai tersangka kasus penggelapan investasi emas seberat 59 kilogram milik nasabahnya berinisial RD.
Namun RA belum ditahan karena saat ini sedang menjalani perawatan karena menderita sakit jantung.
"Yang bersangkutan masih dirawat,"
kata Kepala Subdit Harta Benda Direktorat Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya, Ajun Komisaris Besar Ricky Hasnul, Jumat (8/3/2013) siang.
Selain Rahman Arif, penyidik juga menetapkan tersangka kepada Staf Keuangan Kanwil BRI Jakarta Selatan, Agus Mardianto, dan Kepala
Bagian Administrasi Kredit, Rotua Anastasya. Keduanya kini meringkuk di rumah tahanan Polda Metro Jaya.
Ricky menjelaskan, pengungkapan kasus penggelapan investasi emas senilai Rp 30 miliar ini bermula ketika RD melaporkan kasus itu ke pihak kepolisian 8 Nopember 2012 lalu. RD menginvestasikan logam mulia seberat 59 kilogram dalam bentuk "safety box".
Kemudian, dia berencana merubah jaminan dari fidusia menjadi gadai sehingga dilakukan pemeriksaan fisik terhadap logam mulia yang diinvestasikan.
Namun, bentuk fisik logam mulia tersebut berubah menjadi palsu. Kunci safety box milik RD juga sudah berada di tangan Rotua Anastasya.
Perubahan fisik emas mulia itu terjadi kurun waktu Juli hingga September 2012.
Atas perbuatannya, ketiganya dijerat pasal 374 KUHP tentang penggelapan dan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan dengan ancaman hukuman penjara maksimal 10 tahun.
Ricky mengungkapkan proses penyelidikan masih berlanjut, rencananya penyidik akan memeriksa beberapa saksi lain yang namanya sempat disebutkan para tersangka, termasuk Kepala Kanwil BRI Jakarta Selatan. (Dedy)

sumber :Tribunews