- Beranda
- Komunitas
- Tech
- Programmer Forum
Programmer = Tukang
TS
erlange
Programmer = Tukang
Permisi mimin, momod & agan2 yg baek hati, rajin menabung dan tidak sombong, nubie numpang share yak
Selama nubie kerja di dunia IT, selalu aja nubie denger keluh kesah yg klasik: gaji kurang lah, overworked lah, bos gak fair lah, bini ngomel2 lah gara2 lembur pulang midnait mulu
Setelah keliling2 di subforum ini nubie lihat cukup banyak juga thread soal gaji atau penghasilan seorang programmer. Nah di sini nubie cuma sekadar urun pendapat nubie aja gan. Kalo ada pendapat dari agan2 silakan sumbang saran di sini juga gan.
Hadapi Kenyataan
Programmer saat ini sudah tidak seperti belasan tahun silam gan. Dulu jaman krismon 1998, perusahaan IT termasuk satu di antara sedikit perusahaan yang survive, otomatis gaji orang IT gede, apalagi programmer. Tapi saat ini, kenyataannya programmer gak beda dengan tukang Kenapa?
- Ilmunya sudah umum
Yup, ilmu programming bukan hal yg eksklusif lagi. Siapapun tanpa latar belakang akademik IT pun bisa jadi programmer. Setuju? Di Jakarta software bajakan bak kacang goreng, buku2 banyak, Internet bisa lewat ponsel, so pembelajaran IT tentunya sudah bukan hal yang susah.
Beda dengan ilmu geologi atau patofisiologi mikrobiologi blablabla yg sekolahnya musti ke luar negri
- Lemahnya Project Management untuk project2 IT
Seringkali requirement, scope & timeline yg mengambang kurang dapat diantisipasi kayak gini, akibatnya scope project membengkak dan mundur. Akibatnya orang IT value-nya cuma kaya tukang dan kurang diapresiasi:
- Reaktif, kurang proaktif
Ini juga salah satu faktor programmer cuma dianggap sebagai tukang.
Dalam perusahaan end-user biasanya kita yg diminta bikinin aplikasi. Jarang sekali programmer yg proaktif untuk lebih jeli menangkap business requirement di kantor kemudian datang ke user menawarkan solusi. Alasannya sih biasa "ah, lg pusing, kerjaan yg ini aja blom kelar". Padahal kalo mau naik posisi emang berat gan. Exposure!
- Lemahnya kerja tim
Ini nubie gak tau kenapa yah? Bikin software dengan team lebih dari 4 orang itu susahnya bukan maen. Yg ada malah cuma berdua atau bahkan ujung2nya dikerjain sendiri, yg berakibat pada molornya penyelesaian project.
- Lemahnya soft skill
Disadari atau tidak, programmer selalu enjoy bekerja dalam kesendiriannya Jaman sekarang survivability di bidang IT tidak cuma kemampuan teknis aja gan, tapi juga skill komunikasi, presentasi dan selling. Jangan cuma skill ini dimiliki oleh sales doang, tapi agan juga harus bisa.
Jadi inget, tiap kali ane kerja selalu ada orang India di kantor ane. Yup, mereka emang ulet banget. Kalo gak percaya lihat aja software2 kelas dunia, biasanya ada aja orang Indianya. Nah, mereka itu tidak mengenal kamus tidak bisa. Walopun ane tau dia bisanya cuma MySQL, tapi kalo client mintanya Oracle, dia pasti akan bilang bisa. Tapi tentunya kata2nya tadi dibuktikan dengan hasil kerjanya.
Berdasarkan tingkat kepuasan programmer terhadap gajinya bisa diklasifikasikan dalam kategori sbb:
1. Puas dengan gaji besar
Golongan ini biasanya sudah hidup begitu nyaman di kerajaan coding-nya dengan segala kenikmatan comfort zone-nya. Biasanya orang2 ini bekerja di perusahaan end-user yang cukup besar, entah itu di telco, banking mau pun migas. Posisinya sudah permanen, mapan dan kuat. Job desc-nya pun sudah standar, user tidak terlalu demanding dan irama kerjanya pun teratur. Biasanya umur 30-40, sudah berkeluarga dan punya anak. Golongan ini biasnya sudah malas untuk mencari tantangan di tempat lain karena dirinya sudah merasa cukup.
Yang harus diwaspadai oleh golongan ini adalah jebakan comfort zone. Jangan merasa tahta anda cukup kuat untuk digulingkan, ingat ini dunia IT yg selalu dinamis, anda harus siap2 dikudeta oleh jago2 IT yang lebih muda & lebih bersemangat dan tentunya bos agan akan lebih wise siapa yg lebih berhak utk menggantikan posisi anda.
2. Tidak puas dengan gaji besar
Sama seperti yang no.1. Golongan ini faktor ketidakpuasannya umumnya:
- Job desc yang tidak jelas
- Irama kerja tidak teratur
- Very demanding users
3. Puas dengan gaji kecil
Ini baru anak kesayangan bos
Umumnya standar gaji suatu daerah ditentukan oleh standar UMP, strata & pengalaman. Walaupun banyak juga programmer yg bukan lulusan TI, TK, atau MI, namun biasanya BUMN & perusahaan besar masih banyak yg lihat ijazah untuk penyesuaian gaji.
Programmer yg survive di golongan ini biasanya:
- mampu mengatur cash flow pribadinya
- cukup puas dengan bisa menimba ilmu di perusahaannya
- punya sampingan pasif (sebisa mungkin sampingannya jangan coding juga, susah banget bagi waktunya)
4. Tidak puas dengan gaji kecil.
Ini yang paling umum di Indonesia (sebenernya di seluruh dunia juga sama sih ).
Biasanya kerjanya di software house yg bikin2 solution ke client.
Solusi untuk golongan ini adalah:
- Bertahan
Caranya bisa dengan meminimalkan cashflow, atau buat usaha sampingan diluar programming. Atau maksimalkan ilmu yg bisa didapat dari perusahaan anda. Minimal koneksi internet kantor bisa dipakai buat bisnis online. Oya jangan cuma hard skill (ilmu programming) aja yang ditingkatkan, soft-skill (skill pre sales, presentasi, komunikasi understanding business requirement) itu juga sangat perlu gan.
- Pindah
Sebelum pindah, pastikan portfolio agan udah mantab. Cantumkan berapa aplikasi/solusi yg pernah agan buat dan sejauh mana role agan di situ.
Pada saat jumpa client, itu saat yang paling mantab untuk membina relasi gan, jadi kalau bisa agan jangan cuma kerja sbg developer di belakang layar, tapi agan harus berperan aktif dalam pre sales, kalau perlu agan yang presentasi di depan client, bukan sales-nya
Soalnya pasti agan2 di sini sedikit banyak ada rasa kesel sama sales2 yg cuma bisanya haha-hehe doang depan client tapi agan yg pusing bikin programnya. Nah dari situ tunjukin bahwa agan juga mampu, malahan agan lebih punya ilmu programming dari pada sales2 itu, ambil inisiatif gan. Agan harus punya exposure. Kalau bos agan tidak melirik, usahakan supaya client yang melirik agan hahahaha.
... lanjut di bawah
Selama nubie kerja di dunia IT, selalu aja nubie denger keluh kesah yg klasik: gaji kurang lah, overworked lah, bos gak fair lah, bini ngomel2 lah gara2 lembur pulang midnait mulu
Setelah keliling2 di subforum ini nubie lihat cukup banyak juga thread soal gaji atau penghasilan seorang programmer. Nah di sini nubie cuma sekadar urun pendapat nubie aja gan. Kalo ada pendapat dari agan2 silakan sumbang saran di sini juga gan.
Hadapi Kenyataan
Programmer saat ini sudah tidak seperti belasan tahun silam gan. Dulu jaman krismon 1998, perusahaan IT termasuk satu di antara sedikit perusahaan yang survive, otomatis gaji orang IT gede, apalagi programmer. Tapi saat ini, kenyataannya programmer gak beda dengan tukang Kenapa?
- Ilmunya sudah umum
Yup, ilmu programming bukan hal yg eksklusif lagi. Siapapun tanpa latar belakang akademik IT pun bisa jadi programmer. Setuju? Di Jakarta software bajakan bak kacang goreng, buku2 banyak, Internet bisa lewat ponsel, so pembelajaran IT tentunya sudah bukan hal yang susah.
Beda dengan ilmu geologi atau patofisiologi mikrobiologi blablabla yg sekolahnya musti ke luar negri
- Lemahnya Project Management untuk project2 IT
Seringkali requirement, scope & timeline yg mengambang kurang dapat diantisipasi kayak gini, akibatnya scope project membengkak dan mundur. Akibatnya orang IT value-nya cuma kaya tukang dan kurang diapresiasi:
Quote:
- Reaktif, kurang proaktif
Ini juga salah satu faktor programmer cuma dianggap sebagai tukang.
Dalam perusahaan end-user biasanya kita yg diminta bikinin aplikasi. Jarang sekali programmer yg proaktif untuk lebih jeli menangkap business requirement di kantor kemudian datang ke user menawarkan solusi. Alasannya sih biasa "ah, lg pusing, kerjaan yg ini aja blom kelar". Padahal kalo mau naik posisi emang berat gan. Exposure!
- Lemahnya kerja tim
Ini nubie gak tau kenapa yah? Bikin software dengan team lebih dari 4 orang itu susahnya bukan maen. Yg ada malah cuma berdua atau bahkan ujung2nya dikerjain sendiri, yg berakibat pada molornya penyelesaian project.
- Lemahnya soft skill
Disadari atau tidak, programmer selalu enjoy bekerja dalam kesendiriannya Jaman sekarang survivability di bidang IT tidak cuma kemampuan teknis aja gan, tapi juga skill komunikasi, presentasi dan selling. Jangan cuma skill ini dimiliki oleh sales doang, tapi agan juga harus bisa.
Jadi inget, tiap kali ane kerja selalu ada orang India di kantor ane. Yup, mereka emang ulet banget. Kalo gak percaya lihat aja software2 kelas dunia, biasanya ada aja orang Indianya. Nah, mereka itu tidak mengenal kamus tidak bisa. Walopun ane tau dia bisanya cuma MySQL, tapi kalo client mintanya Oracle, dia pasti akan bilang bisa. Tapi tentunya kata2nya tadi dibuktikan dengan hasil kerjanya.
Berdasarkan tingkat kepuasan programmer terhadap gajinya bisa diklasifikasikan dalam kategori sbb:
1. Puas dengan gaji besar
Golongan ini biasanya sudah hidup begitu nyaman di kerajaan coding-nya dengan segala kenikmatan comfort zone-nya. Biasanya orang2 ini bekerja di perusahaan end-user yang cukup besar, entah itu di telco, banking mau pun migas. Posisinya sudah permanen, mapan dan kuat. Job desc-nya pun sudah standar, user tidak terlalu demanding dan irama kerjanya pun teratur. Biasanya umur 30-40, sudah berkeluarga dan punya anak. Golongan ini biasnya sudah malas untuk mencari tantangan di tempat lain karena dirinya sudah merasa cukup.
Yang harus diwaspadai oleh golongan ini adalah jebakan comfort zone. Jangan merasa tahta anda cukup kuat untuk digulingkan, ingat ini dunia IT yg selalu dinamis, anda harus siap2 dikudeta oleh jago2 IT yang lebih muda & lebih bersemangat dan tentunya bos agan akan lebih wise siapa yg lebih berhak utk menggantikan posisi anda.
2. Tidak puas dengan gaji besar
Sama seperti yang no.1. Golongan ini faktor ketidakpuasannya umumnya:
- Job desc yang tidak jelas
- Irama kerja tidak teratur
- Very demanding users
3. Puas dengan gaji kecil
Ini baru anak kesayangan bos
Umumnya standar gaji suatu daerah ditentukan oleh standar UMP, strata & pengalaman. Walaupun banyak juga programmer yg bukan lulusan TI, TK, atau MI, namun biasanya BUMN & perusahaan besar masih banyak yg lihat ijazah untuk penyesuaian gaji.
Programmer yg survive di golongan ini biasanya:
- mampu mengatur cash flow pribadinya
- cukup puas dengan bisa menimba ilmu di perusahaannya
- punya sampingan pasif (sebisa mungkin sampingannya jangan coding juga, susah banget bagi waktunya)
4. Tidak puas dengan gaji kecil.
Ini yang paling umum di Indonesia (sebenernya di seluruh dunia juga sama sih ).
Biasanya kerjanya di software house yg bikin2 solution ke client.
Solusi untuk golongan ini adalah:
- Bertahan
Caranya bisa dengan meminimalkan cashflow, atau buat usaha sampingan diluar programming. Atau maksimalkan ilmu yg bisa didapat dari perusahaan anda. Minimal koneksi internet kantor bisa dipakai buat bisnis online. Oya jangan cuma hard skill (ilmu programming) aja yang ditingkatkan, soft-skill (skill pre sales, presentasi, komunikasi understanding business requirement) itu juga sangat perlu gan.
- Pindah
Sebelum pindah, pastikan portfolio agan udah mantab. Cantumkan berapa aplikasi/solusi yg pernah agan buat dan sejauh mana role agan di situ.
Pada saat jumpa client, itu saat yang paling mantab untuk membina relasi gan, jadi kalau bisa agan jangan cuma kerja sbg developer di belakang layar, tapi agan harus berperan aktif dalam pre sales, kalau perlu agan yang presentasi di depan client, bukan sales-nya
Soalnya pasti agan2 di sini sedikit banyak ada rasa kesel sama sales2 yg cuma bisanya haha-hehe doang depan client tapi agan yg pusing bikin programnya. Nah dari situ tunjukin bahwa agan juga mampu, malahan agan lebih punya ilmu programming dari pada sales2 itu, ambil inisiatif gan. Agan harus punya exposure. Kalau bos agan tidak melirik, usahakan supaya client yang melirik agan hahahaha.
... lanjut di bawah
0
9.3K
92
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan