- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Bripka Made cinta 'damai', Aiptu Jailani pantang damai


TS
sms26
Bripka Made cinta 'damai', Aiptu Jailani pantang damai
Sebelumnya gan, ane cuman seorang yang miris melihat Institusi Polri yang seharusnya menjadi pelindung dan penertib malah menjadi juuru "damai". Tapi kali ini ane mau mengangkat kisah real story great profile of policedr polisi sekitar lokasi ane..


Di tengah derasnya kritik tajam itu, ternyata masih ada sosok polisi yang tetap menempatkan dirinya sebagai pengayom masyarakat. Dia adalah anggota Satlantas Polres Gresik, Jawa Timur, Aiptu Jailani.
Meski pangkatnya baru seorang bintara, ketegasan dan kejujuran Jailani patut diacungi jempol. Predikat polisi lalu lintas yang akrab dengan kata damai atau 86 bagi pelanggar, tak berlaku untuknya.
Pola pikir seperti ini ingin diubah Jailani. Baginya, siapa pun yang melanggar aturan hukum harus ditindak. Baik itu pejabat negara atau rakyat biasa kalau salah dan melanggar lalu lintas pasti disikat dan mendapat surat 'sakti' tilang darinya. Termasuk istrinya sendiri.
Lucunya, ketegasan Jailani membuat dirinya lebih tenar dari pimpinannya di Polres Gresik. Sejumlah penghargaan pun diraihnya. Baginya ini sangat membanggakan. Maka itu dia berjanji terus sikap tak kenal komprominya
Berikut sikap jujur Aiptu Jailani lainnya yang bisa menjadi teladan rekan-rekannya sesama anggota polisi :

Jailani mengaku pernah menilang petinggi Polri, TNI hingga pejabat negara. Yang lebih parah, istrinya sendiri pun pernah ditilang.
Ceritanya, saat dia mengamankan acara Car Free Day (CFD), istrinya Rahmawati, melintasi gang kecil dan terjebak di jalur CFD. Oleh polisi lain, Rahmawati diarahkan keluar dari area CFD. Sayang, pelanggaran itu, diketahui suaminya yang tengah men-sweeping pengendara motor yang melanggar rambu CFD.
Rahmawati pun mendapat tilang dari sang suami. "Untung hari itu, hanya teguran tilang simpatik saja, sehingga istri saya tidak sampai disidang. Dan untungnya juga, istri saya mau mengerti dan memahami tindak tegas saya. Justru dia mendukung aksi saya," ungkap Jailani sembari tersenyum geli.

Sebagai polisi lalu lintas, Jailani akrab dengan semua lapisan masyarakat. Hal itu pulalah yang membuatnya tak pandang bulu saat menindak orang yang melakukan pelanggaran di jalanan.
Baginya, setiap kendaraan yang tak patuh harus dihukum dengan sanksi tilang. Persoalan siapa yang ada di dalam atau pemilik kendaraan itu, urusan kedua. Yang jelas, orang hebat tak kebal hukum.
Ceritanya, suatu hari Jailani sedang mengatur lalu lintas. Tiba-tiba dia melihat ada mobil yang menerobos lampu merah. Tanpa tedeng aling-aling, dia langsung mengambil kendaraan dan mengejar mobil itu.
"Saat mobil sudah saya hentikan, saya mencatat surat tilang, lalu si pengemudi keluar dan menyodorkan uang Rp 50 ribu kepada saya," ungkap Jailani.
Entah itu bagian dari jebakan atau memang sengaja menguji kejujuran Jaelani, bapak dua anak ini langsung menolak. Tapi si pengemudi tak kehabisan akal, dia coba membuat Jailani takut dengan mengeluarkan tanda pengenal sebagai anggota KPK sambil meminta 'damai'.
"Mesti begitu, ya tetap saya proses. Sebab cara mengemudinya, bisa membahayakan orang lain dan dirinya sendiri," kata Jailani tanpa menyebut nama si pengemudi sambil memperagakan cara anggota KPK itu memperlihatkan identitasnya.

Tak hanya anggota KPK, Jailani juga pernah menilang seorang perwira dari Polda Jawa Timur yang tinggal di daerah Gresik. Gara-garanya, si perwira memarkir kendaraannya tepat di rambu larangan parkir. Padahal, mobilnya itu di depan rumahnya sendiri, yang berada tepat di pinggir salah satu jalan protokol.
Melihat ada yang tak sesuai aturan, Jailani langsung mendatangi rumah si perwira dan mengetuk pintu rumah. Melihat yang datang adalah polisi yang berpangkat lebih rendah darinya, sang pemilik rumah marah dan mengancam akan melaporkan Jailani ke Kapolres Gresik.
"Saat itu, saya meminta surat-surat mobilnya untuk saya periksa dan beliau (si perwira Polda Jatim) bilang: Saya ini dari Polda loh Dik. Saya bisa saja meminta kapolres untuk memberi sanksi sama kamu. Tapi akhirnya beliau memahami soal aturan lalu lintas dan mengerti dengan tugas dan tanggung jawab saya sebagai petugas," kata Jailani menceritakan pengalamannya.
Tapi dia tak gentar. Dia tetap meminta si perwira memindahkan mobilnya.

Jailani sadar dia bekerja di tempat yang dekat kegiatan dengan suap menyuap. Untungnya pesan kedua orang tuanya selalu dia amalkan yakni jadi polisi disiplin dan jujur.
Hal itulah yang buat diterapkannya dalam bekerja.
"Terutama ibu saya. Beliau banyak mengajarkan pada saya soal kedisiplinan. Ibu saya adalah perempuan yang sangat disiplin, dan itu yang diajarkannya kepada saya. Selain ibu saya, tak ada orang lain yang mempengaruhi prinsip dan perilaku saya," aku bintara 44 tahun tersebut.

Jailani memilih menjadi polisi yang selalu bersyukur dengan yang dia dapat. Pangkatnya baru Aiptu, tentu gajinya pun tak besar. Tapi dia tak memilih mendapatkan uang sampingan apalagi berasal dari suap menyuap.
"Dari dulu, ketika saya mulai bertugas di kesatuan lalu lintas hingga sekarang, saya tidak mau dititipi. Tidak ada yang namanya tilang di tempat atau kata damai. Enak bagi yang mengerti, kalau tidak? Mereka pasti berpikir kalau uang titipan tilang itu masuk ke kantong saya. Makanya saya menolak keras titipan tilang. Kalau mereka memaksa, seperti pejabat-pejabat yang pernah saya tilang, pasti saya arahkan ke bagian administrasi operasional," tegas Jailani.
Jailani enggan menyebut nominal gaji yang diterimanya sebagai bintara polisi. Meski tak besar, tapi menurutnya sudah cukup. Dia lebih senang menghidupi keluarganya dengan uang halal meski pas-pasan.
"Cukup atau tidak, itu tergantung dari yang mengelolanya. Selama ini, semua gaji yang saya terima, saya serahkan ke istri saya. Cukup tidaknya itu tergantung bagaimana istri saya me-manage semua kebutuhan. Dan AlhamduliLlah, kami tidak merasa kekurangan selama ini," ungkap dia.
Menurut Jailani, istrinya, Rahmawati (45), selalu mengelompokkan jumlah kebutuhan tiap bulan saat gajian. Sang istri pun punya cara unik untuk mengelola keuangan bulanan.
"Tiap terima gaji, istri saya selalu menstaples uang untuk pengeluaran tiap bulan. Kebutuhan sekolah anak berapa, uang untuk belanja, rekening listrik, biaya tak terduga, uang saku saya dan lain sebagainya, distaples berbeda-beda oleh istri saya, sehingga kami merasa cukup dengan apa yang kami dapat," ungkap Jailani lagi.
Great story, semoga bisa mengambil hikmah dari beluai


Spoiler for Cekidot..!!:
Nama institusi polri kembali tercoreng dengan kelakuan salah satu anggotanya. Seorang Polisi Lalu Lintas di Polda Bali, Bripka Made terekam kamera tersembunyi turis Belanda Kees van Der Spek saat sedang meminta uang damai.
Sebenarnya apa yang dilakukan Made sudah benar, dia menilang Van Der Spek yang mengendarai motor di jalanan tanpa menggunakan helm, terlebih bule berambut kriting itu juga tak mempunyai surat izin mengemudi (SIM). Namun Made justru menawarkan jalan 'damai' kepada Van Der Spek.
"Kalau ke pengadilan bisa kena Rp 1,2 juta, kalau di sini cukup Rp 200 juta. Semua beres tak perlu ke pengadilan," ujar Made saat menawarkan damai kepada Van der Spek.
Tak hanya itu, Made juga menawarkan sebotol bir kepada Kees usai menerima uang damai Rp 200 ribu. Namun dengan alasan akan mengemudi motor, Kees lalu menolaknya.
Kees ternyata seorang jurnalis dari saluran televisi Belanda yakni SBS6. Dia membawakan acara berjudul Oplichters in het Buitenland. Tayangan dokumenter ini mewawancarai para turis asal Belanda yang bepergian ke pelbagai negara dan menjadi korban kejahatan di sana. Lalu Kees melakukan perjalanan ke negara yang dimaksud termasuk Indonesia dan merelakan dirinya menjadi korban hanya untuk mengetahui bagaimana tindak kriminalitas itu bisa terjadi.
Apa yang dilakukan oleh Bripka Made itu tentu bertolak belakang dengan perilaku Aiptu Jailani. Anggota Satlantas Polres Gresik, Jawa Timur, Aiptu Jailani dikenal seantero Gresik karena kejujuran dan tak kenal kata damai saat menilang pengendara lalu lintas yang tak patuh pada aturan.
Bahkan pada tahun 2011 silam, Jailani pernah menerima ucapan selamat dari Dirlantas Polda Jawa Timur karena kredit poin tertinggi buku tilang, dengan 2400 surat tilang yang dia tandatangani selama satu tahun. Jumlah surat tilang tersebut, semuanya diambil melalui proses sidang di pengadilan.
Jailani pun tak pandang bulu dalam menilang pengendara yang salah, pejabat Polda, TNI, wartawan, anggota KPK bahkan istrinya sendiri dia tilang. Tak sedikit dari mereka yang menggoda Jailani dengan sejumlah uang damai, termasuk saat menilang anggota KPK.
Kisah Aiptu Jailani pun membuat bangga kesatuan dan institusinya, sementara Bripka Made justru malah membuat korps Bayangkara semakin terpuruk karena citra polisi korup di negeri ini masih banyak.
Sebenarnya apa yang dilakukan Made sudah benar, dia menilang Van Der Spek yang mengendarai motor di jalanan tanpa menggunakan helm, terlebih bule berambut kriting itu juga tak mempunyai surat izin mengemudi (SIM). Namun Made justru menawarkan jalan 'damai' kepada Van Der Spek.
"Kalau ke pengadilan bisa kena Rp 1,2 juta, kalau di sini cukup Rp 200 juta. Semua beres tak perlu ke pengadilan," ujar Made saat menawarkan damai kepada Van der Spek.
Tak hanya itu, Made juga menawarkan sebotol bir kepada Kees usai menerima uang damai Rp 200 ribu. Namun dengan alasan akan mengemudi motor, Kees lalu menolaknya.
Kees ternyata seorang jurnalis dari saluran televisi Belanda yakni SBS6. Dia membawakan acara berjudul Oplichters in het Buitenland. Tayangan dokumenter ini mewawancarai para turis asal Belanda yang bepergian ke pelbagai negara dan menjadi korban kejahatan di sana. Lalu Kees melakukan perjalanan ke negara yang dimaksud termasuk Indonesia dan merelakan dirinya menjadi korban hanya untuk mengetahui bagaimana tindak kriminalitas itu bisa terjadi.
Apa yang dilakukan oleh Bripka Made itu tentu bertolak belakang dengan perilaku Aiptu Jailani. Anggota Satlantas Polres Gresik, Jawa Timur, Aiptu Jailani dikenal seantero Gresik karena kejujuran dan tak kenal kata damai saat menilang pengendara lalu lintas yang tak patuh pada aturan.
Bahkan pada tahun 2011 silam, Jailani pernah menerima ucapan selamat dari Dirlantas Polda Jawa Timur karena kredit poin tertinggi buku tilang, dengan 2400 surat tilang yang dia tandatangani selama satu tahun. Jumlah surat tilang tersebut, semuanya diambil melalui proses sidang di pengadilan.
Jailani pun tak pandang bulu dalam menilang pengendara yang salah, pejabat Polda, TNI, wartawan, anggota KPK bahkan istrinya sendiri dia tilang. Tak sedikit dari mereka yang menggoda Jailani dengan sejumlah uang damai, termasuk saat menilang anggota KPK.
Kisah Aiptu Jailani pun membuat bangga kesatuan dan institusinya, sementara Bripka Made justru malah membuat korps Bayangkara semakin terpuruk karena citra polisi korup di negeri ini masih banyak.
Spoiler for Dan ini Juga 5 cerita mengagumkan tentang nihh polisi gan:
Di tengah derasnya kritik tajam itu, ternyata masih ada sosok polisi yang tetap menempatkan dirinya sebagai pengayom masyarakat. Dia adalah anggota Satlantas Polres Gresik, Jawa Timur, Aiptu Jailani.
Meski pangkatnya baru seorang bintara, ketegasan dan kejujuran Jailani patut diacungi jempol. Predikat polisi lalu lintas yang akrab dengan kata damai atau 86 bagi pelanggar, tak berlaku untuknya.
Pola pikir seperti ini ingin diubah Jailani. Baginya, siapa pun yang melanggar aturan hukum harus ditindak. Baik itu pejabat negara atau rakyat biasa kalau salah dan melanggar lalu lintas pasti disikat dan mendapat surat 'sakti' tilang darinya. Termasuk istrinya sendiri.
Lucunya, ketegasan Jailani membuat dirinya lebih tenar dari pimpinannya di Polres Gresik. Sejumlah penghargaan pun diraihnya. Baginya ini sangat membanggakan. Maka itu dia berjanji terus sikap tak kenal komprominya
Berikut sikap jujur Aiptu Jailani lainnya yang bisa menjadi teladan rekan-rekannya sesama anggota polisi :
Spoiler for 1. Tilang Istri Sendiri:

Jailani mengaku pernah menilang petinggi Polri, TNI hingga pejabat negara. Yang lebih parah, istrinya sendiri pun pernah ditilang.
Ceritanya, saat dia mengamankan acara Car Free Day (CFD), istrinya Rahmawati, melintasi gang kecil dan terjebak di jalur CFD. Oleh polisi lain, Rahmawati diarahkan keluar dari area CFD. Sayang, pelanggaran itu, diketahui suaminya yang tengah men-sweeping pengendara motor yang melanggar rambu CFD.
Rahmawati pun mendapat tilang dari sang suami. "Untung hari itu, hanya teguran tilang simpatik saja, sehingga istri saya tidak sampai disidang. Dan untungnya juga, istri saya mau mengerti dan memahami tindak tegas saya. Justru dia mendukung aksi saya," ungkap Jailani sembari tersenyum geli.
Spoiler for 2. Tilang petugas KPK:

Sebagai polisi lalu lintas, Jailani akrab dengan semua lapisan masyarakat. Hal itu pulalah yang membuatnya tak pandang bulu saat menindak orang yang melakukan pelanggaran di jalanan.
Baginya, setiap kendaraan yang tak patuh harus dihukum dengan sanksi tilang. Persoalan siapa yang ada di dalam atau pemilik kendaraan itu, urusan kedua. Yang jelas, orang hebat tak kebal hukum.
Ceritanya, suatu hari Jailani sedang mengatur lalu lintas. Tiba-tiba dia melihat ada mobil yang menerobos lampu merah. Tanpa tedeng aling-aling, dia langsung mengambil kendaraan dan mengejar mobil itu.
"Saat mobil sudah saya hentikan, saya mencatat surat tilang, lalu si pengemudi keluar dan menyodorkan uang Rp 50 ribu kepada saya," ungkap Jailani.
Entah itu bagian dari jebakan atau memang sengaja menguji kejujuran Jaelani, bapak dua anak ini langsung menolak. Tapi si pengemudi tak kehabisan akal, dia coba membuat Jailani takut dengan mengeluarkan tanda pengenal sebagai anggota KPK sambil meminta 'damai'.
"Mesti begitu, ya tetap saya proses. Sebab cara mengemudinya, bisa membahayakan orang lain dan dirinya sendiri," kata Jailani tanpa menyebut nama si pengemudi sambil memperagakan cara anggota KPK itu memperlihatkan identitasnya.
Spoiler for 3. Semprot perwira Polri yang parkir sembarangan:

Tak hanya anggota KPK, Jailani juga pernah menilang seorang perwira dari Polda Jawa Timur yang tinggal di daerah Gresik. Gara-garanya, si perwira memarkir kendaraannya tepat di rambu larangan parkir. Padahal, mobilnya itu di depan rumahnya sendiri, yang berada tepat di pinggir salah satu jalan protokol.
Melihat ada yang tak sesuai aturan, Jailani langsung mendatangi rumah si perwira dan mengetuk pintu rumah. Melihat yang datang adalah polisi yang berpangkat lebih rendah darinya, sang pemilik rumah marah dan mengancam akan melaporkan Jailani ke Kapolres Gresik.
"Saat itu, saya meminta surat-surat mobilnya untuk saya periksa dan beliau (si perwira Polda Jatim) bilang: Saya ini dari Polda loh Dik. Saya bisa saja meminta kapolres untuk memberi sanksi sama kamu. Tapi akhirnya beliau memahami soal aturan lalu lintas dan mengerti dengan tugas dan tanggung jawab saya sebagai petugas," kata Jailani menceritakan pengalamannya.
Tapi dia tak gentar. Dia tetap meminta si perwira memindahkan mobilnya.
Spoiler for 4. Tegas dan disiplin pesan dari orang tua:

Jailani sadar dia bekerja di tempat yang dekat kegiatan dengan suap menyuap. Untungnya pesan kedua orang tuanya selalu dia amalkan yakni jadi polisi disiplin dan jujur.
Hal itulah yang buat diterapkannya dalam bekerja.
"Terutama ibu saya. Beliau banyak mengajarkan pada saya soal kedisiplinan. Ibu saya adalah perempuan yang sangat disiplin, dan itu yang diajarkannya kepada saya. Selain ibu saya, tak ada orang lain yang mempengaruhi prinsip dan perilaku saya," aku bintara 44 tahun tersebut.
Spoiler for 5. Lebih puas dengan gaji kecil :

Jailani memilih menjadi polisi yang selalu bersyukur dengan yang dia dapat. Pangkatnya baru Aiptu, tentu gajinya pun tak besar. Tapi dia tak memilih mendapatkan uang sampingan apalagi berasal dari suap menyuap.
"Dari dulu, ketika saya mulai bertugas di kesatuan lalu lintas hingga sekarang, saya tidak mau dititipi. Tidak ada yang namanya tilang di tempat atau kata damai. Enak bagi yang mengerti, kalau tidak? Mereka pasti berpikir kalau uang titipan tilang itu masuk ke kantong saya. Makanya saya menolak keras titipan tilang. Kalau mereka memaksa, seperti pejabat-pejabat yang pernah saya tilang, pasti saya arahkan ke bagian administrasi operasional," tegas Jailani.
Jailani enggan menyebut nominal gaji yang diterimanya sebagai bintara polisi. Meski tak besar, tapi menurutnya sudah cukup. Dia lebih senang menghidupi keluarganya dengan uang halal meski pas-pasan.
"Cukup atau tidak, itu tergantung dari yang mengelolanya. Selama ini, semua gaji yang saya terima, saya serahkan ke istri saya. Cukup tidaknya itu tergantung bagaimana istri saya me-manage semua kebutuhan. Dan AlhamduliLlah, kami tidak merasa kekurangan selama ini," ungkap dia.
Menurut Jailani, istrinya, Rahmawati (45), selalu mengelompokkan jumlah kebutuhan tiap bulan saat gajian. Sang istri pun punya cara unik untuk mengelola keuangan bulanan.
"Tiap terima gaji, istri saya selalu menstaples uang untuk pengeluaran tiap bulan. Kebutuhan sekolah anak berapa, uang untuk belanja, rekening listrik, biaya tak terduga, uang saku saya dan lain sebagainya, distaples berbeda-beda oleh istri saya, sehingga kami merasa cukup dengan apa yang kami dapat," ungkap Jailani lagi.
Great story, semoga bisa mengambil hikmah dari beluai

Diubah oleh sms26 07-04-2013 15:46
0
3.6K
Kutip
14
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan