

TS
muslimah.indo
Keluarga
Spoiler for Pembuka:
Panggil aku Laela, anak bungsu dari 3 bersaudara yang lahir dari kedua orang tua yang luar biasa.



Ayah merupakan pendatang dari Deli, Sumatra Utara yang mengadu nasib ke Jakarta. Di tanah perantauan yang kata orang kejam, Ayah menemukan jodoh seorang wanita Sunda yang bermukim di Cawang, Jakarta Timur. Kesulitan ekonomi yang mendera “pasutri” baru ini, tak menggoyahkan keharmonisan keluarga yang dibangun atas dasar cinta, terlebih saat anak yang dinantikan lahir pada bulan Oktober 1980. Mereka memberinya nama Amiruddin, yang saat ini kupanggil Bang Amir. Selang 4 tahun kemudian, kakakku yang kupanggil Bang Anshor lahir. Kontrakan mungil di daerah Cipinang, Jakarta Timur semakin sesak dibuatnya saat aku dilahirkan pada tahun 1990. Sayang, situasi yang seharusnya menjadi sebuah kebahagiaan tercampur dengan rasa duka. Ya, Ibuku meninggal saat melahirkanku.


Ayahku adalah sosok yang bertanggung jawab, sabar, rajin ibadah, setia, dan bijaksana. Di lingkungan kontrakan kami, Ayah sangat disegani meskipun keluarga kami terbilang pendatang.

Bang Amir, kakakku yang pertama juga mirip dengan Ayah. “Buah jatuh tak jauh dari pohonnya” kira-kira begitulah kata tetangga. Hampir setiap waktu Shubuh, Bang Amir lah yang menjadi muadzin. Satu hal yang tidak kusuka dari Bang Amir… terlampau serius.

Bang Anshor, kakakku yang kedua agak berbeda. Wataknya humoris, santai, dan maniak bola. Aku sangat yakin jika ada kontes manusia paling cinta sepakbola, pasti Bang Anshor juara pertamanya. Bayangkan, terik matahari di bulan Puasa tak menghalanginya untuk tetap bermain bola. Dan boleh dicoba main tebak-tebakkan pemain sepakbola dengannya, yakin seyakin-yakinnya, Bang Anshor pasti juaranya. Mulai dari striker klub terkenal Eropa sampai striker klub Afrika pun dia tahu. Liverpool adalah klub luar negeri favoritnya dan Persija Jakarta adalah klub kebanggaannya (punya KTA resmi The Jak).

Lalu bagaimana denganku? Hmm… aku adalah manusia yang tak pandai bersyukur atas apa yang telah kudapatkan.

Besar di lingkungan padat penduduk di pinggiran kota Jakarta, telah membentukku menjadi sosok yang aL4y. Aku tidak sadar kalau keadaan finansial keluargaku tak sekuat teman-temanku yang lain. Masih kecil minta sepeda baru, langsung dibelikan. Waktu SMP minta handphone baru langsung dibelikan. Waktu SMA minta Laptop juga langsung dibelikan. Aku tak ingin tahu apakah saat itu Ayah mempunyai uang atau tidak, yang kutahu barang yang kuminta harus ada hari ini, atau paling lama 3 hari kemudian. Terkadang Ayah tak mampu menyanggupi apa yang kuminta. Kalau sudah begini, aku akan marah, pergi menginap ke rumah teman selama beberapa hari, dan pulang ke rumah jika Bang Anshor yang menjemput pulang (kalau Bang Amir jangan harap aku mau pulang, karena pasti ribut besar).

Suatu waktu Bang Amir dipecat dari kantor karena fitnah yang ditujukan padanya. Tidak tahu bagaimana kasusnya, yang pasti Bang Amir harus membayar ganti rugi sebesar Rp 15.000.000,- yang wajib dibayar dalam waktu kurang dari 2 bulan. Kejadian ini cukup mengguncang keluargaku yang pas-pasan, terutama Ayah yang gajinya hanya Rp 2.200.000,- per bulan. Sejak kejadian itu, Bang Amir menjadi sosok yang labil (senggol bacok).

Bodohnya diriku, aku mengusik singa yang terluka.








Cukup lama menangis, KRL Ekonomi jurusan Bekasi-Kota berhenti di hadapanku. Tidak tahu apa yang kupikirkan, kakiku melangkah masuk ke gerbong kereta yang usang dan penuh coretan. 30 menit perjalanan, kereta sampai di Stasiun Kota. Kakiku kembali melangkah tanpa arah dan mengantarkanku ke sebuah tempat yang biru, tenang, tapi agak amis. Waw, aku melihat laut! Ya, aku ada di Sunda Kelapa, pelabuhan kecil yang menjadi tempat bongkar muat kapal-kapal kecil. Situasi saat itu sudah sore, kira-kira pukul 04.45 WIB. Lama aku duduk di dermaga, menyaksikan kuli pelabuhan bongkar muat.

Ya ampun, malam mulai merayap. ABG aL4y kebingungan langkah apa yang harus dilakukan.


Nenekku dari pihak Ibu adalah orang yang sabar. Ia tinggal bersama Ratna, anak dari adik Ibuku yang menjadi TKW ke Oman. Umurnya 1 tahun di atasku. Saat aku datang ke Bogor, Ratna sedang tidak ada karena mengikuti acara Pramuka di sekolahnya.
Nenek bertanya perihal kedatanganku yang tiba-tiba. Kuceritakan semua peristiwa sesuai versiku, semua hal positif tentangku dan semua hal negatif tentang Bang Amir. Mungkin aku sangat pandai dalam hal manipulasi berita, atau setidaknya propaganda agar Nenekku percaya bahwa aku berada di pihak yang benar.

Namun keesokan harinya Ayah datang menjemputku. Ia hanya bincang-bincang sebentar dengan Nenek dan membawaku pulang dengan motor. Sepanjang perjalanan Ayah hanya diam, sesekali menawarkanku roti – tapi aku menolak.
Sesampainya di rumah, aku tidak melihat sosok Bang Amir. Sementara itu Bang Anshor hanya memukul kepalaku pelan, “kabur kemana lu?” ujarnya sambil tersenyum simpul.

Sejak kejadian itu, aku tidak pernah lagi melihat sosok Bang Amir. Ayah bilang kalau Bang Amir pergi ke Batam, mengikuti jejak temannya. Hati kecilku berteriak senang karena tidak ada lagi yang menceramahiku tentang hal-hal yang tidak perlu kudengar.
Waktu terus berjalan panjang. Tidak terasa saat ini aku sudah kelas XII dan sebentar lagi aku akan lulus SMA. Jeng… jeng… aku lulus dengan nilai yang sangat memuaskan. Catatan: meskipun jiwaku aL4y, otakku tidak aL4y. Aku sangat pandai dalam ilmu exactal.
Aku memutuskan untuk melanjutkan kuliah, peduli setan dengan kemampuan finansial keluargaku. Niatku untuk kuliah benar-benar ditentang Bang Anshor yang beranggapan kalau aku seharusnya bekerja dulu selama 1-2 tahun, baru setelah itu kuliah agar meringankan keuangan Ayah. Tapi aku tetap pada pendirianku. Berbeda dengan Bang Anshor, Ayah justru mendukung penuh keinginanku. Alhamdulilah, niat kuliahku dibarengi dengan rizki yang datang tiba-tiba. Ayah mendapatkan uang mendadak hasil penjualan tanah di kampung, padahal sebelumnya tanah tersebut telah diserakahi oleh saudara-saudara Ayah. Tanpa kesulitan yang berarti, aku diterima di perguruan tinggi negeri di wilayah Jakarta Timur jurusan Matematika.

“Ayam kampus ah,” pikirku. Tampang lumayan + tinggi semampai mustahil tidak laku. Eits… hal ini tidak jadi kulakukan karena saat itu kadar malaikat 60% vs iblis 40%.



anasabila memberi reputasi
1
1.6K
12


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan