Quote:
Laporan Wartawan Tribun Medan/ Adol Frian Rumaijuk
TRIBUN-MEDAN.com, MEDAN - Pertama kali tiba di Medan, Sumatera Utara, Nyoman Wija pria yang berasal dari Pulau Dewata, Bali memilih mengunjungi kawasan Danau Toba. Ia menemukan hartakarun Sumut yang sesungguhnya sangat berpotensi.
Sayang, katanya, potensi sumberdaya yang ada tidak dimanfaatkan. Justru dilakukan pembiaran oleh pemerintah daerah. "Lihat saja Danau Toba, yang sesungguhnya sangat indah. Namun aroma airnya sudah sangat tidak enak," ujarnya ditemui disela-sela Ghatering Costumer Hotel Grand Elite di Jl Gaotot Subroto Medan, selasa (26/3/2013) malam.
Nyoman menjadi General Manager hotel berbintang IV itu, mencoba melihat potensi pariwisata yang ada di Sumut. Dia sengaja mengambil perjalanan satu hari dari Medan ke Parapat, dan kemudian ke Berastagi Kabupaten Karo. "Infrastrukturnya sagat memprihatinkan, dari Medan Ke Parapat masih lumayan, namun dari Parapat ke Berastagi sangat rusak," ujarnya.
Peran infrastruktur sangat berpengaruh terhadap dunia pariwisata menurutnya. Karena wisatawan mancanegara secara umum menginginkan melihat kekayaan alam, dan budaya yang unik di suatu daerah. Mereka tidak ingin melihat sesuatu yang megah, melainkan yang unik.
Hal itu yang dilakukan di Bali, dimana masyarakat sadar akan pariwisata. Dengan mempertahankan kebudayaan dan keaslian pola kehidupan masyarakat Bali. Tidak terkontaminasi dengan kebudayaan yang masuk ke daerah itu. Itu seharusnya yang perlu disadari masyarakat di Sumut, terutama kawasan Danau Toba.
Sehingga, tujuan wisata para wisatawan akan semakin jelas. Nyoman yakin, hal itu bisa mengangkat dunia pariwisata yang Kawasan Danau Toba yang sebelumnya mengalami kemajuan. "Kondisi saat ini sangat kumuh, kesadaran masyarakat masih harus ditingkatkan," ujarnya.
T.K.P
saya turut prihatin dengan kondisi danau toba saat ini
