- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Abdi Ibu Pertiwi


TS
titotetot
Abdi Ibu Pertiwi
Sekedar tulisan dan uneg-uneg saya. Sebenarnya sudah saya tulis di blog saya di blog saya. Saya hanya ingin berbagi ke agan2 sekalian tentang pemikiran saya. Silahkan dinikmati dan dikomentari.
TS tidak ingin menjudge kalangan tertentu, TS cuma pengen share ke agan semua, jadi kalau kurang berkenan di hati mohon dimaafkan. Suwuun
Spoiler for Abdi Ibu Pertiwi:
Suatu malam di sebuah kafe di pinggiran kota Jogja, saya dan beberapa teman nongkrong bareng. Sekedar nongkrong, melepas penat dari hiruk pikuk dunia perkuliahan. Tidak banyak yang kita lakukan. Hanya duduk, menikmati minuman kami, dan ngobrol santai. Entah apa yang kami obrolkan, mulai dari politik, teori konspirasi, kehidupan, dan cita-cita kami ke depan. Tidak ada format khusus, hanya mengalir begitu saja tanpa alur.
Dua puluh tahun lebih sedikit umur saya, dan teman-teman saya yang lain tentunya. Usia dimana kami tidak lagi anak kecil. Usia dimana kita mulai sedikit mengenal apa itu kehidupan, apa itu tanggung jawab. Mana yang baik dan buruk, mana yang harus dan tidak boleh kami lakukan. Kami mulai berpikir apa yang akan kami lakukan ke depan, 5, 10 atau bahkan 20 tahun ke depan. Berfantasi akan jadi apa kami ketika kami ber-reuni nanti. Ada yang berfantasi punya istri muda, punya anak banyak dan fantasi konyol lainnya. Yah, namanya fantasi bebas tidak ada larangan.
Cita-cita, bab yang selalu menarik untuk di telusuri. Mengulik bab ini sama saja seperti menguras air laut, tidak ada habisnya. Selalu ada cerita menarik dari setiap cita-cita yang diceritakan. Ada teman yang bercita-cita ingin menjadi pekerja sukses di negeri orang, ada yang ingin jadi pengusaha, jadi karyawan biasa juga ada. Hanya satu yang jarang hadir di telinga saya, menjadi pegawai pemerintahan yang sukses, membangun negeri ini menjadi negeri adidaya. Salahkah mempunyai cita-cita seperti itu?
Padahal sering kita jumpai banyak generasi muda yang memprotes kebijakan pemerintah, mahasiswa yang kritis. Mengkritisi kebijakan yang kurang tepat. Tidak jarang dari mereka memiliki pemikiran yang bagus, pandangan yang bagus, yang menurut saya bila mereka memiliki kesempatan untuk mengelola bangsa ini, bangsa ini bisa bersaing dengan negara lain. Lalu kemana perginya para generasi muda ini?
Apakah mereka lari ke luar negeri? Bekerja untuk negara lain? Mungkin. Lalu kenapa mereka tidak ingin bekerja di pemerintahan? Apakah mereka tidak ingin memperbaiki negeri ini? Terlalu kompleks mungkin bila ingin dijabarkan. Seperti mengurai benang kusut bila boleh meminjam kosa kata dari para pujangga. Namun dari kaca mata saya, mungkin mereka memandang lahan pekerjaan ini sebagai 'tempat' yang kejam, tidak kondusif, dan mengandung banyak aura pesimis. Gaji yang relatif rendah, tekanan dari kanan kiri (para kompetitor), dan tentu bayang-bayang korupsi yang mengintai tiap saat. Pekerjaan di dunia pemerintahan dinilai sebagai lahan pekerjaan yang kotor, penuh dengan dosa.
Mungkin beberapa hal di atas yang membuat para generasi muda enggan untuk melanjutkan tongkat estafet kepemimpinan negeri ini. Namun coba bayangkan, bila setengah atau mungkin hanya sepertiga saja dari generasi muda berprestasi dengan kebaikan hati diberi kesempatan untuk memangku bangsa ini. Bukan tidak mungkin dalam 10-20 tahun bangsa kita ini sejajar dengan China dan Amerika. Menyalip India, Korea Selatan, dan beberapa negara Eropa.
Yang saya ungkapkan di atas bukan bualan atau mimpi kosong. Mungkin hanya segelintir dari kita yang tahu bahwa sesungguhnya Indonesia cukup diperhitungkan di mata dunia. Banyak prestasi bagus yang kita ukir. Banyak anak bangsa mengharumkan nama bangsa di luar sana. Namun tidak pernah ada atau jarang berita yang memuat mereka. Berita mereka kalah oleh berita yang berisi pesimisme. Kabar bernuansa negatif yang selalu dihembuskan oleh media kita. Yang lama kelamaan membentuk pesimisme global dan membendung cita-cita kita untuk berkembang dan bersaing dengan kompetitor kita. Efeknya? Sudah jelas, kemunduran bangsa ini.
Ada sebuah filosofi menarik yang pernah teman saya ceritakan pada saya. Dia sedang menempuh perjalanan hidupnya di sebuah kampus di Jawa Barat. Cerita ini dia dengarkan dari dosennya.
Apa tujuan hidup kalian? Bekerja di perusahaan besar dan mendapat uang sebanyak-banyaknya? Mendapat jabatan setinggi-tingginya? Bukan. Hidup ini bukan tentang uang ataupun jabatan yang kalian punya. Hidup ini adalah pengabdian, pembayaran hutang atas apa yang sudah kalian ambil. Apakah kalian sadar selama ini kalian sudah menggerogoti negeri ini? Kalian makan, hidup dan tinggal di negeri ini. Lalu apa yang sudah kalian berikan pada negeri ini? Hidup ini tentang keseimbangan dan pengabdian, kalian harus memberikan pada bangsa ini apa yang sudah kalian ambil.
Begitulah kurang lebih petikan percakapannya. Cukup menarik menurut saya, memotivasi saya untuk mengabdi pada negeri ini. Pengabdian tidak selalu harus menjadi bagian dari pemerintahan, siapapun kita bisa mengabdi pada bangsa ini dengan cara kita masing-masing.
Harapan itu selalu ada, kesempatan pun pasti terbuka lebar bila ada niat dan usaha. Tinggal kita semua mau atau tidak. Memang terdengar simpel namun sulit untuk direalisasikan. Butuh optimisme yang tinggi, pemikiran yang selalu positif dan kerja sama yang apik dari semua elemen.
Saya disini bukan untuk menggurui teman-teman sekalian, saya hanya ingin mengajak sebanyak-banyaknya para penerus bangsa ini untuk meraih harapan itu. Saya percaya kita semua dikaruniai kekuatan untuk menyelesaikan permasalahan negeri ini. Tinggal kita mau atau tidak untuk berusaha. Jikalau ini semua terdengar seperti bualan silahkan lupakan, namun bila teman-teman merasakan hal yang sama, mari kita berjuang bersama. Bangsa ini membutuhkan penerus, membutuhkan kita. Jangan lagi menambah beban negeri ini, jangan lagi mencaci negeri ini.
Stay optimis stay positif
Dua puluh tahun lebih sedikit umur saya, dan teman-teman saya yang lain tentunya. Usia dimana kami tidak lagi anak kecil. Usia dimana kita mulai sedikit mengenal apa itu kehidupan, apa itu tanggung jawab. Mana yang baik dan buruk, mana yang harus dan tidak boleh kami lakukan. Kami mulai berpikir apa yang akan kami lakukan ke depan, 5, 10 atau bahkan 20 tahun ke depan. Berfantasi akan jadi apa kami ketika kami ber-reuni nanti. Ada yang berfantasi punya istri muda, punya anak banyak dan fantasi konyol lainnya. Yah, namanya fantasi bebas tidak ada larangan.
Cita-cita, bab yang selalu menarik untuk di telusuri. Mengulik bab ini sama saja seperti menguras air laut, tidak ada habisnya. Selalu ada cerita menarik dari setiap cita-cita yang diceritakan. Ada teman yang bercita-cita ingin menjadi pekerja sukses di negeri orang, ada yang ingin jadi pengusaha, jadi karyawan biasa juga ada. Hanya satu yang jarang hadir di telinga saya, menjadi pegawai pemerintahan yang sukses, membangun negeri ini menjadi negeri adidaya. Salahkah mempunyai cita-cita seperti itu?
Padahal sering kita jumpai banyak generasi muda yang memprotes kebijakan pemerintah, mahasiswa yang kritis. Mengkritisi kebijakan yang kurang tepat. Tidak jarang dari mereka memiliki pemikiran yang bagus, pandangan yang bagus, yang menurut saya bila mereka memiliki kesempatan untuk mengelola bangsa ini, bangsa ini bisa bersaing dengan negara lain. Lalu kemana perginya para generasi muda ini?
Apakah mereka lari ke luar negeri? Bekerja untuk negara lain? Mungkin. Lalu kenapa mereka tidak ingin bekerja di pemerintahan? Apakah mereka tidak ingin memperbaiki negeri ini? Terlalu kompleks mungkin bila ingin dijabarkan. Seperti mengurai benang kusut bila boleh meminjam kosa kata dari para pujangga. Namun dari kaca mata saya, mungkin mereka memandang lahan pekerjaan ini sebagai 'tempat' yang kejam, tidak kondusif, dan mengandung banyak aura pesimis. Gaji yang relatif rendah, tekanan dari kanan kiri (para kompetitor), dan tentu bayang-bayang korupsi yang mengintai tiap saat. Pekerjaan di dunia pemerintahan dinilai sebagai lahan pekerjaan yang kotor, penuh dengan dosa.
Mungkin beberapa hal di atas yang membuat para generasi muda enggan untuk melanjutkan tongkat estafet kepemimpinan negeri ini. Namun coba bayangkan, bila setengah atau mungkin hanya sepertiga saja dari generasi muda berprestasi dengan kebaikan hati diberi kesempatan untuk memangku bangsa ini. Bukan tidak mungkin dalam 10-20 tahun bangsa kita ini sejajar dengan China dan Amerika. Menyalip India, Korea Selatan, dan beberapa negara Eropa.
Yang saya ungkapkan di atas bukan bualan atau mimpi kosong. Mungkin hanya segelintir dari kita yang tahu bahwa sesungguhnya Indonesia cukup diperhitungkan di mata dunia. Banyak prestasi bagus yang kita ukir. Banyak anak bangsa mengharumkan nama bangsa di luar sana. Namun tidak pernah ada atau jarang berita yang memuat mereka. Berita mereka kalah oleh berita yang berisi pesimisme. Kabar bernuansa negatif yang selalu dihembuskan oleh media kita. Yang lama kelamaan membentuk pesimisme global dan membendung cita-cita kita untuk berkembang dan bersaing dengan kompetitor kita. Efeknya? Sudah jelas, kemunduran bangsa ini.
Ada sebuah filosofi menarik yang pernah teman saya ceritakan pada saya. Dia sedang menempuh perjalanan hidupnya di sebuah kampus di Jawa Barat. Cerita ini dia dengarkan dari dosennya.
Apa tujuan hidup kalian? Bekerja di perusahaan besar dan mendapat uang sebanyak-banyaknya? Mendapat jabatan setinggi-tingginya? Bukan. Hidup ini bukan tentang uang ataupun jabatan yang kalian punya. Hidup ini adalah pengabdian, pembayaran hutang atas apa yang sudah kalian ambil. Apakah kalian sadar selama ini kalian sudah menggerogoti negeri ini? Kalian makan, hidup dan tinggal di negeri ini. Lalu apa yang sudah kalian berikan pada negeri ini? Hidup ini tentang keseimbangan dan pengabdian, kalian harus memberikan pada bangsa ini apa yang sudah kalian ambil.
Begitulah kurang lebih petikan percakapannya. Cukup menarik menurut saya, memotivasi saya untuk mengabdi pada negeri ini. Pengabdian tidak selalu harus menjadi bagian dari pemerintahan, siapapun kita bisa mengabdi pada bangsa ini dengan cara kita masing-masing.
Harapan itu selalu ada, kesempatan pun pasti terbuka lebar bila ada niat dan usaha. Tinggal kita semua mau atau tidak. Memang terdengar simpel namun sulit untuk direalisasikan. Butuh optimisme yang tinggi, pemikiran yang selalu positif dan kerja sama yang apik dari semua elemen.
Saya disini bukan untuk menggurui teman-teman sekalian, saya hanya ingin mengajak sebanyak-banyaknya para penerus bangsa ini untuk meraih harapan itu. Saya percaya kita semua dikaruniai kekuatan untuk menyelesaikan permasalahan negeri ini. Tinggal kita mau atau tidak untuk berusaha. Jikalau ini semua terdengar seperti bualan silahkan lupakan, namun bila teman-teman merasakan hal yang sama, mari kita berjuang bersama. Bangsa ini membutuhkan penerus, membutuhkan kita. Jangan lagi menambah beban negeri ini, jangan lagi mencaci negeri ini.
Stay optimis stay positif

TS tidak ingin menjudge kalangan tertentu, TS cuma pengen share ke agan semua, jadi kalau kurang berkenan di hati mohon dimaafkan. Suwuun

0
816
Kutip
5
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan