Lebih Penting Mengecam Israel atau TKI yang Menjadi Korban di Arab?
TS
justvevi
Lebih Penting Mengecam Israel atau TKI yang Menjadi Korban di Arab?
Lebih penting mana sih ngebela TKI yang disiksa atau ngebelain Palestina yang yang sama sekali gak kita kenal dan gak ada hubungannya sama kita? sebagai warga Indonesia yang baik, ane lebih mentingin TKI dulu baru palestina.
Agan-agan sendiri taukan kalo TKI itu pahlawan devisa? Agan-agan pastinya sering baca dong berita di mana TKI gak di gaji dan disiksa di Malaysia atau di Arab? tapi kenapa setiap kali TKI kita disiksa kesannya dibiarin gitu aja, bandingin deh sama Palestina. pasti pendemonya sampe memenuhi bundaran HI lah, gedung PBB lah, dsb.
coba deh direnungin, menurut pendapat agan lebih penting nasib TKI kita atau rakyat Palestina?
buat bahan pertimbangan ane cantumin beberapa berita tentang TKI sama demo mengecam Israel
Spoiler for Demo mengutuk Israel:
Lagi, Demo Mengutuk Israel di Gedung PBB
JAKARTA, SABTU — Aksi protes untuk mengecam serangan membabi buta yang dilakukan Israel ke Jalur Gaza belum juga mereda di Jakarta. Kali ini, sekitar 200 orang melakukan unjuk rasa di Gedung Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Jakarta.
"Kita bukan unjuk rasa, bukan unjuk kekuatan. Hanya menyerukan dan mengutuk Israel dan pendukungnya," kata koordinator lapangan demo Dede Azwar, di depan Gedung PBB, Sabtu (10/1).
Demo dimulai sekitar pukul 13.00 dan berkumpul di kantor Kedutaan Besar Amerika Serikat (AS). Demonstran lantas berjalan long march menuju kantor PBB. Selain mengecam Israel, Dede mengatakan dalam demo ini pihaknya juga memberikan dukungan terhadap Palestina.
"Kami menyerukan pembelaan ke Palestina dengan cara apa pun. Dan menyerukan pada muslimin di Indonesia untuk memberikan kontribusi pada Palestina baik dengan perang atau apa pun," ujarnya.
Spoiler for Kecam Israel, Mahasiswa Demo Sambil Gendong Bayi:
Kecam Israel, Mahasiswa Demo Sambil Gendong Bayi
MANADO, KOMPAS.com — Puluhan anggota Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia Sulawesi Utara menggelar aksi demo mengecam kebrutalan Israel terhadap warga Palestina, Selasa (20/11/2012) sore menjelang malam. Dalam aksi demo yang melewati jalan utama Kota Manado tersebut, salah seorang pendemo menggendong bayi sambil berorasi di Tugu Zero Point.
"Kami di sini mengecam Zionis Israel yang secara brutal menyerang Palestina. Akibat serangan brutal tersebut, anak-anak bahkan ibu hamil ikut menjadi korban kebiadaban mereka," ucap sang pendemo sambil menggendong bayi.
Ketua Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI) Sulut Alwan Rikun kepada Kompas.com mengatakan, sebagai organisasi mahasiswa terbesar di Indonesiaa, KAMMI Sulut mendukung kemerdekaan negara Palestina. "Kami secara tegas menolak berdirinya negara Israel. Israel telah melanggar HAM. Untuk itu kami meminta Pemerintah Indonesia agar bersikap tegas terhadap kebrutalan Israel," kata Alwan.
Aksi yang juga ditandai dengan pengumpulan dana tersebut mendapat pengawalan ketat dari petugas Polresta Manado. Para pendemo memulai aksi dari kawasan Mega Mas sambil melewati jalan utama dengan membawa pamflet-pamflet yang bertuliskan kutukan terhadap Israel.
"Kami ingin mengajak seluruh elemen bangsa berperan aktif membantu Palestina, baik secara moral maupun materiil. Masalah Palestina merupakan masalah kita bersama," ujar salah seorang pendomo dalam orasinya.
Aksi demo tersebut berjalan dengan damai. Banyak pengguna jalan yang melintas menyempatkan diri untuk memberikan donasinya. Menjelang malam, para pendemo mengakhiri aksi dengan shalat maghrib bersama di masjid yang berada di kawasan Pasar 45.
Spoiler for Malaysia Vonis Warga Indonesia Tanpa Pengacara:
Malaysia Vonis Warga Indonesia Tanpa Pengacara
TRIBUNNEWS.COM, KUALA LUMPUR - Kedutaan Besar Indonesia di Malaysia menyesalkan tiadanya pemberitahuan dari Pemerintah Malaysia, terkait penangkapan seorang warga Indonesia yang mencoba membunuh seorang anak berusia empat bulan.
Menurut Kepala Bidang Penerangan, Sosial, dan Budaya KBRI Kuala Lumpur Suryana Sastradiredja, pihaknya seharusnya segera diberitahu mengenai apa yang terjadi dengan warganya, agar dapat memberikan bantuan hukum yang memadai.
Yuliana, (24), warga Kampung Binjai, Medan yang bekerja di Malaysia sebagai pembantu rumah tangga, divonis di Pengadilan Sesi Kuantan, Selasa (19/2/2013), tanpa didampingi pengacara.
Dia mengaku bersalah atas percobaan pembunuhan dan kekerasan fisik terhadap Mohamed Mohamed Hareez Zamri, di rumah orangtuanya di Lorong Bukit Setongkol, Kuantan, pada 15 Februai 2013.
Ibu dua anak dijatuhi hukuman penjara selama 15 tahun untuk dakwaan pertama, dan lima tahun untuk dakwaan kedua. KBRI, beber Suryana, mengetahui kasus Yuliana dari surat kabar, Senin lalu.
"Kami mendapat izin untuk mengunjungi Yuliana di markas Polisi Kuantan hari berikutnya. Tap, saat pejabat kedutaan sampai di sana, ia sudah dibawa ke pengadilan," jelas Suryana seperti dikutip Tribunnews.com dari Asiaone, Jumat (22/2/20103).
"Kami akan menunjuk seorang pengacara untuk Yuliana, dan mengajukan banding atas hukuman tersebut," imbuhnya.
Selain tidak diberitahukan mengenai apa yang dialami oleh Yuliana, KBRI juga tidak diberikan kesempatan untuk berbicara dengan Yuliana.
Menurut Suryana, Yuliana dipekerjakan oleh majikannya tanpa mengikuti nota kesepahaman (MoU) yang ditandatangani antara Malaysia dan Indonesia, tentang pembantu rumah tangga.
"Meskipun Yuliana datang ke Malaysia secara legal, majikannya mempekerjakannya langsung dari agen di Indonesia. Itu membuat pekerjaannya di sini ilegal," tutur Suryana. (*)
Spoiler for Berbuat Sihir di Arab Saudi Diancam Hukuman Mati:
Berbuat Sihir di Arab Saudi Diancam Hukuman Mati
MALANG, KOMPAS.com — Sebanyak 25 tenaga kerja wanita asal Indonesia terancam hukuman mati di Arab Saudi. Hingga saat ini, pihak Kedutaan Republik Indonesia untuk Arab Saudi masih terus memperjuangkan nasib mereka agar terbebas dari hukuman mati. Hal itu disampaikan Duta Besar RI untuk Arab Saudi Gatot Abdullah Mansur, saat berkunjung ke Kota Malang, Jawa Timur, Senin (23/4/2012), dalam acara konsolidasi dengan pihak pemerintah kota untuk memperbaiki kualitas calon TKW yang akan dikirim ke Arab Saudi.
"Tahun ini (2012), ada 25 TKW (tenaga kerja wanita) yang terancam hukuman mati di Arab Saudi. Karena itu, kami melakukan konsolidasi untuk tidak terjadi kesalahan yang dilakukan TKW di tempat kerjanya. Karena banyaknya kasus yang terjadi diakibatkan minimnya pengetahuan para TKW terhadap hukum yang berlaku di Arab Saudi," ujarnya.
Akibatnya, tak sedikit TKW melakukan pelanggaran hukum sehingga terancam hukuman mati. "Pelanggaran itu terjadi akibat ketidaksengajaan dan buruknya wawasan para TKW. Dari 25 TKW yang terancam hukuman di Arab Saudi itu, kita sudah memberikan tahapan perlindungan hukum kepada 5 orang," katanya.
Namun, masih ada sekitar 20 TKW yang masih harus diperjuangkan untuk melindungi hingga terbebas dari ancaman hukuman mati. Menurut Gatot, dari 1,2 juta TKI/TKW di Arab, Jawa Timur menjadi provinsi terbesar kedua sebagai pemasok TKI/TKW.
Para TKW banyak yang terkena kasus karena diakibatkan melakukan hal yang berbau sihir. "Misalnya, banyak TKW yang masih memercayai adanya mitos saat berangkat ke tanah Arab. Misalnya, untuk menjaga keselamatan, tak sedikit TKW membawa jimat jenis rambut, sampai ke Arab, lalu dikubur di rumah majikannya," katanya.
Sementara itu, majikannya mengategorikan hal berbau mitos tersebut sebagai sihir. "Kalau ketahuan, akan dilaporkan dan diancam hukuman mati. Untuk menjatuhkan hukuman, hukum di Arab, hanya membutuhkan pengakuan dari pelaku tanpa harus ada barang bukti," katanya.
Ketika TKW yang bersangkutan mengaku berbuat sihir, maka akan diancam hukuman mati. Melihat kondisi demikian, pihak kedutaan meminta kepada semua pemerintah daerah dan pemerintah kota di Indonesia agar memperbaiki kemampuan dan juga wawasan calon TKW yang akan berangkat ke Arab Saudi.