- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Gong Nekara dan Jangkar Selayar Kepulauan Selayar Sulawesi Selatan


TS
rudihanz
Gong Nekara dan Jangkar Selayar Kepulauan Selayar Sulawesi Selatan
Gong Nekara

Adalah benda peninggalan sejarah yang menurut data arkeologi berasal dari pusat kerajaan perunggu pada abad ke 2 SM. Gong ini dibawa ke selayar oleh We Tenri Dio anak ke 2 dari Sawarigeding. Pada masanya alat ini digunakan sebagai simbol pemerintahan dan alat komando. Gong Nekara ditemukan pada abad ke XVII (1868). Berlokasi sekitar 4 Km dari kota Benteng. Konon, Gong Nekara ini merupakan gong terbesar di Asia Tenggara.
Gong Nekara ini mempunyai garis tengah 126 cm dengan luas lingkaran permukaan 396 cm persegi. Lingkaran pinggan 340 cm persegi, tinggi badan 95 cm, bintang 16 jari, jari-jari permukaan 63 cm, adapun gambar atau lukisan motifnya adalah lukisan gajah 16 ekor, pohon sirih 11 batang, burung 54 ekor dan ikan 18 ekor. Pada permukaan gong nekara ini terdiri atas 4 buah arca katak, dan disamping gong ini ada 4 daun telinga.
Gong Nekara Selayar terbuat dari logam perunggu yang saat ini tersimpan di daerah Bonto Bangun (Matalalang).
Menurut informasi lisan dari tetua adat dan penduduk setempat, nekara tersebut ditemukan secara tidak sengaja oleh seorang penduduk dari Kampung Rea-Rea yang bernama Sabuna pada tahun 1686. Pada saat itu Sabuna sedang mengerjakan sawah Raja Puta Bangung di Papaniohea.
Tiba-tiba cangkul Sabuna membentur benda keras yang ternyata adalah hiasan katak yang merupakan bagian dari sebuah nekara. Sejak berakhirnya Dinasti Puta Bangung, pada tahun 1760 nekara tersebut dipindahkan ke Bonto Bangung dan menjadi kalompoang/arajang (benda keramat) Kerajaan Bonto Bangung.
Jangkar Raksasa di Kampung Padang Kep. Selayar Sulawesi Selatan

Jangkar ini diyakini terbesar dan terpanjang di masanya. Jangkar tersebut kini tersimpan di Desa Nelayan Padang. Jangkar yang dilengkapi dengan meriam itu diperkirakan merupakan peninggalan pedagang Cina pada abad 17-18. Konon katanya, Jangkar Raksasa ini milik seorang saudagar China bernama Gowa Liong Hui yang mengadakan pelayaran menggunakan kapal besar dan singgah di Padang pada akhir abad XVII.
Sampai suatu saat kapal dagang milik Cowa Liong Hui ini rusak hingga tidak dapat lagi digunakan untuk berlayar, kemudian jangkar kapal diamankan oleh penduduk setempat yang dikemudian hari menjadi bukti sejarah.
Ada dua jangkar ditempat ini. Jangkar pertama berukuran,panjang batang : 226 cm,panjang lengkungan : 167 cm, lingkar batang : 60 cm. Sementara jangkar kedua berukuran, panjang batang : 229 cm, panjang lengkungan 117 cm dan lingkar batang, 70 cm. Dari penuturan warga, ternyata bukan hanya wisatan lokal yang sering datang di tempat ini. Wistawan dan peneliti budaya dan sejarah dari luar negeri juga berdatangan di tempat ini.
Selain jangkar, di mesium ini juga terdapat meriam kuno. Meriam ini jumlahnya 3 buah. Konon, pemilik meriam ini seorang saudagar dari Gowa keturunan Cina yang bernama Baba Desan.
Baba Desan datang ke dusun Padang bersama dengan armada dagangnya dalam rangka mencari perairan baru untuk mendapatkan hasil laut yang akhirnya dia menetap di dusun Padang tersebut. Makanya sekarang ini, meriam tersebut dapat dijumpai di dusun padang kab. selayar. Ukuran meriam ini bervariasi. Meriam I berukuran, panjang 117 cm, diameter mulut 17 cm, diameter lubang mulut 8 cm. Meriam II bekuran panjang 123 cm, diameter mulut 23 cm, diameter lubang mulut 10 cm. Sementara meriam III berukuran, panjang 125 cm, diameter mulut 18 cm, diameter lubang mulut 8 cm.
Serta masih banyak gan peninggalan sejarah yang belum tergali lagi di kepulauan selayar ini ..

Adalah benda peninggalan sejarah yang menurut data arkeologi berasal dari pusat kerajaan perunggu pada abad ke 2 SM. Gong ini dibawa ke selayar oleh We Tenri Dio anak ke 2 dari Sawarigeding. Pada masanya alat ini digunakan sebagai simbol pemerintahan dan alat komando. Gong Nekara ditemukan pada abad ke XVII (1868). Berlokasi sekitar 4 Km dari kota Benteng. Konon, Gong Nekara ini merupakan gong terbesar di Asia Tenggara.
Gong Nekara ini mempunyai garis tengah 126 cm dengan luas lingkaran permukaan 396 cm persegi. Lingkaran pinggan 340 cm persegi, tinggi badan 95 cm, bintang 16 jari, jari-jari permukaan 63 cm, adapun gambar atau lukisan motifnya adalah lukisan gajah 16 ekor, pohon sirih 11 batang, burung 54 ekor dan ikan 18 ekor. Pada permukaan gong nekara ini terdiri atas 4 buah arca katak, dan disamping gong ini ada 4 daun telinga.
Gong Nekara Selayar terbuat dari logam perunggu yang saat ini tersimpan di daerah Bonto Bangun (Matalalang).
Menurut informasi lisan dari tetua adat dan penduduk setempat, nekara tersebut ditemukan secara tidak sengaja oleh seorang penduduk dari Kampung Rea-Rea yang bernama Sabuna pada tahun 1686. Pada saat itu Sabuna sedang mengerjakan sawah Raja Puta Bangung di Papaniohea.
Tiba-tiba cangkul Sabuna membentur benda keras yang ternyata adalah hiasan katak yang merupakan bagian dari sebuah nekara. Sejak berakhirnya Dinasti Puta Bangung, pada tahun 1760 nekara tersebut dipindahkan ke Bonto Bangung dan menjadi kalompoang/arajang (benda keramat) Kerajaan Bonto Bangung.
Jangkar Raksasa di Kampung Padang Kep. Selayar Sulawesi Selatan

Jangkar ini diyakini terbesar dan terpanjang di masanya. Jangkar tersebut kini tersimpan di Desa Nelayan Padang. Jangkar yang dilengkapi dengan meriam itu diperkirakan merupakan peninggalan pedagang Cina pada abad 17-18. Konon katanya, Jangkar Raksasa ini milik seorang saudagar China bernama Gowa Liong Hui yang mengadakan pelayaran menggunakan kapal besar dan singgah di Padang pada akhir abad XVII.
Sampai suatu saat kapal dagang milik Cowa Liong Hui ini rusak hingga tidak dapat lagi digunakan untuk berlayar, kemudian jangkar kapal diamankan oleh penduduk setempat yang dikemudian hari menjadi bukti sejarah.
Ada dua jangkar ditempat ini. Jangkar pertama berukuran,panjang batang : 226 cm,panjang lengkungan : 167 cm, lingkar batang : 60 cm. Sementara jangkar kedua berukuran, panjang batang : 229 cm, panjang lengkungan 117 cm dan lingkar batang, 70 cm. Dari penuturan warga, ternyata bukan hanya wisatan lokal yang sering datang di tempat ini. Wistawan dan peneliti budaya dan sejarah dari luar negeri juga berdatangan di tempat ini.
Selain jangkar, di mesium ini juga terdapat meriam kuno. Meriam ini jumlahnya 3 buah. Konon, pemilik meriam ini seorang saudagar dari Gowa keturunan Cina yang bernama Baba Desan.
Baba Desan datang ke dusun Padang bersama dengan armada dagangnya dalam rangka mencari perairan baru untuk mendapatkan hasil laut yang akhirnya dia menetap di dusun Padang tersebut. Makanya sekarang ini, meriam tersebut dapat dijumpai di dusun padang kab. selayar. Ukuran meriam ini bervariasi. Meriam I berukuran, panjang 117 cm, diameter mulut 17 cm, diameter lubang mulut 8 cm. Meriam II bekuran panjang 123 cm, diameter mulut 23 cm, diameter lubang mulut 10 cm. Sementara meriam III berukuran, panjang 125 cm, diameter mulut 18 cm, diameter lubang mulut 8 cm.
Serta masih banyak gan peninggalan sejarah yang belum tergali lagi di kepulauan selayar ini ..
0
13.4K
1


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan