

TS
i.netbusi
Military Fiction:INDONESIA MEMBARA
Quote:
DISCLAIMER
ini adalah copy repost dari trit agan K4K03N6
author asli:
old kaskus:http://old.kaskus.co.id/member.php?u=1153038
new kaskus: http://www.kaskus.co.id/profile/view...hreads/1153038
trit asli: http://old.kaskus.co.id/showthread.php?t=2608962
dan saya adalah salah satu penggemarnya karya2 beliau yang merasa sangat sayang kalau karya yang masih belum terselesaikan ini tenggelam di belantara kaskus. pun merasa sayang kalau karya yang hebat cetar membahana ini tidak dinikmati oleh para kaskuser lainnya.
harapan saya dengan repost di NEW kaskus, karya ini bisa dinikmati kembali oleh lebih banyak kaskuser dan RASAIN lo... merasakan sakawwww karya2 agan K4K03N6

terlebih dari itu, semoga agan K4K03N6 sdh terbebas dari sindrom Malezianya dan bisa melanjutkan karya luarbiasa ini sekaligus mengobati sakaw para penggemarnya.
trims... all
NB: segala penghargaan, cendol, apresiasi, tawaran pengembangan, dll silahkan langsung diberikan ke author asli, BUKAN KE TS
selamat menikmati copas-repost Indonesia Membara karya agan K4K03N6

Quote:
Indonesia membara
Ykh para pinisepuh Formil..Brader Blue_Danube, dsofandi, garandman, terra dll....Sy Pyur Nyu Bi yang ingin mengerti dunia kemiliteran..mohon pencerahan untuk detail via PM...Matur Tengkyu dan mohon dirate sewajarnya
INDONESIA MEMBARA (1)
Jakarta, Istana Merdeka pukul 22.00..
Jenderal TNI Andi Zulkarnain yang tengah duduk dengan wajah tegang menoleh ketika pintu besar berukir di depannya tersebut terbuka. Jenderal dari Angkatan Darat ini seketika berdiri tegak dengan sikap menghormat ketika seorang laki-laki bertubuh tegap dalam balutan piyama tidur keluar dari pintu besar yang terbuka tersebut. Lelaki berpiyama tersebut dikawal dua lelaki muda bertubuh tak kalah tegap.
"Tinggalkan saya dengan Jenderal Andi" ujar lelaki berpiyama kepada dua lelaki yang mengikutinya.
"Siap Pak!"jawab kedua lelaki tegap tersebut dalam sikap hoormat yang sempurna lantas membalikkan tubuh mereka.
"Sudah lama Jenderal?"sapa laki-laki berpiyama tersebut sambil tersenyum sesaat setelah kedua lelaki yang semula mengiringinya hilang di balik pintu.
"Belum Pak"
"Oh ya?…silakan duduk kembali"
Laki-laki berpiyama tersebut adalah seorang lelaki berusia separuh baya dengan wajah bersih penuh wibawa.
"Bagaimana perkembangannya?"
"Siap pak!..satu target lolos tapi posisi sudah diketahui dan sekarang telah dikirim anak-anak satuan 81 untuk mengambilnya"
"Ke mana?"
"Ke Timor Leste Pak!"
"Hmmm…Timor Leste….hati-hati aja.. jaga jangan sampai tercium negera para bule buangan di selatan…urusannya bisa panjang….Yudha yang dikirim?"
"Siap pak!!..Kapten Yudha Prawira yang memimpin tim tersebut"
Laki-laki berpiyama yang tampak dihormati oleh Jenderal Andi Zulkarnaen mengangguk-angguk. Agaknya nama Kapten Yudha Prawira yang disebut Jenderal Andi membuatnya puas.
Beberapa saat ruangan dalam Istana Merdeka tersebut menjadi hening.
"Hmm…pergerakan mereka bila terdeteksi Washington bisa berabe….harus di close secepatnya….bagaimana satelite BIN yang kita luncurkan bersama Palapa kita minggu lalu?..." tanya lelaki berpiyama tersebut memecah keheningan.
"Sedang diujicobakan Pak..tapi BPPT telah menambah resolusi hingga dapat memanatu 0,5 meter persegi"
"Bagus kalau begitu! Saya rasa saya harus ke Pejaten sekarang"
Jenderal Andi mengangkat wajahnya dengan mulut ternganga mendengarnya. Keraguan sangat jelas terbersit di wajah jenderal berusia di awal 50 tahun ini. Jenderal asal Makassar ini tidak menyangka kalau laki-laki di depannya yang juga orang nomor satu di negara ini akan memutuskan hal yang tidak disangkanya.
"Tapi..Pak Presiden…"
"Tidak usah pakai tapi……segera laksanakan….pakai pengamanan tertutup…koordinasikan dengan Jenderal Nasution sekarang" ujar Presiden Agung Wibowo.
"Siap Pak!"
Jenderal Andi Zulkarnaen mengenal Jenderal Nasution yang dimaksud sang Presiden adalah Brigadir Jenderal Rasyid Nasution, Komandan Pasukan Pengaman Presiden.
"Saya segera bersiap dan terus kontak dengan anak-anak di lapangan"
"Siap pak!"jawab Jenderal Andi dengan sikap sempurna.
Jenderal berbintang empat ini menggelengkan kepala berulang kali setelah Presiden yang baru berusia 45 tahun tersebut berdiri kemudian melangkah ke pintu besar dan menghilang di balik pintu besar tersebut.
Ribuan kilometer dari Istana Merdeka..
Deru rotor Helikopter Super Puma II buatan PT DI memecah kesunyian malam di atas pulau Timor. Helikopter yang dicat warna gelap tersebut terbang begitu rendah di atas pepohonan bahkan ketika melewati padang perdu, dengan lincah helikopter tersebut meliuk di atas pucuk-pucuk padang perdu. Sebuah pemandangan akrobatik yang luar biasa bagi yang melihatnya. Sebuah helikopter cukup tambun terbang begitu rendah kemudian meliuk mengikuti kontur tanah denan ketinggian terbang yang sangat rendah.
Di dalam ruang kabin helikopter tersebut, 8 laki-laki berseragam hitam-hitam tampak duduk dengan sikap waspada sambil menggenggam senjata laras panjang di tangan masing-masing. Pada lengan baju yang mereka kenakan terdapat emblem letter G dan lambang Kopassus yang angker.
"Check semua perlengkapan..5 menit lagi kita sampai pada tempat pendaratan kita"ujar salah seorang dari mereka dengan suara tegas.
"Siap Komandan!!"jawab ketujuh laki-laki lainnya dengan serempak seraya mengecheck perlatan yang mereka bawa.
Kapten Yudha Prawira segera melumasi mukanya dengan jelaga khusus kamufalse paduan hitam dan hijau gelap yang diikuti oleh tujuh anak buahnya. Senapan Serbu SS2 V5i buatan Pindad ada dalam genggaman masing-masing kecuali Letnan Eka yang menenteng SPR3i 7,62 mm serta Letnan Danu yang membawa sebuah senapan mesin ringan SM3 V2i Selain itu, Kapten Yudha Prawira membawa sepucuk pistol P2 V3i warna hitam yang terselip di pinggangnya. Berbagai peralatan tempur dan tersimpan dalam sebuah ransel di punggung masing2 anggota pasukan kecil ini.
Kapten Yudha tersenyum melihat semua peralatan tempur yang mereka gunakan saat ini merupakan produk dari PT Pindad Bandung. Selain senjata-senjata yang mereka genggam, helm tempur anti peluru yang mereka gunakan, rompi anti peluru yang terbuat dari kevlar dan campuran baja putih murni serta Goggle Night Vision yang mereka bawa juga produk dari PT Pindad. Hasil pengembangan dari riset laboratorium Pindad dan ITB. Senapan MP5, senapan H&K416 serta pistol Barreta dan lain-lain yang dulu akrab di tangan para anggota pasukan khusus Angkatan Darat ini, sudah lama tergantikan dengan peralatan-peralatan tempur produksi Bandung. Ada kebanggaan terbersit di hati Kapten Yudha ketika melihat dia dan tujuh anak buahnya menggunakan peralatan tempur buatan negara sendiri.
Helikopter yang dipnjam Dinas Penerbang Angkatan Darat dari Angkatan Udara ini tersebut terus bergerak ke arah tenggara hingga ke bibir pantai selatan dengan ketinggian yang sangat rendah. Ombak laut selatan yang menghantam pantai yang terjal menimbulkan gemuruh menelan kebisingan suara rotor helikopter angkut yang tambun tersebut. Di salah satu bibir sebuah pantai yang terjal, helikopter buatan PT DI tersebut menurunkan ketinggiannya hingga nyaris menyentuh bebatuan karang di pantai tersebut. Kapten Yudha Prawira memberi isyarat kepada tujuh anak buahnya agar bersiap meloncat turun. Begitu komando diberikan, delapan bayangan hitam segera berloncatan dari kabin helikopter nyaris tanpa menimbulkan suara.
Setelah menurunkan penumpangnya, helikopter buatan PT DI yang dikembangkan dari Super Puma itu segera membubung kembali ke udara walaupun helikopter tersebut tetap dalam posisi terbang rendah menyusuri rute terbang semula.
"Kita berada di negara lain secara illegal jadi kita harus hati-hati agar tidak diketahui dunia. Target kita berada di arah jam tiga dan butuh waktu lima menit dari sini..check semua perlengkapan yang dibutuhkan. Tidak ada radio, tidak ada komunikasi digital apapun dan kita harus berada di tempat ini 30 menit lagi sambil membawa target….Mengerti?!"
"Siap Komandan!"
"Laksanakan!!"
Delapan pria terlatih ini segera bergerak cepat di tengah gelapnya malam pukul 23.00 waktu Timor Leste. Arah yang mereka tuju adalah sebuah bangunan kuno yang terletak di tepi pantai di antara bukit karang yang tandus. Kapten Yudha Prawira dengan lincah memimpin tujuh anak buahnya mendekati bangunan yang menjadi target mereka. Begitu bangunan tersebut terlihat dalam jarak pandang mereka, perwira muda ini segera memerintahkan kepada anak buahnya untuk berpencar dan mengambil posisi masing-masing.(bersambung)
numpang ngiklan

[URL="ymsgr:sendIM?inetbusi"][IMG]http://opi.yahoo.com/online?u=inetbusi&m=g&t=2[/IMG][/URL]

Diubah oleh i.netbusi 06-10-2013 05:45
0
46.3K
Kutip
122
Balasan
Thread Digembok
Urutan
Terbaru
Terlama
Thread Digembok
Komunitas Pilihan