Kaskus

News

zhouxianAvatar border
TS
zhouxian
Cheng Beng Beri Kontribusi Positif pada Kehidupan Bermasyarakat
Medan, (Analisa). Tradisi ziarah kuburan Cheng Beng yang diperingati etnis Tionghoa dapat memberikan kontribusi positif pada kehidupan bermasyarakat karena menyadarkan kita untuk menghormati leluhur dengan cara menjaga prilaku yang tidak memalukan para leluhur.
“Besar harapan kami, etnis Tionghoa di Sumatera Utara yang sebagian besar beragama Buddha dapat menyederhanakan pelaksanaannya dengan tetap menjunjung tinggi makna besar perayaan Cheng Beng” ujar Ketua Majelis Buddhayana Indonesia (MBI) Sumut,Upa.Ir. Ony Hindra Kusuma, dalam siaran persnya, Selasa (26/3).

Menurutnya, tradisi dan budaya banyak mewarnai praktik kehidupan Umat Buddha yang berasal dari berbagai etnis dan suku antara lain etnis Tionghoa, suku Jawa, Karo dan Tamil serta suku lainnya.

Festival Ceng Beng sendiri katanya, berkaitan dengan adat budaya Tionghoa yaitu penghormatan leluhur, kekerabatan, keselarasan dan harmony, setia, berbakti, dan juga kebersamaan. Ada banyak cerita berkenaan dengan latar belakang munculnya tradisi Ceng Beng, yang pada intinya semua cerita ini mengajarkan untuk memiliki bakti kepada kedua orang tua dan para leluhur.

“Dengan makna yang terkandung didalamnya tentunya praktik Cheng Beng pantas dilestarikan karena sangat sejalan dengan ajaran Buddha. Dalam Anguttara Nikaya, Buddha mengumpamakan ayah dan ibu laksana dewa tingkat tinggi, yaitu Brahma, dengan ungkapan, ‘Brahma ti matapitaro’. Dalam sutta ini, Beliau pun menjelaskan bahwa orang tua, ayah dan ibu sebagai Pubba-achariya, guru awal, guru pertama bagi anak-anaknya.

Dalam bagian lain dalam kitab tersebut, Buddha menyatakan bahwa ada dua orang yang tak pernah bisa dibalas budinya yaitu Ayah dan Ibu,” ungkap Upa. Ir. Ony Hindra Kusuma

Pada zaman dinasti Tang lanjutnya, implementasi Ceng Beng hampir sama dengan kegiatan sekarang, misalnya seperti membakar uang-uangan, menggantung lembaran kertas, sembahyang dan membersihkan kuburan. Yang hilang pada saat ini adalah menggantung lembaran kertas, yang sebagai gantinya lembaran kertas itu ditaruh di atas kuburan.

Menurut salah satu cerita rakyat yang beredar, kebiasaan seperti itu atas perintah Zhu Yuanzhang, kaisar pendiri dinasti Ming, untuk mencari kuburan ayahnya. Dikarenakan tidak tahu letaknya, ia menyuruh seluruh rakyat untuk menaruh kertas di batu nisan leluhurnya. Rakyat pun mematuhi perintah tersebut, lalu ia mencari kuburan ayahnya yang batu nisannya tidak ada kertas dan ia menemukannya.

Tradisi

“Praktik membakar uang-uangan merupakan tradisi bukan merupakan praktik dalam Agama Buddha. Tradisi ini tidak ditemukan pada praktik Umat Buddha dari suku lain, untuk itu lebih bijak jika dalam pelaksanaannya tradisi dapat dipertahankan jika diperlukan namun lebih disederhanakan dengan tidak mengurangi maknanya sebagai bentuk bakti kepada kedua orang tua. Jadikan Ceng Beng sebagai tradisi mendatangi makam keluarga untuk membersihkan makam-makam dari semak belukar. Sebenarnya dari sinilah makna kata Ceng Beng yang berarti Bersih dan Terang, mengacu kepada makam leluhur yang dibersihkan.

Dan menyadarkan kita untuk tetap berprilaku bersih untuk membalas jasa mereka. Bakti kepada leluhur dapat kita tunjukkan kepada mereka dengan pelimpahan jasa (pattidana) atas karma baik yang dapat kita lakukan agar mereka terlahir ke alam yang lebih baik,” kata Upa. Gunarko Madyamiko Hartoyo ST.MM, Ketua Lembaga Media Komunikasi MBI Sumut menambahkan.

Pembakaran uang-uangan pada praktiknya kata Gunarko, sudah banyak dikurangi bahkan ditiadakan oleh Umat Buddha dari etnis Tionghoa di beberapa negara seiring semakin terbukanya wawasan mereka dan dukungan pada kelestarian alam dengan pengurangan pembakaran kertas yang berasal dari bahan baku perpohonan.

“Majelis Buddhayana Indonesia meyakini kegiatan ini dapat dikurangi dengan usaha berbagai pihak memberi pemahaman bahwa doa dan menjalankan delapan jalan utama dengan benar sesuai ajaran Sang Buddha akan lebih memberi manfaat dibanding praktik tersebut,” ujarnya. (rrs)

http://www.analisadaily.com/news/201...bermasyarakat/

kembali ke masing2 individu aja emoticon-Big Grin
0
973
0
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan