- Beranda
- Komunitas
- Story
- Stories from the Heart
Penunggu kran misterius


TS
thebestmagician
Penunggu kran misterius
Quote:
Kran air itu mengalirkan air yg cukup deras, mengusik tidur malamku, ku kira air dari kran kamar mandi, namun salah dugaanku tsb, ku coba berlari keluar mematikan sanyo, namun sanyo pun mati, ku coba naik tangga di lorong sunyi gelap lantai dua ke lantai tiga, tangga kayu yang dibuat sesederhana mungkin yang hanya dipasang manakala memasuki lubang kecil menuju lantai berikutnya, ditambah heningnya malam yg semakin larut mencekam, lantai dua dan tiga dikosongkan lantaran dihuni " makhluk lain" bernama burung walet, namun disamping itu ku coba menutup kran air sendirian, karena bgmna pun airnya deras telah membasahi atap langit-langit kamarku, ah.. sungguh pengalaman thun 2008 sulit dilupakan, yakin ku dalam hati sore hari sebelum itu setelah memeriksa keatas kran air ku tutup rapat, dan ketika ku sampai diatas malam harinya, tercengang hebat, kok bisa terbuka dg air yg begitu deras, padahal sanyo pun sudah dimatikan ( kalaulah dinyalakan bisa korsleting karena daya listrik tidak kuat), ku coba mendekatinya, dan ku putar kran air hingga benar2 tak mungkin bisa diputaar oleh siapapun + ku kunci saluran air pralon bawahnya. Lalu aku pun turun ke bawah melanjutkan tidur dan mimpi yg tertunda.
Namun sialnya, belum sejam ( 40 menitan ) ku dengar kembali suara air mengalir dari kran, saat itu pun menunjukan 11.30 malam, emosi ku dibuatnya, benar2 emosi seakan mereka nantangin, tidur pun tak lagi bisa, ku coba memutar otak mencari akal bagaimana keatas sana lagi, yang paling ku benci saat itu kenapa mesti malam hari, dilantai 3 pula plus gelapnya melebihi gelapnya malam diluar ruangan, jangankan malam, siang pun tak ada cahaya masuk kedalam, ya karena seperti itulah dibangun dulunya untuk sarang walet arggh... tanpa berfikir panjang ku lekas mencari senter, dan setelah ku cari tak ku temukan, setelah ku ingat ternyata senter tertinggal diatas, hmm... komplit sudah dan memang takdirnya harus kembali mengecek apa yg terjadi, waktu berdetak lambat seakan enggan menyapa pagi,
air pun semakin terdengar ke bawah ditambah merembesnya ke langit2 kamar tidurku,
" Bismillahirrohmanirrohim ! kenapa mesti takut? mereka itu makhluk hina dan sombong tidak mau sujud kepada Adam dahulu kala, manusia lebih mulia dari mereka, dan mereka takut sama manusia selama manusia berani" Gumamku dalam hati.
Malam hari itu memang ku sendirian dirumah, orangtuaku belum juga pulang dari silaturahim ke ujung jawa sana, biasanya jam 10 sudah datang, fikirku mungkin macet panjang maklum harus lewatin ibukota jakarta. Malam itu menjadi malam " terindah " diantara malam2 terindah lainnya dalam lembaran hidupku, perlahan ku coba menghela nafas, menghitung setiap langkah menuju dapur dan langsung ke arah tangga lantai dua, baru saja tiba di lantai dua disambut dg serangan kilat sosok makhluk dan aku pun terkejut teriak : " Allahu Akbar ! " Dan ternyata kelelawar mengkagetkanku dan nyaris menabrak kepalaku. segera ku cari senter dekat tiang dan akhirnya ku temukan, hanya saja sudah semakin redup menjadikan " petualangan " tsb semakin " menarik " sekaligus " mencekam". tanpa fikir panjang, segera ku pasang tangga bambu yg bersandar di tembok masuk kedalam lorong lantai tiga, sejenak ku arahkan pandangan kesudut ruangan yg gelap yg hanya dibantu senter tua, ah lagi2 aku takut halusinasi, " bodo ah.." Ucapku.
Ketika ku sampai dilantai tiga, bulu kudukku merinding, semakin gelap dibanding lantai dua, namun apa daya, ini harus jadi tugasku, karena ku gak mau nanti disalahkan ketika ortu pulang rumah banjir. Segera ku berjalan pelan takut tersandung sesuatu seperti bangku dan batu bata sisa bangunan yg berserakan ditambah triplek2 bergelantungan menyekat ruangan yg luas untuk burung2 penghasil rezeki berlimpah tsb. Lagi-lagi diriku semakin menderita, senter pun padam karena habis ( udh seminggu blm dicharge lg ), namun ketika ku rogoh kantong, hapeku pun jadi andalan dg cahaya terangnya yg terbatas, maklum hape jadul kala itu, Sony K700i, hanya layar depan saja yg terang tak ada flash nya pula, ku semakin mendekati sumber air, dan ketika ku sampai, alangkah terkejutnya kran air tsb mengeluarkan air derasm ku pastikan sebelum keatas td sanyo ku matikan saklarnya, namun darimanakah air tsb? Rasa heran dan penasaran dibuatnya, " ah bodoh sekali kenapa aku jadi mematung begini " Langsung ku putar kembali ke posisi nol hingga ku pastikan tdk ada lagi air yg keluar + karet dan plastik ku balutkan ke moncong kran, alih2 double protection.
To be continued.......
Namun sialnya, belum sejam ( 40 menitan ) ku dengar kembali suara air mengalir dari kran, saat itu pun menunjukan 11.30 malam, emosi ku dibuatnya, benar2 emosi seakan mereka nantangin, tidur pun tak lagi bisa, ku coba memutar otak mencari akal bagaimana keatas sana lagi, yang paling ku benci saat itu kenapa mesti malam hari, dilantai 3 pula plus gelapnya melebihi gelapnya malam diluar ruangan, jangankan malam, siang pun tak ada cahaya masuk kedalam, ya karena seperti itulah dibangun dulunya untuk sarang walet arggh... tanpa berfikir panjang ku lekas mencari senter, dan setelah ku cari tak ku temukan, setelah ku ingat ternyata senter tertinggal diatas, hmm... komplit sudah dan memang takdirnya harus kembali mengecek apa yg terjadi, waktu berdetak lambat seakan enggan menyapa pagi,
air pun semakin terdengar ke bawah ditambah merembesnya ke langit2 kamar tidurku,
" Bismillahirrohmanirrohim ! kenapa mesti takut? mereka itu makhluk hina dan sombong tidak mau sujud kepada Adam dahulu kala, manusia lebih mulia dari mereka, dan mereka takut sama manusia selama manusia berani" Gumamku dalam hati.
Malam hari itu memang ku sendirian dirumah, orangtuaku belum juga pulang dari silaturahim ke ujung jawa sana, biasanya jam 10 sudah datang, fikirku mungkin macet panjang maklum harus lewatin ibukota jakarta. Malam itu menjadi malam " terindah " diantara malam2 terindah lainnya dalam lembaran hidupku, perlahan ku coba menghela nafas, menghitung setiap langkah menuju dapur dan langsung ke arah tangga lantai dua, baru saja tiba di lantai dua disambut dg serangan kilat sosok makhluk dan aku pun terkejut teriak : " Allahu Akbar ! " Dan ternyata kelelawar mengkagetkanku dan nyaris menabrak kepalaku. segera ku cari senter dekat tiang dan akhirnya ku temukan, hanya saja sudah semakin redup menjadikan " petualangan " tsb semakin " menarik " sekaligus " mencekam". tanpa fikir panjang, segera ku pasang tangga bambu yg bersandar di tembok masuk kedalam lorong lantai tiga, sejenak ku arahkan pandangan kesudut ruangan yg gelap yg hanya dibantu senter tua, ah lagi2 aku takut halusinasi, " bodo ah.." Ucapku.
Ketika ku sampai dilantai tiga, bulu kudukku merinding, semakin gelap dibanding lantai dua, namun apa daya, ini harus jadi tugasku, karena ku gak mau nanti disalahkan ketika ortu pulang rumah banjir. Segera ku berjalan pelan takut tersandung sesuatu seperti bangku dan batu bata sisa bangunan yg berserakan ditambah triplek2 bergelantungan menyekat ruangan yg luas untuk burung2 penghasil rezeki berlimpah tsb. Lagi-lagi diriku semakin menderita, senter pun padam karena habis ( udh seminggu blm dicharge lg ), namun ketika ku rogoh kantong, hapeku pun jadi andalan dg cahaya terangnya yg terbatas, maklum hape jadul kala itu, Sony K700i, hanya layar depan saja yg terang tak ada flash nya pula, ku semakin mendekati sumber air, dan ketika ku sampai, alangkah terkejutnya kran air tsb mengeluarkan air derasm ku pastikan sebelum keatas td sanyo ku matikan saklarnya, namun darimanakah air tsb? Rasa heran dan penasaran dibuatnya, " ah bodoh sekali kenapa aku jadi mematung begini " Langsung ku putar kembali ke posisi nol hingga ku pastikan tdk ada lagi air yg keluar + karet dan plastik ku balutkan ke moncong kran, alih2 double protection.
To be continued.......


anasabila memberi reputasi
1
2.5K
Kutip
26
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan