- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
2 Juta Keluarga Jateng Belum Nikmati Listrik


TS
dareh
2 Juta Keluarga Jateng Belum Nikmati Listrik
Semarang - Sebanyak 26,67% penduduk atau lebih dari 2 juta kepala keluarga di Jawa Tengah belum menikmati aliran listrik. Angka tersebut bisa dilihat pada rasio elektrifikasi di Provinsi yang baru mencapai angka 73,63%.
"Berarti ada 2.033.925 kelapa keluarga yang hidupnya masih gelap gulita," kata anggota komisi D DPRD Jateng, Hadi Santoso, di kediamannya di jalan Tanjung Sari, Semarang, Sabtu (14/4/2012).
Selain itu jika dihitung berdasar daerahnya, maka ada 4.406 dusun atau dukuh di Jateng yang belum dialiri listrik. Padahal dalam UU 30 tahun 2009 tentang ketenagalistrikan, pemerintah sudah di beri kewenangan untuk penyediaan listrik secara mandiri.
"Sebenarnya pemerintah daerah bisa mempercepat terpenuhinya elektrifikasi menyeluruh di Jateng. Caranya dengan mengundang investor atau pihak swasta untuk berperan serta sebagaimana diatur dalam UU 30 tahun 2009 tentang ketenagalistrikan,” kata politisi dari PKS tersebut.
Dalam UU tersebut pemerintah memiliki 12 kewenangan penyediaan listrik secara mandiri salah satunya oleh pihak swasta. Selain itu pemerintah juga telah mengeluarkan PP Nomor 14 Tahun 2012 tentang Kegiatan Usaha Penyediaan Tenaga Listrik sebagai penjelasnya.
Sementara itu Hadi Santoso juga berharap segera ada perda khusus untuk merealisasikan target 100 % elektrifikasi di Jateng. Ia mengapresiasi inisiatif pemkab Banyumas yang sudah mengeluarkan Perda no 11 tahun 2011 tentang kelistrikan.
"Hasilnya hingga kini sudah ada 13 investor yang menawarkan diri sejak 6 bulan perda tersebut dikeluarkan," kata Hadi.
"Jika ada perda khusus, saya yakin target seluruh warga Jawa Tengah hidup dengan listrik terang benderang akan tercapai," imbuhnya.
[url]http://finance.detik..com/read/2012/04/14/133954/1892444/1034/2-juta-keluarga-jateng-belum-nikmati-listrik[/url]
Jangan menilai Pulau Jawa itu dari Jakarta gan, di jawa tengah saja masih trdapat jutaan kepala keluarga yang sama sekali belum teraliri listrik..jangan selalu mengandalkan pemerintah pusat, sekarang ini pemerintah daerah sudah di beri kewenangan utk mengundag investor. klo pemda nya cuma berpangku tangan ya bakal keteteran.2 juta KK tersebut ga bisa nonton TV aplgi buka kaskus gan..belajar pake tintir, generasi muda kita juga harus inovatif spt mbah mbing.
Malang (beritajatim.com) - Jika inovasi dunia kelistrikan dari tangan Slamet Haryanto (51) diproduksi secara massal dan diakui secara Hak Atas Kekayaan Intelektual oleh Negara, bisa jadi dunia listrik di Indonesia tak lagi membutuhkan Perusahaan Listrik Negara (PLN).
PLN, pastinya tidak perlu repot lagi membangun menara dan tiang-tiang listrik plus uluran rentangan kabel yang jika dirupiahkan, cukup fantastis nilainya. "Butuh waktu lama membuat Pembangkit Listrik Tenaga Hampa (PLTH) ini. Saya melakukan riset dulu tahun 1997. Baru kemudian tahun 2008, alat PLTH ini saya ciptakan. Setelah diuji coba ternyata berhasil dan bisa difungsikan menerangi listrik di rumah," ungkap Mbah Mbing, sapaan akrab Slamet Haryanto, penemu spektakuler dunia kelistrikan dengan PLTH temuannya, Selasa (24/7/2012).
Saat ditemui Bupati Malang, Rendra Kresna dan pejabat teras Pemkab Malang hari ini, Mbah Mbing nampak santai. Sehari-hari, ia mengutak-atik arus rendah dan tegangan listrik di rumahnya. Yang lucu, tempat kerja Mbah Mbing berbaur dengan warung pecel milik istrinya. Ukuran lebarnya, tak sampai 5 meter. Mirip kamar tidur kos-kosan seorang mahasiswa berkantong cekak.
Sedikitpun, Mbah Mbing tidak punya bekal akademis jurusan teknik kelistrikan. Pria separuh baya itu bahkan hanya lulusan sekolah dasar saja. Namun, berkat keteguhan dan perenungan dirinya tentang masa depan kelistrikan, ia pun melakukan serangkaian inovasi. Awal mulanya, Mbah Mbing diminta tetangga dekat rumahya di Desa Ngroto, Kecamatan Pujon, Kabupaten Malang, membuat aliran listrik ke kandang ternak ayam petelur.
Melalui serangkaian uji coba dan keisengannya, Mbah Mbing justru menemukan alat Pembangkit Listrik Tenaga Hampa (PLTH) hasil buah tangannya. Cara kerja PLTH itu cukup diletakkan dalam rumah. Tidak berisik. Tidak menimbulkan uap. Tanpa limbah dan tentunya ramah lingkungan.
Besar kecilnya arus listrik yang dihasilkan, tergantung seberapa tinggi dan besarnya alat kerja PLTH. Yang unik, penggerak listrik semacam bateray dalam komponen PLTH buatan Mbah Mbing, memakai sabut dan batok kelapa. "Kalau dengan limbah batu bara malah bagus. Cuman, untuk mendapatkan batu bara juga susah," ucapnya.
Ia melanjutkan, seluruh rangkaian dalam PLTH rata-rata berbahan baku bekas alias daur ulang. Hanya kapasitor dalam rangkaian listrik saja yang harus membeli. "Kapasitor listrik kita beli. Harganya Rp 850.000. Cukup mahal juga. Soalnya, saya tak mampu membuatnya sendiri. Waktunya belum ada," tegas Mbah Mbing.
Atas temuannya ini, Menteri BUMN yan juga Mantan Dirut PLN Dahlan Iskan dikabarkan akan menemui Mbah Mbing dalam waktu dekat ini. Rencanannya, Dahlan Iskan juga memesan 10.000 alat PLTH temuan Mbah Mbing dengan kapasitas 3 fuse atau setara dengan 6000 sampai 13.000 watt.
Sedangkan PLN juga akan memesan alat PLTH sebanyak 1000 unit dengan kapasitas 1 fuse atau setara 3000 watt sampai 6000 watt.
Ditambahkan Mbah Mbing, khusus pembuatan alat PLTH dengan 1 fuse, hanya memerlukan biaya Rp.5 juta per unit. Sedang pembuatan PLTH dengan 3 fuse, bisa menghabiskan dana sebesar Rp.15 juta per unitnya. "Seluruh pembuatan alat ini menggunakan barang bekas. Yang baru hanya kapasitornya saja," pungkas Mbah Mbing yang sehari-hari, juga menerima pekerjaan service dinamo di rumahnya. [yog/but]
http://beritajatim.com/detailnews.ph...2-07-25/142100
"Berarti ada 2.033.925 kelapa keluarga yang hidupnya masih gelap gulita," kata anggota komisi D DPRD Jateng, Hadi Santoso, di kediamannya di jalan Tanjung Sari, Semarang, Sabtu (14/4/2012).
Selain itu jika dihitung berdasar daerahnya, maka ada 4.406 dusun atau dukuh di Jateng yang belum dialiri listrik. Padahal dalam UU 30 tahun 2009 tentang ketenagalistrikan, pemerintah sudah di beri kewenangan untuk penyediaan listrik secara mandiri.
"Sebenarnya pemerintah daerah bisa mempercepat terpenuhinya elektrifikasi menyeluruh di Jateng. Caranya dengan mengundang investor atau pihak swasta untuk berperan serta sebagaimana diatur dalam UU 30 tahun 2009 tentang ketenagalistrikan,” kata politisi dari PKS tersebut.
Dalam UU tersebut pemerintah memiliki 12 kewenangan penyediaan listrik secara mandiri salah satunya oleh pihak swasta. Selain itu pemerintah juga telah mengeluarkan PP Nomor 14 Tahun 2012 tentang Kegiatan Usaha Penyediaan Tenaga Listrik sebagai penjelasnya.
Sementara itu Hadi Santoso juga berharap segera ada perda khusus untuk merealisasikan target 100 % elektrifikasi di Jateng. Ia mengapresiasi inisiatif pemkab Banyumas yang sudah mengeluarkan Perda no 11 tahun 2011 tentang kelistrikan.
"Hasilnya hingga kini sudah ada 13 investor yang menawarkan diri sejak 6 bulan perda tersebut dikeluarkan," kata Hadi.
"Jika ada perda khusus, saya yakin target seluruh warga Jawa Tengah hidup dengan listrik terang benderang akan tercapai," imbuhnya.
[url]http://finance.detik..com/read/2012/04/14/133954/1892444/1034/2-juta-keluarga-jateng-belum-nikmati-listrik[/url]
Jangan menilai Pulau Jawa itu dari Jakarta gan, di jawa tengah saja masih trdapat jutaan kepala keluarga yang sama sekali belum teraliri listrik..jangan selalu mengandalkan pemerintah pusat, sekarang ini pemerintah daerah sudah di beri kewenangan utk mengundag investor. klo pemda nya cuma berpangku tangan ya bakal keteteran.2 juta KK tersebut ga bisa nonton TV aplgi buka kaskus gan..belajar pake tintir, generasi muda kita juga harus inovatif spt mbah mbing.
Malang (beritajatim.com) - Jika inovasi dunia kelistrikan dari tangan Slamet Haryanto (51) diproduksi secara massal dan diakui secara Hak Atas Kekayaan Intelektual oleh Negara, bisa jadi dunia listrik di Indonesia tak lagi membutuhkan Perusahaan Listrik Negara (PLN).
PLN, pastinya tidak perlu repot lagi membangun menara dan tiang-tiang listrik plus uluran rentangan kabel yang jika dirupiahkan, cukup fantastis nilainya. "Butuh waktu lama membuat Pembangkit Listrik Tenaga Hampa (PLTH) ini. Saya melakukan riset dulu tahun 1997. Baru kemudian tahun 2008, alat PLTH ini saya ciptakan. Setelah diuji coba ternyata berhasil dan bisa difungsikan menerangi listrik di rumah," ungkap Mbah Mbing, sapaan akrab Slamet Haryanto, penemu spektakuler dunia kelistrikan dengan PLTH temuannya, Selasa (24/7/2012).
Saat ditemui Bupati Malang, Rendra Kresna dan pejabat teras Pemkab Malang hari ini, Mbah Mbing nampak santai. Sehari-hari, ia mengutak-atik arus rendah dan tegangan listrik di rumahnya. Yang lucu, tempat kerja Mbah Mbing berbaur dengan warung pecel milik istrinya. Ukuran lebarnya, tak sampai 5 meter. Mirip kamar tidur kos-kosan seorang mahasiswa berkantong cekak.
Sedikitpun, Mbah Mbing tidak punya bekal akademis jurusan teknik kelistrikan. Pria separuh baya itu bahkan hanya lulusan sekolah dasar saja. Namun, berkat keteguhan dan perenungan dirinya tentang masa depan kelistrikan, ia pun melakukan serangkaian inovasi. Awal mulanya, Mbah Mbing diminta tetangga dekat rumahya di Desa Ngroto, Kecamatan Pujon, Kabupaten Malang, membuat aliran listrik ke kandang ternak ayam petelur.
Melalui serangkaian uji coba dan keisengannya, Mbah Mbing justru menemukan alat Pembangkit Listrik Tenaga Hampa (PLTH) hasil buah tangannya. Cara kerja PLTH itu cukup diletakkan dalam rumah. Tidak berisik. Tidak menimbulkan uap. Tanpa limbah dan tentunya ramah lingkungan.
Besar kecilnya arus listrik yang dihasilkan, tergantung seberapa tinggi dan besarnya alat kerja PLTH. Yang unik, penggerak listrik semacam bateray dalam komponen PLTH buatan Mbah Mbing, memakai sabut dan batok kelapa. "Kalau dengan limbah batu bara malah bagus. Cuman, untuk mendapatkan batu bara juga susah," ucapnya.
Ia melanjutkan, seluruh rangkaian dalam PLTH rata-rata berbahan baku bekas alias daur ulang. Hanya kapasitor dalam rangkaian listrik saja yang harus membeli. "Kapasitor listrik kita beli. Harganya Rp 850.000. Cukup mahal juga. Soalnya, saya tak mampu membuatnya sendiri. Waktunya belum ada," tegas Mbah Mbing.
Atas temuannya ini, Menteri BUMN yan juga Mantan Dirut PLN Dahlan Iskan dikabarkan akan menemui Mbah Mbing dalam waktu dekat ini. Rencanannya, Dahlan Iskan juga memesan 10.000 alat PLTH temuan Mbah Mbing dengan kapasitas 3 fuse atau setara dengan 6000 sampai 13.000 watt.
Sedangkan PLN juga akan memesan alat PLTH sebanyak 1000 unit dengan kapasitas 1 fuse atau setara 3000 watt sampai 6000 watt.
Ditambahkan Mbah Mbing, khusus pembuatan alat PLTH dengan 1 fuse, hanya memerlukan biaya Rp.5 juta per unit. Sedang pembuatan PLTH dengan 3 fuse, bisa menghabiskan dana sebesar Rp.15 juta per unitnya. "Seluruh pembuatan alat ini menggunakan barang bekas. Yang baru hanya kapasitornya saja," pungkas Mbah Mbing yang sehari-hari, juga menerima pekerjaan service dinamo di rumahnya. [yog/but]
http://beritajatim.com/detailnews.ph...2-07-25/142100
0
1.4K
8


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan