- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Stadion Tanpa Pagar di Era Sepakbola Modern (pic GBLA)
TS
moe17
Stadion Tanpa Pagar di Era Sepakbola Modern (pic GBLA)
Supporter di inggris terkenal dengan julukan holigans , terkenal sangat bengal, suka mabuk-mabukan di lapangan dan anarkis. Tetapi yang cukup mengherankan adalah fakta bahwa stadion2 di Inggris ternyata nggak punya pagar pembatas antara tribun penonton dengan lapangan. Dan yang lebih hebatnya lagi, jarak bangku penonton dengan lapangan gak lebih dari 5 -6 meter.
ternyata hal itu ada sejarahnya dan proses yang panjang bermula dari tragedi yang terjadi pada tanggal 15 April 1989 Hillsborough, yang menjadi kandang dari Sheffield Wednesday di kota Sheffield Pada saat itu adalah pertandingan semi final Piala FA yang mempertemukan Liverpool dan Nottingham Forest Inggris dimana 96 suporter liverpool meninggal dan 766 orang terluka di stadion akibat berdesak-desakan dan terhimpit pagar struktur tribun , selain jalur evakuasi yang jelek, panpel pertandingan yang menjual tiket overcapacity dan tidak menerapkan single seat ticket juga menyebabkan hal ini.
FA Kepala eksekutif Graham Kelly , yang menghadiri pertandingan, mengatakan FA akan melakukan penyelidikan ke dalam apa yang telah terjadi. Berbicara setelah bencana, Kelly mendukung all-seater stadium, dimana bangku penonton dipasang diseluruh stadion bukan hanya di tribun VIP. Dia mengatakan "Kita harus mengganti tradisi suporter yang suka berdiri di belakang pagar". Disinilah mulainya pembangunan stadion tanpa pagar dan CCTV di inggris serta tidak lupa keamanan dan fasilitas ambulan yang lebih memadai.
Presiden UEFA Jacques Georges menimbulkan kontroversi dengan menggambarkan pendukung Liverpool sebagai "binatang", salah percaya bahwa hooliganisme adalah penyebab bencana. Pernyataannya menyebabkan Liverpool FC menyerukan pengunduran dirinya, tetapi dia minta maaf dikarenakan menemukan fakta bahwa hooliganisme bukanlah penyebabnya.
Tragedi hillsbrough memiliki dampak yang mendalam pada standar keselamatan stadion yang dibangun di Inggris. Pagar Perimeter dihapus dan stadion banyak yang mengkonversi stadionnya dengan mengunakan all seaters stadium Tercatat Stadion Chester City FC 's Deva Stadium adalah stadion sepak bola Inggris lebih dulu untuk memenuhi rekomendasi keamanan itu.
Tradisi stadion tanpa pagar mulai menyebar ke eropa akibat tragedi heysel Anda pasti sudah tahu dengan kerusuhan yang dilakukan supporter Liverpool di Belgia sewaktu final Liga Champions lawan Juventus. Kerusuhan yang terjadi 29 Mei 1985 yang kemudian dikenal dengan Tragedi Heysel ini memakan korban jiwa 39 orang. Tragedi tersebut berdampak besar bagi sepakbola Eropa.
Ada kesalahan tentu ada sanksi. Soal kerusuhan dan pelanggaran, Eropa paling tegas. UEFA akhirnya melarang Liverpool main di Eropa selama 5 tahun. Dan uniknya, FA (Konfederasi Sepakbola Inggris) malah ikut2an nambahi hukuman. Dan yang lebih unik, bukan cuma Liverpool, tapi semua klub Inggris nggak boleh main di luar Inggris selama 5 tahun! Dan yang paling unik, ternyata gak ada protes dari klub2 yang kena sanksi. Hal ini benar-benar menampar muka sepakbola Inggris dikarenakan kesalahan liverpool tapi semua klub inggris kena getahnya
Hukuman FA nggak berhenti di situ. Ada banyak perubahan parameter keamanan lainnya. Yang paling mencolok adalah menghilangkan pagar pembatas tribun penonton dan lapangan serta nggak boleh lagi ada tribun kelas berdiri (tanpa kursi) di se-antero Inggris. Walaupun FA sempat dikecam pada awal penerapan aturannya oleh publik sepakbola Inggris, bahkan Eropa. karena hal yang dianggap paling gila adalah menghilangkan pagar pembatas. Ada pagar saja rusuh, apalagi ompong melompong? . Di Belahan Eropa lainnya banyak yang meniru peraturan dari inggris tersebut dikarenakan terbukti menekan aksi hooliganisme suporter.
FA memang organisasi berpengalaman. Ide mereka ternyata berhasil. Hilangnya pagar pembatas justru membuat dewasa suporter Inggris. Karena FA juga mencatat identitas penonton yang masuk stadion. Sekali bikin rusuh, si suporter bakal di-banned masuk stadion di seluruh Inggris untuk beberapa tahun, bahkan selamanya. Di dalam stadion juga nggak boleh terlihat pasukan polisi alias harus menyamar.
Dengan aturan tersebut, bukan berarti sepakbola Lingga Inggris 100% aman. Penggemar Setan Merah pasti tidak akan lupa dengan “tendangan kung fu” Eric Cantona kepada suporter Crystal Palace di pinggir lapangan. Atau The Kop masih ingat dengan insiden masuknya balon ke lapangan yang dilemparkan seorang remaja yang akhirnya membuat liverpool kalah dari Sunderland.
Selain itu yang baru-baru saja terjadi kasus rio ferdinand yang dilempar koin oleh penonton
hal ini sampai membuat sebagian praktisi bola meminta dipasang jaring di stadion agar tidak terjadi hal seperti ini lagi. Tetapi hal ini langsung ditentang oleh FA dan sebagian besar pemain bola , Vincent Kompany yang merupakan kapten manchester city mengatakan "Faktanya adalah kami bisa membuat para penonton tidak di dalam kandang , itulah yang membuat permainan sepakbola di Inggris lebih spesial," akunya. "Kami pasti harus melakukan pencegahan tapi tidak boleh memperlakukan suporter seperti hewan yang berada di balik jeruji."
Sebelumnya, Akibat kasus Rio ferdinand ini Ketua Asosiasi Pemain Liga Inggris, Gordon Taylor sempat mengajukan wacana pemberian pagar di stadion-stadion di Inggris untuk melindungi pemain dari lemparan benda yang dilakukan oleh suporter.
Wacana tersebut mendapat pertentangan keras dari keluarga korban tragedy Hillsborough. Anggota Kampanye Keadilan Hillsborough, Steve Kelly seperti dilansir Daily Mail mengatakan seharusnya klub bisa mengidentifikasi penonton yang melempar barang secara lebih baik karena mereka memiliki dana yang besar.
“Dengan semua uang yang klub bayarkan untuk gaji pemain, mereka seharusnya bisa lebih baik dalam mengidentifikasi penonton dikerumunan yang melempar barang. Mereka seharusnya menjadi contoh nyata bagi orang-orang ini, bukannya memagari penonton,” ujar Kelly.
Belakangan Gordon Taylor meminta untuk mempertimbangkan pemasangan pagar di daerah-daerah yang rawan seperti di belakang gawang dan sekitar sudut lapangan tapi belum ada respon dari FA.
Lain rumput lain ilalang , lain lagi dengan budaya di Amerika Latin dimana stadionnya masih memakai sistem pengamanan yang kuno dengan parit yg dalam dan pagar yang tinggi. Disana Suporter sering menggunakan selebrasi yang berbahaya yang dikenal dengan "avalanche" (salju longsor) . Baru-baru ini terjadi insiden yang mencederai sejumlah orang bulan lalu membuat klub Brasil Gremio membuat kebijakan yang melarang suporternya melakukan perayaan gol ala salju longsor.
Perayaan gol "avalanche" biasa dilakukan oleh para suporter sepakbola di Amerika Selatan, terutama mereka yang berada di belakang gawang. Begitu tercipta gol, mereka ramai-ramai berlarian turun dari tempat yang lebih atas, mirip longsoran salju yang bergemuruh.
Aksi itu umumnya dilakukan di stadion-stadion yang belum ber-single seater,sehingga suporter bisa dengan cepat turun ke bawah. (Lihat video Youtube-nya di bawah ini).
Untuk di stadion Gedebage (GBLA) sudah dilengkapi All single seater tapi masih menerapkan sistem pagar tinggi dan parit yang dalam seperti gambar dibawah ini .
tp kalo dari pengalaman inggris menangani holigans yang cukup berhasil diatas dapat disimpulkan bukan menunggu suporter dewasa untuk meniadakan pagar, tapi menghilangkan pagar justru untuk mendewasakan suporter, tentunya tanpa melupakan sarana dan prasarana keamanan yang memadai juga.
source : http://www.proconstruction.asia/
twitter : @stadiongedebage
ternyata hal itu ada sejarahnya dan proses yang panjang bermula dari tragedi yang terjadi pada tanggal 15 April 1989 Hillsborough, yang menjadi kandang dari Sheffield Wednesday di kota Sheffield Pada saat itu adalah pertandingan semi final Piala FA yang mempertemukan Liverpool dan Nottingham Forest Inggris dimana 96 suporter liverpool meninggal dan 766 orang terluka di stadion akibat berdesak-desakan dan terhimpit pagar struktur tribun , selain jalur evakuasi yang jelek, panpel pertandingan yang menjual tiket overcapacity dan tidak menerapkan single seat ticket juga menyebabkan hal ini.
FA Kepala eksekutif Graham Kelly , yang menghadiri pertandingan, mengatakan FA akan melakukan penyelidikan ke dalam apa yang telah terjadi. Berbicara setelah bencana, Kelly mendukung all-seater stadium, dimana bangku penonton dipasang diseluruh stadion bukan hanya di tribun VIP. Dia mengatakan "Kita harus mengganti tradisi suporter yang suka berdiri di belakang pagar". Disinilah mulainya pembangunan stadion tanpa pagar dan CCTV di inggris serta tidak lupa keamanan dan fasilitas ambulan yang lebih memadai.
Presiden UEFA Jacques Georges menimbulkan kontroversi dengan menggambarkan pendukung Liverpool sebagai "binatang", salah percaya bahwa hooliganisme adalah penyebab bencana. Pernyataannya menyebabkan Liverpool FC menyerukan pengunduran dirinya, tetapi dia minta maaf dikarenakan menemukan fakta bahwa hooliganisme bukanlah penyebabnya.
Tragedi hillsbrough memiliki dampak yang mendalam pada standar keselamatan stadion yang dibangun di Inggris. Pagar Perimeter dihapus dan stadion banyak yang mengkonversi stadionnya dengan mengunakan all seaters stadium Tercatat Stadion Chester City FC 's Deva Stadium adalah stadion sepak bola Inggris lebih dulu untuk memenuhi rekomendasi keamanan itu.
Tradisi stadion tanpa pagar mulai menyebar ke eropa akibat tragedi heysel Anda pasti sudah tahu dengan kerusuhan yang dilakukan supporter Liverpool di Belgia sewaktu final Liga Champions lawan Juventus. Kerusuhan yang terjadi 29 Mei 1985 yang kemudian dikenal dengan Tragedi Heysel ini memakan korban jiwa 39 orang. Tragedi tersebut berdampak besar bagi sepakbola Eropa.
Ada kesalahan tentu ada sanksi. Soal kerusuhan dan pelanggaran, Eropa paling tegas. UEFA akhirnya melarang Liverpool main di Eropa selama 5 tahun. Dan uniknya, FA (Konfederasi Sepakbola Inggris) malah ikut2an nambahi hukuman. Dan yang lebih unik, bukan cuma Liverpool, tapi semua klub Inggris nggak boleh main di luar Inggris selama 5 tahun! Dan yang paling unik, ternyata gak ada protes dari klub2 yang kena sanksi. Hal ini benar-benar menampar muka sepakbola Inggris dikarenakan kesalahan liverpool tapi semua klub inggris kena getahnya
Hukuman FA nggak berhenti di situ. Ada banyak perubahan parameter keamanan lainnya. Yang paling mencolok adalah menghilangkan pagar pembatas tribun penonton dan lapangan serta nggak boleh lagi ada tribun kelas berdiri (tanpa kursi) di se-antero Inggris. Walaupun FA sempat dikecam pada awal penerapan aturannya oleh publik sepakbola Inggris, bahkan Eropa. karena hal yang dianggap paling gila adalah menghilangkan pagar pembatas. Ada pagar saja rusuh, apalagi ompong melompong? . Di Belahan Eropa lainnya banyak yang meniru peraturan dari inggris tersebut dikarenakan terbukti menekan aksi hooliganisme suporter.
FA memang organisasi berpengalaman. Ide mereka ternyata berhasil. Hilangnya pagar pembatas justru membuat dewasa suporter Inggris. Karena FA juga mencatat identitas penonton yang masuk stadion. Sekali bikin rusuh, si suporter bakal di-banned masuk stadion di seluruh Inggris untuk beberapa tahun, bahkan selamanya. Di dalam stadion juga nggak boleh terlihat pasukan polisi alias harus menyamar.
Dengan aturan tersebut, bukan berarti sepakbola Lingga Inggris 100% aman. Penggemar Setan Merah pasti tidak akan lupa dengan “tendangan kung fu” Eric Cantona kepada suporter Crystal Palace di pinggir lapangan. Atau The Kop masih ingat dengan insiden masuknya balon ke lapangan yang dilemparkan seorang remaja yang akhirnya membuat liverpool kalah dari Sunderland.
Selain itu yang baru-baru saja terjadi kasus rio ferdinand yang dilempar koin oleh penonton
hal ini sampai membuat sebagian praktisi bola meminta dipasang jaring di stadion agar tidak terjadi hal seperti ini lagi. Tetapi hal ini langsung ditentang oleh FA dan sebagian besar pemain bola , Vincent Kompany yang merupakan kapten manchester city mengatakan "Faktanya adalah kami bisa membuat para penonton tidak di dalam kandang , itulah yang membuat permainan sepakbola di Inggris lebih spesial," akunya. "Kami pasti harus melakukan pencegahan tapi tidak boleh memperlakukan suporter seperti hewan yang berada di balik jeruji."
Sebelumnya, Akibat kasus Rio ferdinand ini Ketua Asosiasi Pemain Liga Inggris, Gordon Taylor sempat mengajukan wacana pemberian pagar di stadion-stadion di Inggris untuk melindungi pemain dari lemparan benda yang dilakukan oleh suporter.
Wacana tersebut mendapat pertentangan keras dari keluarga korban tragedy Hillsborough. Anggota Kampanye Keadilan Hillsborough, Steve Kelly seperti dilansir Daily Mail mengatakan seharusnya klub bisa mengidentifikasi penonton yang melempar barang secara lebih baik karena mereka memiliki dana yang besar.
“Dengan semua uang yang klub bayarkan untuk gaji pemain, mereka seharusnya bisa lebih baik dalam mengidentifikasi penonton dikerumunan yang melempar barang. Mereka seharusnya menjadi contoh nyata bagi orang-orang ini, bukannya memagari penonton,” ujar Kelly.
Belakangan Gordon Taylor meminta untuk mempertimbangkan pemasangan pagar di daerah-daerah yang rawan seperti di belakang gawang dan sekitar sudut lapangan tapi belum ada respon dari FA.
Lain rumput lain ilalang , lain lagi dengan budaya di Amerika Latin dimana stadionnya masih memakai sistem pengamanan yang kuno dengan parit yg dalam dan pagar yang tinggi. Disana Suporter sering menggunakan selebrasi yang berbahaya yang dikenal dengan "avalanche" (salju longsor) . Baru-baru ini terjadi insiden yang mencederai sejumlah orang bulan lalu membuat klub Brasil Gremio membuat kebijakan yang melarang suporternya melakukan perayaan gol ala salju longsor.
Perayaan gol "avalanche" biasa dilakukan oleh para suporter sepakbola di Amerika Selatan, terutama mereka yang berada di belakang gawang. Begitu tercipta gol, mereka ramai-ramai berlarian turun dari tempat yang lebih atas, mirip longsoran salju yang bergemuruh.
Aksi itu umumnya dilakukan di stadion-stadion yang belum ber-single seater,sehingga suporter bisa dengan cepat turun ke bawah. (Lihat video Youtube-nya di bawah ini).
Untuk di stadion Gedebage (GBLA) sudah dilengkapi All single seater tapi masih menerapkan sistem pagar tinggi dan parit yang dalam seperti gambar dibawah ini .
tp kalo dari pengalaman inggris menangani holigans yang cukup berhasil diatas dapat disimpulkan bukan menunggu suporter dewasa untuk meniadakan pagar, tapi menghilangkan pagar justru untuk mendewasakan suporter, tentunya tanpa melupakan sarana dan prasarana keamanan yang memadai juga.
source : http://www.proconstruction.asia/
twitter : @stadiongedebage
0
12.3K
38
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan