Thread ini terinspirasi dari sebuah Seminar Nasional dengan Tema Kebijakan Energi Nasional Tahun 2050 yang saya ikuti beberapa waktu lalu di Novotel, Bandar Lampung. Pada Saat itu saya mulai mengetahui bahwa energi batu bara indonesia akan habis sekitar 15 tahun lagi, sementara untuk saat ini masih minim energi terbarukan. Sudah tau Cadangan Batubara di Indonesia mulai menipis, Ada saja pihak yang Eksport Keluar yang tentunya akan MERUGIKANBangsa Ini.

Setelah beberapa hari seminar selesai, Dosen saya memberikan Informasi Bahwa SUBSIDI DIPERUNTUKAN UNTUK ORANG KAYA !!

Jika Untuk 1 Liter BBM (Premium, Solar) Mendapatkan Subsidi Per Liter Sebesar Rp.4.500 Dari Pemerintah Maka (Harga BBM Bisa Mencapai Rp.9000 Jika Tanpa Subsidi) =

Setiap Hari Orang Kaya yang memiliki Min. 1 Mobil dan Motor Menghabiskan Paling Sedikit 5 Liter Maka Secara Otomatis Dia Telah Mendapatkan Bantuan Dari Pemerintah Sebesar 5x4.500= Rp.22.500 Per Hari. Jika Dijumlahkan 22.500 x 30 = Rp. 675.000 / Bulan. (Ingat!! Ini Pemakaian Minimum Orang Kaya)

Beda Halnya Dengan Orang Kurang Mampu yang tidak memiliki Mobil ataupun sepeda motor, Mereka hanya menggunakan Sepeda yang bebas dari polusi dan Bebas Dari Subsidi/Bantuan Pemerintah.

Pencabutan subsidi bahan bakar minyak (BBM) untuk kenderaan pribadi akan dimulai pada akhir tahun ini untuk wilayah Pulau Jawa dan Bali. Meskipun angkutan umum dan sepeda motor tetap diizinkan menggunakan premium, ternyata pencabutan subsidi BBM itu mendapat tanggapan beragam. Ada yang setuju subsidi BBM dicabut, namun banyak juga yang tidak setuju.

Banyak pihak menilai, pencabutan subsidi BBM akan memacu laju pertumbuhan sepeda motor. Beberapa komentator di media televisi menunjukkan ketidaksetujuannya dengan mengemukakan berbagai alasan. Umumnya, mereka yang tidak setuju pencabutan subsidi BBM karena khawatir terhadap naiknya harga barang serta memicu inflasi.

Sebagai orang awam dibidang ekonomi, saya melihat pencabutan subsidi BBM sudah seharusnya dilakukan pemerintah. Sebab, mereka yang selama ini paling banyak menikmati subsidi BBM adalah kalangan “the have” yang memiliki sejumlah mobil dan kenderaan pribadi di rumahnya. Jumlah pemilik kenderaan pribadi itu sangat kecil jumlahnya jika dibandingkan jumlah penduduk miskin di Indonesia.

Pernahkan pembaca ketahui, berapa sebenarnya jumlah penduduk miskin di negara ini? Menurut data BPS (2011) jumlah penduduk miskin di Indonesia mencapai 30,02 juta orang atau 12,49% dari penduduk Indonesia. Dari 30,02 juta orang penduduk miskin itu, sebanyak 18,97 juta orang berada di pedesaan, dan sekitar 11,05 juta orang berada di perkotaan.

Kalau penduduk miskin jumlahnya sebanyak 30,02 juta orang, maka jumlah kenderaan roda empat (atau roda 6 dan 10 atau 12) di negeri ini mencapai 24 juta unit (tempo.co 19/8/1011). Dari 24 juta unit itu, katakanlah sekitar 50% atau 12 juta unit adalah angkutan umum. Berarti, sekitar 12 juta unit lagi adalah kenderaan pribadi yang rata-rata setiap hari menghabiskan BBM kurang lebih 5 liter.

Berapa dana negara yang dikeluarkan untuk mensubsidi 1 liter premium? Menurut Djaelani Sutomo Direktur Niaga dan Pemasaran Pertamina, setiap 1 liter premium disubsidi oleh pemerintah sebesar Rp. 4.500 per liter (detikFinance, 23/5/2011). Jika setiap kenderaan pribadi rata-rata menghabiskan premium 5 liter per hari, maka pemerintah telah mensubsidi orang kaya pemilik mobil pribadi itu sebesar Rp. 22.500 setiap harinya.

Adilkah itu? Tentu saja tidak, karena penduduk miskin yang jumlahnya 30,02 juta orang di Indonesia, jangankan naik mobil pribadi, melihat mobilpun barangkali tidak pernah. Selama ini mereka hanya menggunakan “angkutan kaki” (sepeda atau jalan kaki) sebagai sarana transportasinya. Kalaupun harus berpergian jauh, paling-paling mereka menggunakan angkutan umum.
1326369512358517985

Naik kuda juga tanpa menggunakan BBM, penuh sensasi jika menyelusuri jalanan Jakarta dengan kuda (Foto: Edy Saputra)

Alangkah arifnya jika subsidi Rp.4.500 per liter itu dialihkan sebagai subsidi kemiskinan (tunjangan sosial) bagi 30,02 juta orang penduduk miskin. Paling tidak, dengan tunjangan Rp. 4.500 per hari, mereka masih bisa bertahan hidup di Indonesia, salah satu negeri paling kaya di dunia.

Soalnya, subsidi BBM untuk mobil pribadi sama dengan mensubsidi orang kaya dan milyuner dengan menggunakan uang pajak dari orang miskin. Kalau orang sudah berani memiliki mobil berarti mereka sudah siap mengisi BBM-nya dengan pertamax (bahan bakar tak bersubsidi). Cukup sudah orang kaya disubsidi oleh negara, sekarang ini orang miskin yang sangat membutuhkan subsidi.

Apabila kalangan “the have” tadi tidak sanggup membeli BBM untuk kenderaan pribadinya, maka lebih baik mereka naik motor atau angkutan umum. Mau kenderaan yang sangat murah biayanya juga ada, mari naik sepeda atau naik kuda. Sensasinya sangat luar biasa, apalagi menyelusuri jalanan Jakarta dengan sepeda atau berkuda. Untuk apa harus memaksakan diri naik mobil pribadi jika tidak sanggup membeli BBM.
Sumber : kompasiana.com