Tahukah kamu pemain bola dengan IQ paling tinggi yang pernah tercatat dalam sejarah?
Siapa namanya? Ia hanya pernah main untuk 2 klub saja sepanjang hidupnya, yakni West Ham United dan Chelsea. Pernah juga dipinjamkan ke Swansea untuk setahun. Ia juga main untuk timnas Inggris, namun absen di Euro 2012 karena cedera.
Benar, namanya Frank Lampard.
Dalam sebuah tes IQ yang dilakukan oleh dokter klub, ia memperoleh IQ lebih dari 150. Belum pernah ada pemain Chelsea mencatatkan IQ setinggi itu. Bahkan dalam sejarah perusahaan yang melakukan tes IQ, tidak ada yang memperoleh IQ sebesar itu.
Sebagai perbandingan Bill Gates pemilik Microsot memiliki IQ 160. Albert Einstein sang ilmuwan juga 160. Bill Clinton presiden AS 137. Beethoven musisi 165.
Lampard dilahirkan 20 Juni 1984 dari pasangan pemain sepakbola, ayahnya Frank Lampard Senior, dan ibunya, Pat, seorang ibu rumah tangga biasa. Selama bersama Chelsea sejak tahun 2001, ia sudah turun 374 kali dengan 126 gol dibuatnya.
[/spoiler
Spoiler for :
Sebelum ini sebuah penelitian dari Swedia menemukan, top scorer lapangan hijau memiliki kecerdasan kognitif lebih tinggi daripada kebanyakan penduduk awam. Riset itu mengukur para pemain dari tim paling top di liga Swedia, lalu dibandingkan dengan para pemain dari liga di bawahnya.
Riset menggunakan sebuah tes standar yang biasa digunakan para psikolog bernama D-Kefs yang menguji kemampuan pemecahan masalah, kreatifitas, dan pembuatan aturan. Kecerdasan kognitif atau IQ pemain di liga teratas ternyata lebih tinggi dari para pemain dari liga cemen.
Penelitian itu juga menyimpulkan, para pemain sepakbola kelas elit, yang namanya terkenal di seluruh dunia karena permainannya, memiliki kecerdasan di atas mayoritas penduduk bumi. Mereka yang mencetak gol terbanyak atau top scorer, entah di turnamen pendek atau liga sepanjang musim, lebih cerdas daripada kebanyakan pemain lainnya.
Mereka berpikir lebih jernih, lebih cepat, dan lebih fleksibel daripada orang-orang yang tidak main bola. Ada korelasi yang jelas antara jumlah gol dan assist yang mereka hasilkan dengan IQ yang mereka miliki.
Penelitian yang dipimpin Predrag Petrovic dari Karolinska Institute di Stockholm memeriksa 31 pemain bola lelaki dan 26 pemain bola perempuan selama lima bulan di tahun 2007. Mereka diambil dari enam tim di liga teratas Swedia, Allsvenskan, dan lim tim lain dari liga di bawahnya, Divisi 1.