- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Diputer, Dijilat, Dijedotin (Oreo). Cerita yang bikin ngakak. Lucu Abis !!


TS
baronix
Diputer, Dijilat, Dijedotin (Oreo). Cerita yang bikin ngakak. Lucu Abis !!
Agan-agan yang baca ini pasti bisa ketawa lebar, yang lagi galau gara-gara diputusin ama pacar, atau abis dipecat jadi anak sama nyokap-bokapnya mendingan baca ini. Asli, lucu abis


Cerita ini terjadi lima tahun lalu, cekibrot !!
DIPUTER, DIJILAT, DIJEDOTIN
Pas pulang sekolah gue kaget, ada anak kecil lari-larian di depan teras rumah gue. Pasti dia anak pemulung yang biasa mulung setiap gue pulang sekolah. Gue pun menyuruh anak yang kira-kira berumur 5 tahun ini keluar. Tapi sialnya dia balik lagi masuk ke rumah, dan kembali berlari-larian di teras rumah. Terus gue menggandeng dia dan menuntunnya ke luar pagar. Dan lagi-lagi dia masuk ke rumah dan lari-larian lagi di teras. Gue kesel, gue tenteng bajunya dan meletakkanya di luar pagar rumah. Lalu pagar rumah gue kunci pakai gembok. Anak kecil itu malah menggedor-gedor pagar dengan kencangnya, mengguncangnya, dan menggigit gembok pagarnya. Gue cuek, gue melepas sepatu sebelum masuk rumah. Sial, sekarang anak itu malah nangis kenceng banget. Ini kemana sih emaknya ? Heran gue, anak kok ditinggal dirumah orang.
Nyokap tiba-tiba keluar, mungkin karena suara tangis anak sialan ini. Tapi tanpa gue sadari, Nyokap malah melempar gue dengan pot bunga. Dia memarahi gue abis-abisan, dia bilang kalau anak kecil itu adalah keponakan gue. Mendengar ribut-ribut di luar, ada lagi orang yang keluar, orang itu adalah Kak Shela anak dari kakak perempuan Nyokap gue. Dia marah karena anaknya dikira anak pemulung, dia melempar gue pakai seikat rambutan, gue tangkap, gue makan.
Gue kena marah oleh dua wanita ini. Satu wanita aja gue udah kewalahan, ini nambah lagi satu. Pecah kepala gue.
Nyokap menjelaskan kalau anak itu adalah keponakan gue yang lima tahun lalu masih bayi. Nyokap juga menjelaskan kalau baju anak itu lusuh karena tadi abis makan es krim, dan belepotan kemana-mana. Gue manggut-manggut. Setelah dirasa cukup untuk memarahi gue, Nyokap menyuruh gue untuk membeli biskuit oreo. Iya, yang bulet plus item itu, di tengahnya ada krim putih, yang iklannya diputer, dijilat terus dijedotin.
Oreo itu bukan buat Nyokap, gue atau Kak Shela, tapi buat anak kecil yang gue kira anak pemulung tadi. Ya udah, abis itu gue beliin. Gak tanggung-tanggung, gue beli satu lusin oreo. Candra, anak yang gue sangka anak pemulung itu udah nungguin gue di depan pagar rumah. Ketika gue sampai depan pager, satu lusin oreo langsung aja direbut sama dia, lalu dia lari-larian di teras. Kasian ya, anak yang lain punya hiburan yang keren kaya naik odong-odong, pergi ke time zone, atau ke pasar malem, nah ini hiburannya cuma lari-larian sama makan oreo doang.
Gue lihatin Si Candra lari-larian, gue penasaran, akhirnya gue juga ikut lari-larian. Kami berdua lari-larian sambil makan oreo.
Si Candra keponakan gue ini suka banget sama oreo, dia gak mau makan sebelum makan oreo dulu. Kalau lauk di rumahnya lagi gak enak, dia minta oreo sebagai lauk penggantinya. Nasi terus lauknya oreo, kadang ditambah sambel terasi, oreonya dicocol pake sambel. Dan saking senengnya sama oreo, ketika dia makan tuh biskuit, tangannya selalu menadah untuk mengantisipasi ada remahan oreo yang jatuh. Jadi remahan oreo-oreo tadi jatuhya ke tangan, setelah jatuh ketangan langsung dimakannya lagi.
Gue mencoba menjahilinya dengan merampas semua oreo-oreo dan langsung gue bawa lari. Kemana pun gue lari dia selalu ngikut. Dia ngejar gue sambil makan oreo, akibatnya remahan oreo berjatuhan dimana-mana. Remahan oreo itu berceceran memebentuk jalur. Seperti yang gue bilang tadi, Candra gak pernah rela ada oreo yang terbuang percuma, lantas dia bergegas memunguti satu-persatu remahan oreo yang ukurannya sama kayak sebutir nasi. Satu persatu dia masukin semuanya ke mulut sampai akhirnya dia berhenti di dekat lemari kuno yang udah jarang dibersihin. Candra berhenti dan bilang ke ibunya(Kak Shela), “Mama, mama, ait, ait, oyeonya ait, Ma !” Dia berlari sambil nangis plus megap-megap. Candra menunjukan dimana dia memakan oreo pahit itu kepada ibunya, nyokap dan gue. Tarus gue bilang, “ Hah ?! Yang di dekat lemari tua itu ? Aku kemarin baru bersihin bagian dalem lemariya, dan itu kotor banget, banyak tai tokeknya, tai tokeknya aku kumpulin dulu dideket lemari, dan lupa aku buang.” Entah gue salah atau bener, tapi yang jelas gue malah dilemparin sama tai-tai tokek sama kedua wanita ini.
Kejadian itu membuat Candra jadi benci sama oreo, lihat iklannya di tv aja dia langsung meriang. Mungkin sekedar tips saja buat para pengusaha makanan, jangan membuat produk yang bentuk, warna atau tekstur menyerupai tai hewan, itu menyesatkan.
Yang punya keponakan kaya gitu, mendingan pecat aja !





0
5K
32


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan