Jakarta - 12 pelajar SMA Indonesia terpilih siap presentasikan penemuannya pada kegiatan International Conference of Young Scientist (ICYS) 2013. Acara tersebut digelar pada 15-22 April mendatang di Bali.

Para ilmuwan muda itu tidak sendiri tapi akan bergabung bersama 182 pelajar lain dari berbagai belahan dunia. Kegiatan bertajuk itu bertujuan membangun minat untuk meneliti di kalangan kaum muda yang jumlahnya masih sangat minim.

Koordinator Peneliti Belia Surya Institute Syailendra Harahap dalam konferensi pers ICYS 2013 mengatakan ICYS ini konferensi dalam bentuk lomba.

"Sejak awal 1994, kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan minat peneliti belia karena saat itu di Eropa sedang krisis kaum muda yang memiliki minat terhadap sains," katanya di Grand Indonesia, Jakarta, Kamis (11/4).

Pendiri Surya Institute sekaligus Rektor Surya Institute Yohanes Surya mengatakan, dengan acara ini diharapkan ICYS membangkitkan iklim penelitian dalam diri generasi muda Indonesia.

Karakter unggul yang bisa didapatkan dalam proses meneliti, antara lain, adalah sikap jujur terhadap fakta, terbuka dengan pendapat orang lain, mampu melihat persoalan nyata sekaligus melihat peluang lebih jauh, serta kreatif memecahkan persoalan.

"Namun tingkat kepedulian masyarakat Indonesia terhadap hak kekayaan intelektual (HKI), yakni paten masih sangat minim.Jumlahnya sangat menyedihkan. Bahkan dibandingkan Malaysia. Oleh karena itu, perlu dibangkitkan semangat riset dengan kompetisi. Caranya lewat kompetisi bergengsi ini," terang Yohanes.

Dijelaskan, pemilihan kaum muda sebagai sasaran untuk menumbuhkan minat bukan tanpa alasan. Dia menyatakan, kaum muda memiliki daya kreativitas yang tinggi.

"Anak indonesia kalau dikasih kesempatan itu bisa berhasil. Anak-anak dan remaja punya ide jauh lebih kreatif dibandingkan oranag-orang tua. Usia 20-35 merupakan usia produktif untuk menjadi peneliti," ungkap Surya.

President of Local Organizing Committee ICYS 2013 Monika Raharti mengungkapkan, para pelajar maupun ilmuwan unggul tidak hanya berada di Jakarta. Melalui seleksi ICYS 2013, dia menyadari banyak penemuan atau penelitian menarik di berbagai daerah.

"Penelitian itu tidak akan terdengar tanpa adanya kompetisi. Kalau hanya di level kelompok ilmiah remaja (KIR) dan sekolah, hasil penelitian tidak akan ke mana-mana. Makanya, ada kompetisi ini sebagai wadah," urai Monika.