- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
menurut instruksi presiden kebiasaan buruk yang ada dampak baiknya ()


TS
harmoko.
menurut instruksi presiden kebiasaan buruk yang ada dampak baiknya ()
Quote:
KEBIASAAN BURUK YANG BERAKIBAT BAIK
Judul diatas jika dibaca sekilas terasa mustahil dan aneh bin(ti) ajaib. Sebab yang namanya kebiasaan "buruk" pastilah sudah melekat sifat buruk atau tidak baik, begitu kira-kira analoginya.
Kita sering mendengar ungkapan berikut dalam kehidupan sehari-hari seperti : "Jangan marah terus, ntar kambuh lho darah tingginya", atau "Jangan minum minuman bersoda, soalnya bisa merusak gigi dan menyebabkan kegemukan."
Kita pasti pernah atau bahkan sering mendengar nasihat-nasihat seperti di atas, untuk menghentikan kebiasaan buruk kita. Memang yang namanya kebiasaan buruk pastilah merugikan bagi kita, namun berdasarkan penelitian, tidak semua kebiasaan buruk itu merugikan. Ada beberapa kebiasaan buruk yang justru baik untuk kesehatan. Berikut disampaikan beberapa kebiasaan "buruk" yang "baik" untuk kesehatan anda, silahkan simak (Bhr).
Judul diatas jika dibaca sekilas terasa mustahil dan aneh bin(ti) ajaib. Sebab yang namanya kebiasaan "buruk" pastilah sudah melekat sifat buruk atau tidak baik, begitu kira-kira analoginya.
Kita sering mendengar ungkapan berikut dalam kehidupan sehari-hari seperti : "Jangan marah terus, ntar kambuh lho darah tingginya", atau "Jangan minum minuman bersoda, soalnya bisa merusak gigi dan menyebabkan kegemukan."
Kita pasti pernah atau bahkan sering mendengar nasihat-nasihat seperti di atas, untuk menghentikan kebiasaan buruk kita. Memang yang namanya kebiasaan buruk pastilah merugikan bagi kita, namun berdasarkan penelitian, tidak semua kebiasaan buruk itu merugikan. Ada beberapa kebiasaan buruk yang justru baik untuk kesehatan. Berikut disampaikan beberapa kebiasaan "buruk" yang "baik" untuk kesehatan anda, silahkan simak (Bhr).
Quote:
1. Marah baik untuk menjaga tekanan darah.
Kita sudah terbiasa diperingatkan untuk menahan amarah karena bisa menyebabkan Tekanan Darah Tinggi (hipertensi),bahkan dala ajaran agama amarah itu bak bara api perlambang sifat syetan. Namun, sekarang hal itu tidak berlaku karena melepaskan amarah konon memberikan keuntungan bagi kesehatan.
Adalah peneliti dan psikolog Jennifer Lerner dari Carnegie Mellon University di Pittsburgh yang menemukan bahwa orang yang segera merespon sesuatu hal yang menjengkelkan (yang bisa menyebabkan stress) dengan kemarahan, mampu menjaga tekanan darah tetap normal dan mensekresi sedikit kortisol (hormon penyebab stress) daripada orang-orang yang merespon dengan rasa takut dan memendam perasaan mereka.
Permasalahannya terletak hanya pada bagaimana seharusnya anda bereaksi terhadap situasi. Sebenarnya menunjukkan tingkat kemarahan yang proporsional, akan membantu anda mengembangkan perasaan untuk meningkatkan kontrol dan optimisme. Hal ini tidak terjadi pada perasaan takut atau frustasi, yang justru meningkatkan pengeluaran kortisol yang pada akhirnya berakibat seringnya stress pada tingkat tertentu bisa menyebabkan penyakit jantung.
Pada penelitian tersebut, diteliti sebanyak 92 siswa dengan memaksa mereka untuk mengerjakan tugas-tugas yang sangat sulit dan dibawah tekanan. Kemudian peneliti merubah peraturan beberapa kali selama test. Jika jawaban salah, maka tugas harus dikerjakan kembali dari awal, sehingga menyebabkan frustasi.
Kemudian data dicatat, dengan menggunakan kamera video untuk merekam ekspresi wajah siswa, peneliti mengidentifikasi tasa takut, kemarahan, dan rasa tidak nyaman. Peneliti juga mencatat tekanan darah, denyut nadi, dan sekresi kortisol.
Hasilnya sungguh menakjubkan, siswa-siswa yang wajahnya menunjukkan rasa takut selama test, peningkatan tekanan darah dan sekresi kortisol lebih tinggi dibandingkan dengan siswa-siswa yang marah.
Kita sudah terbiasa diperingatkan untuk menahan amarah karena bisa menyebabkan Tekanan Darah Tinggi (hipertensi),bahkan dala ajaran agama amarah itu bak bara api perlambang sifat syetan. Namun, sekarang hal itu tidak berlaku karena melepaskan amarah konon memberikan keuntungan bagi kesehatan.
Adalah peneliti dan psikolog Jennifer Lerner dari Carnegie Mellon University di Pittsburgh yang menemukan bahwa orang yang segera merespon sesuatu hal yang menjengkelkan (yang bisa menyebabkan stress) dengan kemarahan, mampu menjaga tekanan darah tetap normal dan mensekresi sedikit kortisol (hormon penyebab stress) daripada orang-orang yang merespon dengan rasa takut dan memendam perasaan mereka.
Permasalahannya terletak hanya pada bagaimana seharusnya anda bereaksi terhadap situasi. Sebenarnya menunjukkan tingkat kemarahan yang proporsional, akan membantu anda mengembangkan perasaan untuk meningkatkan kontrol dan optimisme. Hal ini tidak terjadi pada perasaan takut atau frustasi, yang justru meningkatkan pengeluaran kortisol yang pada akhirnya berakibat seringnya stress pada tingkat tertentu bisa menyebabkan penyakit jantung.
Pada penelitian tersebut, diteliti sebanyak 92 siswa dengan memaksa mereka untuk mengerjakan tugas-tugas yang sangat sulit dan dibawah tekanan. Kemudian peneliti merubah peraturan beberapa kali selama test. Jika jawaban salah, maka tugas harus dikerjakan kembali dari awal, sehingga menyebabkan frustasi.
Kemudian data dicatat, dengan menggunakan kamera video untuk merekam ekspresi wajah siswa, peneliti mengidentifikasi tasa takut, kemarahan, dan rasa tidak nyaman. Peneliti juga mencatat tekanan darah, denyut nadi, dan sekresi kortisol.
Hasilnya sungguh menakjubkan, siswa-siswa yang wajahnya menunjukkan rasa takut selama test, peningkatan tekanan darah dan sekresi kortisol lebih tinggi dibandingkan dengan siswa-siswa yang marah.
Quote:
2. Main Video Games akan meningkatkan metabolisme.
Banyak orang hobi bermain games melalui video games bahkan mereka bisa menghabiskan waktu berjam-jam didepan monitor games demi melampiaskan kegemaran tersebut. Agak bertentangan dengan pandangan umum bahwa bermain games membuat kegemukan karena kurang pergerakan fisik. Dan meskipun dipersalahkan sebagai salah satu penyebab obesitas, toh bermain video games bisa benar-benar membantu kebugaran dan menurunkan berat badan. Para ilmuwan di University of Miami melakukan penelitian pada 21 anak yang diberikan permainan Tekken 3 (salah satu games pada Sony Playstation).
Pada penelitian tersebut selama permainan para peneliti mengidentifikasi perubahan fisi seperti jantung berdenyut lebih cepat, mereka menggunakan lebih banyak energi dan mulai bernapas lebih cepat. Salah satu peneliti, Dr. Arlette Perry, menyimpulkan bahwa bermain video games bisa memiliki efek positif pada kesehatan. Dia menambahkan bahwa bermain video games jauh lebih baik daripada hanya sekedar duduk menonton televisi.
Banyak orang hobi bermain games melalui video games bahkan mereka bisa menghabiskan waktu berjam-jam didepan monitor games demi melampiaskan kegemaran tersebut. Agak bertentangan dengan pandangan umum bahwa bermain games membuat kegemukan karena kurang pergerakan fisik. Dan meskipun dipersalahkan sebagai salah satu penyebab obesitas, toh bermain video games bisa benar-benar membantu kebugaran dan menurunkan berat badan. Para ilmuwan di University of Miami melakukan penelitian pada 21 anak yang diberikan permainan Tekken 3 (salah satu games pada Sony Playstation).
Pada penelitian tersebut selama permainan para peneliti mengidentifikasi perubahan fisi seperti jantung berdenyut lebih cepat, mereka menggunakan lebih banyak energi dan mulai bernapas lebih cepat. Salah satu peneliti, Dr. Arlette Perry, menyimpulkan bahwa bermain video games bisa memiliki efek positif pada kesehatan. Dia menambahkan bahwa bermain video games jauh lebih baik daripada hanya sekedar duduk menonton televisi.
Quote:
3. Mengumpat dapat mengurangi rasa sakit.
Dalam ajaran agama mengumpat atau memaki-maki adalah perbuatan jelek dan masuk salah satu penyakit jiwa dan harus dihindari. Pada jaman dahulu, dimana operasi dilakukan tanpa memakai zat pemati rasa / anestesi, pasien suka menggigit misalnya sebatang kayu untuk mengurangi rasa sakit. Cara ini memang dapat mengurangi rasa sakit, seperti yang dibuktikan pada penelitian ini. Namun menurut para peneliti di Keele University, pasien lebih bisa menahan rasa sakit ketika mereka mengumpat atau memaki-maki dari pada menggunakan kata-kata non-ofensif.
Dr. Richard Stephens, seorang dosen psikologi yang menjadi salah satu peneliti, mengatakan bahwa mengumpat berhubungan dengan respon adrenalin. Terungkap juga bahwa pada orang yang sedang mengumpat terjadi perubahan seperti memiliki detak jantung yang tinggi, sehingga meningkatkan agresifitas mereka. Peningkatan agresifitas lebih lanjut telah terbukti dapat mengurangi kepekaan seseorang terhadap rasa sakit.
Dalam penelitian yang melibatkan 64 mahasiswa ini dimana tangan mereka direndam dalam bak berisi air es, mereka diperbolehkan untuk mengumpat dengan kata-kata yang ofensif, kemudian tugas diulangi lagi dengan menggunakan kata-kata yang non-ofensif. Ditemukan hasil, bahwa mereka yang mengumpat dengan kata-kata yang ofensif mampu mempertahankan tangan mereka rata-rata 40 detik lebih lama dibandingkan dengan kelompok lainnya. AKhirnya ketika ditanya tentang rasa sakit yang dirasakan, mereka juga menilai rasa sakitnya lebih ringan.
Dalam ajaran agama mengumpat atau memaki-maki adalah perbuatan jelek dan masuk salah satu penyakit jiwa dan harus dihindari. Pada jaman dahulu, dimana operasi dilakukan tanpa memakai zat pemati rasa / anestesi, pasien suka menggigit misalnya sebatang kayu untuk mengurangi rasa sakit. Cara ini memang dapat mengurangi rasa sakit, seperti yang dibuktikan pada penelitian ini. Namun menurut para peneliti di Keele University, pasien lebih bisa menahan rasa sakit ketika mereka mengumpat atau memaki-maki dari pada menggunakan kata-kata non-ofensif.
Dr. Richard Stephens, seorang dosen psikologi yang menjadi salah satu peneliti, mengatakan bahwa mengumpat berhubungan dengan respon adrenalin. Terungkap juga bahwa pada orang yang sedang mengumpat terjadi perubahan seperti memiliki detak jantung yang tinggi, sehingga meningkatkan agresifitas mereka. Peningkatan agresifitas lebih lanjut telah terbukti dapat mengurangi kepekaan seseorang terhadap rasa sakit.
Dalam penelitian yang melibatkan 64 mahasiswa ini dimana tangan mereka direndam dalam bak berisi air es, mereka diperbolehkan untuk mengumpat dengan kata-kata yang ofensif, kemudian tugas diulangi lagi dengan menggunakan kata-kata yang non-ofensif. Ditemukan hasil, bahwa mereka yang mengumpat dengan kata-kata yang ofensif mampu mempertahankan tangan mereka rata-rata 40 detik lebih lama dibandingkan dengan kelompok lainnya. AKhirnya ketika ditanya tentang rasa sakit yang dirasakan, mereka juga menilai rasa sakitnya lebih ringan.
Quote:
4. Bermalas - malasan bisa menambah beberapa tahun kehidupan anda.
Ungkapan "rajin pangkal pandai, malas pangkal bodoh" masih terngiang ditelinga kita ketika guru menggambarkan pentingnya rajin terutama rajin membaca bagi anak sekolah. Ahli Kesehatan Masyarakat, Profesor Peter AXT, mengemukaan opini dalam tesisnya yang cukup ekstrim bahwa seseorang yang bangun pagi-pagi dan menyibukkan diri sepanjang hari adalah awal menuju kematian. Menurutnya, justru bermalas-malasan adalah kunci untuk hidup lebih lama dan penangkal stress. Dia menyarankan untuk menghabiskan setengah waktu luang kita untuk bermalas-malasan. Penelitian menunjukkan seseorang yang terlalu sibuk, menghabiskan banyak energi yang dibutuhkan untuk keperluan lain seperti regenerasi sel dan menangkal penyakit.
Pada studinya, dia membandingkan antara hewan yang hidup di alam liar dengan hewan yang ada di kebun binatang. Misalnya, Singa di Serengeti hanya mampu hidup selama 8 tahun, tetapi mampu hidup selama 20 tahun di kebun binatang. Beruang Kutub Utara hidup selama 20 tahun di alam liar, tapi mampu hidup 40 tahun di penangkaran. Sedangkan contoh pada manusia yaitu pada para pemimpin agama (Kiai, Pendeta, dll) yang cenderung menjalani kehidupan yang tidak terlalu sibuk dengan urusan duniawi, memiliki rata-rata usia hidup lebih lama.
Manfaat lain adalah ternyata otak kita jauh lebih aktif ketika kita sedang melamun atau mengkhayal. Umumnya melamun suka dikaitkan dengan hal-hal negatif seperti ketidak-aktifan otak, kurang percaya diri, orang yang malas dsb. Namun menurut Profesor Psikologi Kalina Christoff di University of British Columbia, otak kita bereaksi sangat aktif ketika kita melamun, jauh lebih aktif daripada kita fokus pada tugas-tugas rutin.Temuan pada penelitian menunjukkan bahwa melamun, yang bisa menghabiskan sepertiga waktu jaga kita, adalah bagian penting dalam kemampuan kognitif disaat kita memilah-milah informasi penting.
Ungkapan "rajin pangkal pandai, malas pangkal bodoh" masih terngiang ditelinga kita ketika guru menggambarkan pentingnya rajin terutama rajin membaca bagi anak sekolah. Ahli Kesehatan Masyarakat, Profesor Peter AXT, mengemukaan opini dalam tesisnya yang cukup ekstrim bahwa seseorang yang bangun pagi-pagi dan menyibukkan diri sepanjang hari adalah awal menuju kematian. Menurutnya, justru bermalas-malasan adalah kunci untuk hidup lebih lama dan penangkal stress. Dia menyarankan untuk menghabiskan setengah waktu luang kita untuk bermalas-malasan. Penelitian menunjukkan seseorang yang terlalu sibuk, menghabiskan banyak energi yang dibutuhkan untuk keperluan lain seperti regenerasi sel dan menangkal penyakit.
Pada studinya, dia membandingkan antara hewan yang hidup di alam liar dengan hewan yang ada di kebun binatang. Misalnya, Singa di Serengeti hanya mampu hidup selama 8 tahun, tetapi mampu hidup selama 20 tahun di kebun binatang. Beruang Kutub Utara hidup selama 20 tahun di alam liar, tapi mampu hidup 40 tahun di penangkaran. Sedangkan contoh pada manusia yaitu pada para pemimpin agama (Kiai, Pendeta, dll) yang cenderung menjalani kehidupan yang tidak terlalu sibuk dengan urusan duniawi, memiliki rata-rata usia hidup lebih lama.
Manfaat lain adalah ternyata otak kita jauh lebih aktif ketika kita sedang melamun atau mengkhayal. Umumnya melamun suka dikaitkan dengan hal-hal negatif seperti ketidak-aktifan otak, kurang percaya diri, orang yang malas dsb. Namun menurut Profesor Psikologi Kalina Christoff di University of British Columbia, otak kita bereaksi sangat aktif ketika kita melamun, jauh lebih aktif daripada kita fokus pada tugas-tugas rutin.Temuan pada penelitian menunjukkan bahwa melamun, yang bisa menghabiskan sepertiga waktu jaga kita, adalah bagian penting dalam kemampuan kognitif disaat kita memilah-milah informasi penting.
Quote:
5. Stress dapat meningkatkan memory.
Kehidupan dikota besar sering membuat penduduknya mengalami tekanan jiwa atau stress. Stress juga dialami untuk jangka lama aketika terjadi masalah keluarga seperti perselingkuhan, perceraian yang dapat melemahkan sistem kekebalan tubuh sehingga tubuh menjadi rentan terhadap infeksi. Hasil penelitian oleh para peneliti di University of Buffalo U.S menyimpulkan bahwa stress akut (stress dalam jangka waktu pendek) justru mampu meningkatkan memori otak. Hal ini disebabkan oleh kortisol zat yang dapat mempengaruhi bagian otak yang mengendalikan proses pembelajaran dan memori otak. Stress akut juga akan meningkatkan transmisi glutamat, substansi yang menyampaikan pesan pada otak dan meningkatkan kerja memori otak.
Zhen Yan, Profesor Fisiologi dan Biofisika, menjelaskan bahwa kortisol memiliki efek protektif dan efek destruktif pada tubuh. Itulah sebabnya kita membutuhkan kondisi "stress" untuk meningkatkan performa otak, namun tentu saja jangan berlarut-larut karena akan hal ini akan memberikan efek yang destruktif pada tubuh.
Pada penelitian, dilakukan pada tikus-tikus yang telah dilatih untuk menyelesaikan sebuah labirin. Sebagian dari tikus-tikus tersebut dipaksa untuk berenang selama 20 menit, untuk memberikan stress akut. Kemudian tikus-tikus tersebut diletakkan kedalam sebuah labirin. Para peneliti menemukan bahwa tikus-tikus yang sudah diberi stress akut, lebih sedikit membuat kesalahan ketika berjalan melewati labirin dibandingkan dengan tikus-tikus non-stress.
Kehidupan dikota besar sering membuat penduduknya mengalami tekanan jiwa atau stress. Stress juga dialami untuk jangka lama aketika terjadi masalah keluarga seperti perselingkuhan, perceraian yang dapat melemahkan sistem kekebalan tubuh sehingga tubuh menjadi rentan terhadap infeksi. Hasil penelitian oleh para peneliti di University of Buffalo U.S menyimpulkan bahwa stress akut (stress dalam jangka waktu pendek) justru mampu meningkatkan memori otak. Hal ini disebabkan oleh kortisol zat yang dapat mempengaruhi bagian otak yang mengendalikan proses pembelajaran dan memori otak. Stress akut juga akan meningkatkan transmisi glutamat, substansi yang menyampaikan pesan pada otak dan meningkatkan kerja memori otak.
Zhen Yan, Profesor Fisiologi dan Biofisika, menjelaskan bahwa kortisol memiliki efek protektif dan efek destruktif pada tubuh. Itulah sebabnya kita membutuhkan kondisi "stress" untuk meningkatkan performa otak, namun tentu saja jangan berlarut-larut karena akan hal ini akan memberikan efek yang destruktif pada tubuh.
Pada penelitian, dilakukan pada tikus-tikus yang telah dilatih untuk menyelesaikan sebuah labirin. Sebagian dari tikus-tikus tersebut dipaksa untuk berenang selama 20 menit, untuk memberikan stress akut. Kemudian tikus-tikus tersebut diletakkan kedalam sebuah labirin. Para peneliti menemukan bahwa tikus-tikus yang sudah diberi stress akut, lebih sedikit membuat kesalahan ketika berjalan melewati labirin dibandingkan dengan tikus-tikus non-stress.
Quote:
Terusannya masih ada di bawah gan
0
1.5K
Kutip
16
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan