Kenapa Anak Indonesia NggakBisa Matematika?
Quote:
JAKARTA - Fakta menunjukkan, pelajar Indonesia masih tertinggal dari pelajar di 42 negara lain dalam bidang Sains, Teknologi, Teknik, dan Matematika (STEM). Apa cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi persoalan tersebut?
Psikolog Pendidikan dari Universitas Indonesia (UI) Wita Mulyani membenarkan pernyataan tersebut. Dia mengaku, belum ada metode pembelajaran terhadap para pelajar di bidang tersebut.
Menurut Wita, kunci untuk mengatasi ketertinggalan tersebut terletak pada minat dan kemampuan. Saat ini, lanjutnya, minat STEM dari pelajar Indonesia masih terbilang minim.
"Minat untuk belajar masih kurang. Untuk menumbuhkan minat bisa dilakukan lewat metode yang menarik dan kreatif. Dipersepsikan kepada para siswa bahwa matematika itu menyenangkan," ungkap Wita, dalam Media Gathering Eye Level di fX, Senayan, Jakarta Selatan, Kamis (21/3/2013).
Untuk menumbuhkan minat terhadap STEM dalam diri siswa, lanjut Wita, hendaknya dilakukan sejak dini. Tidak lagi saat penjurusan, tapi ditumbuhkan sejak SD bahwa bidang eksakta akan terus berkembang.
"Untuk guru, perlu pembekalan yang lebih banyak sehingga lebih siap untuk menyampaikan materi STEM. Dari segi keilmuan, para guru mungkin tidak diragukan tapi penyampaian materi yang harus diperbaiki," katanya.
Dia menambahkan, dalam menyampaikan materi pelajaran yang terbilang menakutkan, maka dibutuhkan kreativitas guru. Pelajaran yang tegang, tambahnya, dikemas dalam bentuk yang menarik.
"Jangan jadikan pelajaran itu sebagai hal yang menegangkan. Hindari predikat guru killer. Dibuat menarik, ditumbuhkan minat siswa, serta guru jeli dalam melihat bakat dari anak didik dan mengembangkannya," ujar wanita berkerudung itu.
Faktor kedua, kata Wita, berbicara tentang kemampuan. Dia menyatakan, minat dan kemampuan siswa terhadap bidang STEM harus seimbang. Sebab, keduanya akan saling mendukung.
"Minat besar tapi kemampuan tidak mencukupi akan susah. Harus seimbang. Dan kita masih harus terus mencari cara untuk mengajarkan aspek-aspek itu," tutupnya. (rfa)
SUMBER
Menurut ts , matematika dipandang sulit karena :
- materi yg diberikan , bobotnya gak sesuai sama kemampuan(yg harusnya di berikan saat smp , sudah dipelajari waktu sd . kalo yg dipelajari masih materi dasarnya sih oke , tapi gue liat ade gue rata2 udah materi lanjutan

)
- pada cendrung harus menghafal rumus matematika . kalo menurut gue sih rumus dipahami , bukan dihafal . Kita hafal belum tentu paham , tapi kalo kita paham , pasti kita hafal
- Kebanyakan pada terpaku sama contoh penyelesaian soal (cara) yg guru kasih
- Konsep dasar gak dipahami mendalam
- rata2 guru matematika galak , jadi jiper duluan sebelum pelajaran mulai
- bahasa yg guru pake kaku , jadi susah dipahami
- dan yg paling sering terjadi . matematika itu kesan nya gak menyenangkan , padahal diri sendiri yg buat matematika gak menyenangkan
menurut gue , kalo ada yg bilang belajar matematika itu gak berguna , cuma memusingkan , itu salah besar . dengan kita bisa menyelesaikan soal2 matematika , tanpa kita sadari di kehidupan kita akan bisa menerapkan nya loh , diri kita bisa menjadi pribadi yg tidak gegabah dalam memutuskan suatu hal , tidak teledor dalam melangkah

:
Ts cuma komen , TS bukan ahli matematika
tambahan
Quote:
Original Posted By Bosshasni►
ya kalo ga bisa matematika, perkuat bahasa.
karena pelajaran itu hanya ada dua yang paling penting: yaitu matematika dan bahasa indonesia.
matematika: untuk perhitungan
bahasa indonesia: logika verbal
pelajaran yang lain itu hanya mengikuti saja.
kalo dua2nya ga jago ya silakan ga bisa bersaing
nah makanya gw bilang kalo tau ga kuat matematika, kuatin bahasanya.
hidup bukan sekedar hitung menghitung.
*tidak semua yang penting bisa dihitung, dan tidak semua yang bisa dihitung itu penting - Einstein.
pesan moralnya:
banyak anak2 kita kalau ga bisa matematika merasa bodoh, trus akhirnya jadi bodoh beneran, ditambah orangtua suka hanya menganggap anak yang pintar adalah anak yang jago matematika.
itu salah gan.
hidup bukan hanya matematika, kalo ga kuat matematika ga usah dipaksakan, perkuat bidang yang lain, yaitu bahasa, dengan kuat berbahasa dan berlogika verbal, ditambah keberanian, maka seorang anak akan menjadi pendebat yang handal, cocok banget jadi pengacara, jaksa dll yang ga perlu matematika rumit.
hidup ini luas gan, matematika bukan satu pintu menuju sukses, banyak pintu lain, ada bidang seni juga...
Quote:
Original Posted By perardua►kurikulum matematika utk SMA kita lebih tinggi dr SMA australia bahkan sebagian setara kurikulum S2-S3 di australia...tapi apakah menjadikan SDM kita lebih hebat dr australia?

belum lagi kompetensi guru matematika yg payah dan sulit menjelaskan maksud dr rumus dll...sains disajikan dgn cara yg boring, minim praktek dll...anak Indonesia bahkan sy yakin banyak yg gak tahu apa manfaat aljabar,kalkulus dan bagaimana aplikasinya dlm kehidupan nyata?
sering menang olimpiade sains itu bukan ukuran gan, ada berapa anak Indonesia dr sekian juta yg punya IQ setinggi itu?
Quote:
Original Posted By Sebi►sorry ane ga sependapat ama TS
ane SD suka matematika, SMP cinta matematika, SMA hilang minat sama matematika, gara2nya: GURU!
waktu SD masuk kelas 5 & 6 ane yg seperti belajar bareng (bukan diajari) ama guru ane, SMP ane dapet dua guru matematika yg killer abis, dari kapur, penghapus papan tulis, sampe sepatu melayang...
SMA ane dapat guru2 matematika yg datar2 aja, cuek,
buat ane metode yg ideal harusnya seperti guru SD ane, sekolah itu untuk belajar bukan diajari ...
kalo mengacu pada kurikulum seperti itu (diajari), ane justru prefer guru2 killer. guru killer bikin jiper ??? fakta berbicara lain, di web alumni smp ane, yg dulu misuhnya paling kenceng waktu smp, sekarang yg paling berterimakasih sama the killers,, krn menurut pengalaman ane rata2 guru killer lebih berdedikasi buat bikin muridnya bener2 pinter, kalo yg terakhir ini pendapat subyektip ane

Quote:
Original Posted By dwydwy►The mediocre teacher tells. The good teacher explains. The superior teacher demonstrates. The great teacher inspires. ~William Arthur Ward
Seperti yang ditunjukkan hasil UKG, kebanyakan guru di kita ya
Mediocre Teacher yang nyari
Gaji. Gak banyak yang punya kemampuan tinggi dan betul-betul ingin muridnya paham dan bisa menggunakan ilmunya di kehidupan, bukan sekedar hapal di ujian.
Coba bandingkan dengan Finlandia
The joy of learning is born in childhood
Parents are interested in knowing who teaches their children. This question is, in fact, of wider social significance.
Finland has a very rare situation in which only the very best applicants are selected for teacher education programmes. This year, only 6.7 per cent of the applicants were accepted. It is, in other words, more difficult to enrol in a teacher education programme than in a medical school or a law school.
Teacher training students are highly motivated. They find that their work has significance: teachers play an integral role in the upbringing of children. Classes are about much more than learning mere facts. It is the society in miniature size.
– Since we are aiming at life-long learning, the early experiences of learners are crucial. That is the time when the joy of learning and desire for knowledge is born. Children are always almost in love with their first-grade teachers, Kirsi Tirri says.
– Finnish teachers teach their people to become humane, ethical adults who have a will to keep learning for the rest of their lives.
sumber:
http://www.helsinki.fi/news/archive/...-16-58-02.html
Nah ada juga guru keren yang pake Game supaya anak bisa belajar dengan enjoy
On Location TV featuring Robert Stephens of Geek Squad, Rep. Carol McFarlane, Lori Swanson, WBL School Board Chair, parents, students and Mr. Pai. Features scalable, game based curriculum using Flower Power of Mangahigh.com, Timez Attack, Tutpup.com, Nintendo DS, Brain Age 2, Raz-Kids etc.
Daftar Game selengkapnya mulai dari Matematika, Bahasa dsb bisa dilihat di
Team Drill Head
Jadi daripada kurikulum atau sistem pendidikan, yang menentukan keberhasilan pendidikan adalah ujung tombak yang berhadapan dengan murid, yaitu
GURU. Selama kualitas guru masih begini-begini aja, jadi pelarian bagi yang kalah saingan, gak dapet kerja di perusahaan (gak semua begitu juga, ada yang memang ingin jadi pendidik), ya anak-anak juga kebanyakan akan dapet
Mediocre Teachersyang bisanya gabut.