- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- Lounge Pictures
CALON KAPOLRI YANG BARU, SEMOGA MEMBERI BANYAK PERUBAHAN


TS
snowmanatsu
CALON KAPOLRI YANG BARU, SEMOGA MEMBERI BANYAK PERUBAHAN
1. Komjen Budi Gunawan
Kalemdikpol Komjen Budi Gunawan salah satu nama yang diperhitungkan untuk jadi Kapolri. Mantan ajudan Megawati ini Akpol '83. Dia pernah menjadi Kadiv Propam dan juga Kapolda Bali.
Budi memang jarang muncul, mungkin publik juga tidak ngeh dengan sosoknya. Satu kasus yang sempat dikait-kaitkan dengan dirinya yakni kasus rekening gendut.
Nama dia sempat diberitakan sejumlah media. Budi sudah membantah terlibat kasus rekening ajaib jenderal polisi itu. Lagipula, kemudian Mabes Polri sudah menutup pengusutan kasus rekening ini.
Bagaimana kans dia untuk jadi Kapolri? Budi punya peluang. Dari segi karier dan pangkat tak ada persoalan. Budi sudah pernah menjadi Kapolda Jambi dan Bali. Tapi ya itu tadi, untuk jadi Kapolri bukan sebatas karier dan pangkat saja.
Kapolri sepenuhnya ada di tangan presiden. Nantinya, nama itu akan diajukan ke DPR. Mungkin, dengan pengalamannya sebagai seorang ajudan presiden tak akan ada rintangan bagi Budi di DPR. Tinggal kita tunggu saja, siapa yang akan diajukan Istana.
2. Komjen Anang Iskandar
Publik mengenal Anang Iskandar saat dia menjabat sebagai Kadiv Humas Mabes Polri. Anang amat kooperatif dengan wartawan. Sebagai humas, Anang mudah diminta konfirmasi.
Sebelumnya Anang sempat menjadi Kapolda Jambi. Tapi namanya tak begitu terdengar. Anang pernah menduduki jabatan Gubernur Akpol, dia menggantikan Irjen Djoko Susilo yang terseret kasus Korlantas.
Bintang Anang terus menanjak. Akhir Desember 2012, dia menduduki jabatan sebagai Kepala BNN menggantikan Komjen Gories Mere yang pensiun. Anang pun sempat menggebrak lewat kasus yang mencuri perhatian publik. Kasus Raffi Ahmad.
Tim BNN menggerebek rumah Raffi, didapatkan ganja dua linting dan pil katinona yang belakangan digolongkan sebagai narkoba. Kritik sempat datang ke Anang, soal barang bukti yang terlalu sedikit. Pada akhirnya, Raffi pun hanya sebatas direhablitisi.
Kasus Raffi itu mungkin tertutup dengan kesuksesan mengungkap kasus 'konglomerat' narkoba jaringan Aceh. Tim BNN berhasil menangkap bos narkoba dan menyita mal, rumah, serta mobil mewah.
Lalu bagaimana dengan kans Anang yang kini berusia 55 tahun untuk jadi Kapolri? Selain Sutarman, mungkin Anang salah satu calon kuat. Apalagi jejak kepala BNN sebagai Kapolri pernah terjadi. Jenderal (Purn) Sutanto pernah menduduki jabatan Kapolri, setelah sebelumnya menjabat Kepala BNN.
Tapi ya itu tadi, Kapolri sepenuhnya diusulkan presiden. Tinggal kita lihat, apakah Anang akan menjadi pilihan presiden.
3. Komjen Sutarman
Komjen Sutarman saat ini menjabat sebagai Kepala Badan Reserse dan Kriminal (Bareskrim) Polri. Tampuk kepemimpinan tersebut mulai disandangnya Juli 2011 mengantikan Kabaresrim saat itu, Komjen Ito Sumardi yang habis masa baktinya di kepolisian.
Jenderal kelahiran Sukoharjo, Jawa Tengah (Jateng), 5 Oktober 1957, ini pernah menempati posisi Kapolda, seperti di Kepri, Jabar, dan Metro Jaya. Dua polda terakhir adalah tipe A yang levelnya bisa disebut nomor satu. Di massa Presiden Abdurraham Wahid, Sutarman dipercaya menjadi ajudan presiden, mulai tahun 2000-2003.
Sejumlah kasus saat dia menjabat Kapolda pernah dituntaskan. Salah satu kasus yang menonjol saat dirinya menjabat di Polda Metro Jaya adalah kasus bom buku di Utan Kayu dengan pelaku Pepi Cs. Tapi beberapa kasus memang belum terpecahkan, misalnya saja pelemparan molotov ke kantor Tempo dan penganiayaan aktivis ICW Tama S Langkun.
Di wilayah Jabar, lulusan Akpol 1981 bertubuh kekar ini tuntas membereskan kasus perusakan mini market di Cirebon yang dilakukan kelompok Syarief Cs. Syarief tak lain merupakan pelaku bom bunuh diri di Polresta Cirebon.
Dari segi karier, perjalanannya hampir sama dengan Timur. Sutarman pernah menggantikan dua kali Jenderal Timur yang kini menjadi Kapolri, yaitu sebagai Kapolda Jabar dan Kapolda Metro Jaya.
Sedikit yang 'mengganggu' soal Sutarman, saat penggeledahan KPK di Korlantas dia orang nomor satu yang maju bernegosiasi dengan KPK. Sutarman sempat ngotot ingin menangani kasus Korlantas, walau akhirnya Presiden SBY memerintahkan kasus ditangani KPK. Rekam jejak Sutarman untuk pemberantasan korupsi perlu lebih dibuktikan, khususnya menghadapi internal.
Bagaimana kans Sutarman untuk jadi Kapolri? Menilik dari karier dan jabatannya, Sutarman amat berpeluang. Isu di tubuh Polri dan kalangan DPR saja banyak yang menyebut nama dia. Sutarman disebut memiliki ketegasan. Tapi, semua pilihan ada di tangan Presiden SBY.
1. Komjen Oegroseno
Quote:
Kalemdikpol Komjen Budi Gunawan salah satu nama yang diperhitungkan untuk jadi Kapolri. Mantan ajudan Megawati ini Akpol '83. Dia pernah menjadi Kadiv Propam dan juga Kapolda Bali.
Budi memang jarang muncul, mungkin publik juga tidak ngeh dengan sosoknya. Satu kasus yang sempat dikait-kaitkan dengan dirinya yakni kasus rekening gendut.
Nama dia sempat diberitakan sejumlah media. Budi sudah membantah terlibat kasus rekening ajaib jenderal polisi itu. Lagipula, kemudian Mabes Polri sudah menutup pengusutan kasus rekening ini.
Bagaimana kans dia untuk jadi Kapolri? Budi punya peluang. Dari segi karier dan pangkat tak ada persoalan. Budi sudah pernah menjadi Kapolda Jambi dan Bali. Tapi ya itu tadi, untuk jadi Kapolri bukan sebatas karier dan pangkat saja.
Kapolri sepenuhnya ada di tangan presiden. Nantinya, nama itu akan diajukan ke DPR. Mungkin, dengan pengalamannya sebagai seorang ajudan presiden tak akan ada rintangan bagi Budi di DPR. Tinggal kita tunggu saja, siapa yang akan diajukan Istana.
2. Komjen Anang Iskandar
Quote:
Publik mengenal Anang Iskandar saat dia menjabat sebagai Kadiv Humas Mabes Polri. Anang amat kooperatif dengan wartawan. Sebagai humas, Anang mudah diminta konfirmasi.
Sebelumnya Anang sempat menjadi Kapolda Jambi. Tapi namanya tak begitu terdengar. Anang pernah menduduki jabatan Gubernur Akpol, dia menggantikan Irjen Djoko Susilo yang terseret kasus Korlantas.
Bintang Anang terus menanjak. Akhir Desember 2012, dia menduduki jabatan sebagai Kepala BNN menggantikan Komjen Gories Mere yang pensiun. Anang pun sempat menggebrak lewat kasus yang mencuri perhatian publik. Kasus Raffi Ahmad.
Tim BNN menggerebek rumah Raffi, didapatkan ganja dua linting dan pil katinona yang belakangan digolongkan sebagai narkoba. Kritik sempat datang ke Anang, soal barang bukti yang terlalu sedikit. Pada akhirnya, Raffi pun hanya sebatas direhablitisi.
Kasus Raffi itu mungkin tertutup dengan kesuksesan mengungkap kasus 'konglomerat' narkoba jaringan Aceh. Tim BNN berhasil menangkap bos narkoba dan menyita mal, rumah, serta mobil mewah.
Lalu bagaimana dengan kans Anang yang kini berusia 55 tahun untuk jadi Kapolri? Selain Sutarman, mungkin Anang salah satu calon kuat. Apalagi jejak kepala BNN sebagai Kapolri pernah terjadi. Jenderal (Purn) Sutanto pernah menduduki jabatan Kapolri, setelah sebelumnya menjabat Kepala BNN.
Tapi ya itu tadi, Kapolri sepenuhnya diusulkan presiden. Tinggal kita lihat, apakah Anang akan menjadi pilihan presiden.
3. Komjen Sutarman
Quote:
Komjen Sutarman saat ini menjabat sebagai Kepala Badan Reserse dan Kriminal (Bareskrim) Polri. Tampuk kepemimpinan tersebut mulai disandangnya Juli 2011 mengantikan Kabaresrim saat itu, Komjen Ito Sumardi yang habis masa baktinya di kepolisian.
Jenderal kelahiran Sukoharjo, Jawa Tengah (Jateng), 5 Oktober 1957, ini pernah menempati posisi Kapolda, seperti di Kepri, Jabar, dan Metro Jaya. Dua polda terakhir adalah tipe A yang levelnya bisa disebut nomor satu. Di massa Presiden Abdurraham Wahid, Sutarman dipercaya menjadi ajudan presiden, mulai tahun 2000-2003.
Sejumlah kasus saat dia menjabat Kapolda pernah dituntaskan. Salah satu kasus yang menonjol saat dirinya menjabat di Polda Metro Jaya adalah kasus bom buku di Utan Kayu dengan pelaku Pepi Cs. Tapi beberapa kasus memang belum terpecahkan, misalnya saja pelemparan molotov ke kantor Tempo dan penganiayaan aktivis ICW Tama S Langkun.
Di wilayah Jabar, lulusan Akpol 1981 bertubuh kekar ini tuntas membereskan kasus perusakan mini market di Cirebon yang dilakukan kelompok Syarief Cs. Syarief tak lain merupakan pelaku bom bunuh diri di Polresta Cirebon.
Dari segi karier, perjalanannya hampir sama dengan Timur. Sutarman pernah menggantikan dua kali Jenderal Timur yang kini menjadi Kapolri, yaitu sebagai Kapolda Jabar dan Kapolda Metro Jaya.
Sedikit yang 'mengganggu' soal Sutarman, saat penggeledahan KPK di Korlantas dia orang nomor satu yang maju bernegosiasi dengan KPK. Sutarman sempat ngotot ingin menangani kasus Korlantas, walau akhirnya Presiden SBY memerintahkan kasus ditangani KPK. Rekam jejak Sutarman untuk pemberantasan korupsi perlu lebih dibuktikan, khususnya menghadapi internal.
Bagaimana kans Sutarman untuk jadi Kapolri? Menilik dari karier dan jabatannya, Sutarman amat berpeluang. Isu di tubuh Polri dan kalangan DPR saja banyak yang menyebut nama dia. Sutarman disebut memiliki ketegasan. Tapi, semua pilihan ada di tangan Presiden SBY.
1. Komjen Oegroseno
Quote:
Akpol lulusan 1978 ini kini menjabat sebagai Kepala Badan Pemelihara Keamanan (Kabaharkam) Polri. Badan yang dipimpinnya membawahi sekolah-sekolah kedinasan di lingkungan kepolisian.
Jenderal kelahiran 17 Februari 1956 ini pernah memimpin kepolisian daerah yang sangat diperhitungkan, diantaranya di Polda Sulawesi Tengah (Sulteng) dan Sumatera Utara (Sumut).
Ada sedikit cerita soal masa tugas Oegroseno di Sulteng. Di daerah yang pernah dilandan konflik itu, Oegroseno pernah disebut-sebut menolak eksekusi terhadap Tibo Cs. Alasan keamanan menjadi landasan. Tapi saat itu, eksekusi tetap dilakukan.
Sementara di Sumut, dia dihadapkan persoalan kelompok teror Fadli Sadama yang beraksi di wilayahnya. Dua aksi teror besar kelompok Fadli, yaitu perampokan Bank CIMB di siang bolong dan penyerangan Polsek Hamparan Perak. Oegroseno sukses melewati ujian menghadapi kelompok teror ini.
Dalam penanganan kasus ini pun sempat muncul isu adanya perseteruan dia dengan kalangan Densus. Tapi seiring waktu, isu itu menguap, kasus teror pun terselesaikan.
Usai tugas di Sumut, Oegro yang ayahya juga berkarier di polisi ini, dimandatkan memegang komando di Divisi Propam. Barulah ketika Kapolri menurunkan 'bintang'nya, Oegro didaulat memegang kendali Kepala Lemdikpol dengan pangkat bintang tiga.
Oegroseno juga juga sempat mencuri perhatian di media sosial. Dia pernah punya akun twitter. Dia menyapa publik Sumut, saat itu dia memang menjadi Kapolda di sana.
Tapi entah mengapa, tiba-tiba akun itu digembok, tak semua bisa melihat kicauannya. Padahal followersnya sudah puluhan ribu. Amat jarang sekali pejabat publik, apalagi polisi yang berani 'bertarung' di media sosial. Kini akun itu pun sepi, tak terdengar lagi kicauan Oegro.
Kemudian bagaimana kans Oegro untuk jadi Kapolri? Dengan usia 57 tahun memang kecil kemungkinan 'anak kolong' ini menempati kursi Kapolri. Sesuai UU 2 tahun 2002 tentang Polri, calon Kapolri haruslah mereka yang memiliki sisa dinas 2 tahun. Tapi semua bisa saja terjadi
Jenderal kelahiran 17 Februari 1956 ini pernah memimpin kepolisian daerah yang sangat diperhitungkan, diantaranya di Polda Sulawesi Tengah (Sulteng) dan Sumatera Utara (Sumut).
Ada sedikit cerita soal masa tugas Oegroseno di Sulteng. Di daerah yang pernah dilandan konflik itu, Oegroseno pernah disebut-sebut menolak eksekusi terhadap Tibo Cs. Alasan keamanan menjadi landasan. Tapi saat itu, eksekusi tetap dilakukan.
Sementara di Sumut, dia dihadapkan persoalan kelompok teror Fadli Sadama yang beraksi di wilayahnya. Dua aksi teror besar kelompok Fadli, yaitu perampokan Bank CIMB di siang bolong dan penyerangan Polsek Hamparan Perak. Oegroseno sukses melewati ujian menghadapi kelompok teror ini.
Dalam penanganan kasus ini pun sempat muncul isu adanya perseteruan dia dengan kalangan Densus. Tapi seiring waktu, isu itu menguap, kasus teror pun terselesaikan.
Usai tugas di Sumut, Oegro yang ayahya juga berkarier di polisi ini, dimandatkan memegang komando di Divisi Propam. Barulah ketika Kapolri menurunkan 'bintang'nya, Oegro didaulat memegang kendali Kepala Lemdikpol dengan pangkat bintang tiga.
Oegroseno juga juga sempat mencuri perhatian di media sosial. Dia pernah punya akun twitter. Dia menyapa publik Sumut, saat itu dia memang menjadi Kapolda di sana.
Tapi entah mengapa, tiba-tiba akun itu digembok, tak semua bisa melihat kicauannya. Padahal followersnya sudah puluhan ribu. Amat jarang sekali pejabat publik, apalagi polisi yang berani 'bertarung' di media sosial. Kini akun itu pun sepi, tak terdengar lagi kicauan Oegro.
Kemudian bagaimana kans Oegro untuk jadi Kapolri? Dengan usia 57 tahun memang kecil kemungkinan 'anak kolong' ini menempati kursi Kapolri. Sesuai UU 2 tahun 2002 tentang Polri, calon Kapolri haruslah mereka yang memiliki sisa dinas 2 tahun. Tapi semua bisa saja terjadi
0
1.7K
Kutip
6
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan