Berita Untuk Penyeimbang
Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) menilai Indonesia masih rentan aksi terorisme di semua wilayah. Hingga saat ini, ada sekitar 850 orang yang diduga terlibat aksi teror, sedangkan 60 orang lainnya tewas saat penangkapan.
Data ini diungkap BNPT saat menggelar acara diskusi bersama dengan para jurnalis di Surabaya, Kamis (21/3), terkait aksi teroris dan penanggulangannya.
Menurut Kepala BNPT Ansya'ad Mbai, semua wilayah yang ada di Indonesia, masih rentan terjadi aksi terorisme. Karena menurut dia, hingga saat ini, para pelaku teror, terlebih yang mengataskan agama untuk melegalkan aksinya, masih banyak serta memiliki kekuatan dan jaringan untuk melakukan aksi terornya.
"Salah satu indikasi masih banyaknya pelaku teror, terlihat ada banyak aksi perampokan yang tertangkap oleh polisi dan dalam penyelidikannya, diketahui memiliki jaringan dengan kelompok teroris. Para perampok ini, juga diketahui kerap menggunakan hasil rampokannya itu untuk biaya melakukan tindakan teror," terang Ansya'ad.
Ansya'ad mencontohkan, pada medio 2012 lalu, di Jakarta, anggota polisi pernah menangkap pelaku perampokan toko emas. "Dan dari hasil penyelidikan polisi, ternyata tersangka ini dari kelompok Na'im dan Yudi, yang merupakan anggota jaringan Poso," ungkapnya.
Hasil pengusutan, lanjut dia, terungkap adanya dana sekitar Rp 8 miliar yang didapat dari hasil merampok. "Dana yang sudah terkumpul itu, untuk biaya pelatihan militer, membeli senjata dan bahan peledak."
Berdasar data yang dikumpulkan BNPT ini, Ansya'ad meminta pemerintah dan kerjasama dari beberapa tokoh-tokoh masyarakat untuk ikut serta memikirkan upaya-upaya penanggulangan masalah teroris.
Terlebih lagi, kata Ansya'ad, saat ini, tengah gencar-gencarnya himbauan atau keinginan pihak-pihak tertentu untuk membubarkan Densus 88 Anti Teror, yang merupakan petugas khusus dari kepolisian dalam hal penanganan masalah teroris.
Ansya'ad mengungkap, dari hasil polling, tercatat 51 persen yang mewakili responden seluruh responden, menolak pembubaran Densus 88. Sedangkan 41 persen lainnya setuju adanya pembubaran, serta 30 persen menyebut tidak tahu-menahu.
"Karena kalau dibiarkan, gerakan (aksi teror) itu akan terus merajalela," ucapnya.
Sementara itu, polisi dan masyarakat dituntut untuk terus meningkatkan kewaspadaan. "BNPT punya temuan. BNPT pernah menerima laporan adanya ancaman teror yang mengarah ke Gedung DPR-RI. Kondisi ini membuktikan kalau aksi teror masih santer terjadi di negeri ini."
Sebenarnya, lanjut dia lagi, kami sepakat adanya usulan kebersamaan memerangi aksi teror yang muncul akibat rasa tidak puas terhadap sebuah kebijakan.
"Tapi jika Densus 88 dibubarkan, maka negara tidak memiliki alat untuk memerangi aksi teror. Ada lagi usulan tentang memasukkan sebuah ajaran tentang penanggulangan teror ke dalam kurikulum sekolah. Usulan ini baik, dan wakil rakyat kita yang ada di dewan, harus menjembatani usulan ini," katanya.
Masalah teroris, merupakan masalah serius yang tidak bisa diabaikan begitu saja. "Pembubaran Densus 88, akan menjadi celah bagi teroris untuk melancarkan aksinya. Sampai saat ini, sudah ada sekitar 850 orang yang ditangkap karena diduga sebagai anggota jaringan teroris. Selain itu, ada sekitar 60 orang lainnya tewas saat terjadi aksi penangkapan oleh polisi," tandas dia.
Sementara itu, Deputi I Bidang Pencegahan dan Perlindungan BNPT, Agus Surya Bhakti mengatakan, kalau pihaknya akan terus berusaha memberi penyuluhan dalam berbagai berbagai cara ke seluruh daerah di pelosok negeri.
Agus mengklaim, melalui Forum Komunikasi Pencegahan Tindak Pidana Teroris (FKPT) yang dikoordinir kepala kampung/desa, Binmas Polri dan unsur Babinsa TNI, pihaknya akan mampu dan menjadi kekuatan sebagai daya cegah sekaligus memonitor terjadinya tindakan terorisme.
"Di situ (kegiatan FKPT) semua lapisan masyarakat akan dilibatkan. Jika masyarakat sudah memiliki rasa kepedulian terhadap ancaman keamanan negara, maka itu akan menjadi daya tangkal yang luar bisa selain pihak kepolisian. Minimal informasi dari masyarakat yang melihat orang atau kegiatan yang membahayakan, sangat kita perlukan untuk meminimalisir aksi teror," tandas Agus.
SOURCE