Sehari sebelum Hari Raya Nyepi,diadakan upacara pengerupukan. Yaitu menyebar-nyebar nasi tawur, mengobori-obori rumah dan seluruh pekarangan, menyemburi rumah dan pekarangan dengan mesiu, serta memukul benda-benda apa saja (biasanya kentongan) hingga bersuara ramai/gaduh. Tahapan ini dilakukan untuk mengusir Buta Kala dari lingkungan rumah, pekarangan, dan lingkungan sekitar. Khusus di Bali, pengrupukan biasanya dimeriahkan dengan pawai OGOH-OGOHyang merupakan perwujudan Buta Kala yang diarak keliling lingkungan, dan kemudian dibakar. Tujuannya sama yaitu mengusir Buta Kala dari lingkungan sekitar.
Spoiler for Penjelasan Singkat Tentang Ogoh-Ogoh:
Ogoh-ogoh adalah karya seni patung dalam kebudayaan Bali yang menggambarkan kepribadian Bhuta Kala. Dalam ajaran Hindu Dharma, Bhuta Kala merepresentasikan kekuatan (Bhu) alam semesta dan waktu (Kala) yang tak terukur dan tak terbantahkan.
Dalam perwujudan patung yang dimaksud, Bhuta Kala digambarkan sebagai sosok yang besar dan menakutkan; biasanya dalam wujud Rakshasa.
Selain wujud Rakshasa, Ogoh-ogoh sering pula digambarkan dalam wujud makhluk-makhluk yang hidup di Mayapada, Syurga dan Naraka, seperti: naga, gajah, garuda, Widyadari, bahkan dewa. Dalam perkembangannya, ada yang dibuat menyerupai orang-orang terkenal, seperti para pemimpin dunia, artis atau tokoh agama bahkan penjahat. Terkait hal ini, ada pula yang berbau politik atau SARA walaupun sebetulnya hal ini menyimpang dari prinsip dasar Ogoh-ogoh. Contohnya Ogoh-ogoh yang menggambarkan seorang teroris.
Dalam fungsi utamanya, Ogoh-ogoh sebagai representasi Bhuta Kala, dibuat menjelang Hari Nyepi dan diarak beramai-ramai keliling desa pada senja hari Pangrupukan, sehari sebelum Hari Nyepi.
Menurut para cendekiawan dan praktisi Hindu Dharma, proses ini melambangkan keinsyafan manusia akan kekuatan alam semesta dan waktu yang maha dashyat. Kekuatan tersebut meliputi kekuatan Bhuana Agung (alam raya) dan Bhuana Alit (diri manusia). Dalam pandangan Tattwa (filsafat), kekuatan ini dapat mengantarkan makhluk hidup, khususnya manusia dan seluruh dunia menuju kebahagiaan atau kehancuran. Semua ini tergantung pada niat luhur manusia, sebagai makhluk Tuhan yang paling mulia dalam menjaga dirinya sendiri dan seisi dunia.
Mengarak Ogoh-ogoh di sekitaran daerah tempat tinggal merupakan tradisi bagi Masyarakat Bali. Tentu saja mengarak Ogoh-Ogoh diiringi dengan Gambelan (alat musik tradisional) Bali. Tapi kebudayaan mengarak ogoh-ogoh dengan gambelan tradisional Bali mulai menghilang,semenjak tren 'House Music' dan sound system dengan suara yang keras masuk ke Bali. Remaja Bali yang seharusnya mengarak ogoh-ogoh dengan gambelan,kini berubah menjadi Mengarak Ogoh-Ogoh Dengan Sound System dan House Music !!!!. Dengan bangganya mereka berjoget-joget diatas ogoh-ogoh saat mendengarkan house music. Dan anehnya lagi,anak-anak kecil dibawah umur yang seharusnya melestarikan malah ikut-ikutan mengarak ogoh-ogoh dengan sound system
Berikut beberapa penampakan Hari Raya Ngerupuk :
Spoiler for Tidak Seharusnya Dilakukan:
Spoiler for Yang Seharusnya Dilakukan :
Spoiler for Yang Seharusnya Ditiru:
Sekian Info Kebudayaan Bali
Maaf Berantakan. Thread Pertama Ane,Gan!