- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Sebuah Blog carinoz.com : Frekuensi


TS
carinoz
Sebuah Blog carinoz.com : Frekuensi
Ini salah satu post blog gw: carinoz.com
Pada saat pertengahan training hari ini, tiba-tiba Trainer-nya nyeletuk seperti ini. "Darwin, Anda ini bukan programmer kan?".
Pada malam sebelumnya, saya tidak bisa tidur karena sudah tidur terlalu cepat pada pukul 6 - 7 PM, yang kemudian dilanjutkan bertemu teman dan minum Coffee Americano ukuran Venti di Starbucks. Sudah sah saya akan bergadang malem itu. Saya bergadang kebetulan tidak sendiri, karena kebetulan lagi @MicheleJess juga tidak bisa tidur karena tidak enak badan. Mulai kami berdiskusi panjang lebar semalaman sampai 2 AM.
Banyak hal yang saya dan @MicheleJess bicarakan, namun yang terkait post kali ini adalah tentang Frekuensi yang saya lontarkan kepada @MicheleJess.
Pertanyaan saya simple. "Kenapa orang jenius itu tidak bisa menjelaskan isi otaknya?". Panjang sekali pembicaraan kami malam itu mengenai orang jenius ini.
@MicheleJess berpandangan seperti ini: Orang Jenius itu punya level pemikiran yang diatas orang normal, jadi dia sudah menjelaskan pada level yang seharusnya, yang menurut dia itu sudah sederhana. Namun orang-orang "normal" saja yang masih tidak mengerti. Saya coba berargumentasi. Yang salah itu orang yang jenius itu, dia kan jenius harusnya dia tau lawan bicaranya siapa, dan karena dia jenius dia harus bisa menyesuaikan frekuensi level pembicaraannya untuk bisa dicerna oleh orang "normal" lain. Kan dia mengakui dirinya jenius, masa komunikasi saja susah?
@MicheleJess masih masih berargumen. Orang jenius itu sudah berpikir 1-10 langkah didepan orang lain, dia ga perlu menjelaskan isi otaknya kepada orang lain. Bagian yang menjelaskan hal-hal tersebut adalah bagian khusus, misalnya bagian Public Relation, menjelaskan ke khalayak banyak. Saya mencoba menentang hal ini lagi. Lho, orang jenius itu yang tau isi otaknya ya itu orang saja, orang lain mana mungkin mengerti isi otaknya. Biarpun dia punya PR, si PR juga tidak akan bisa menjelaskan secara sempurna isi otak si orang Jenius. Orang yang paling kompeten menjelaskan isi otaknya adalah si Jenius itu sendiri.
@MicheleJess masih tidak mau menyerah. Orang Jenius bagi dia itu tidak percaya dengan kemampuan orang lain. Ada satu hal, mending dia kerjakan sendiri hasilnya akan lebih sempurna daripada menyerahkan kepada orang lain, dan hasilnya tidak sempurna. Nah, saya lawan lagi. Nah disitu salahnya orang jenius, sempurna atau tidaknya sebuah hal dalam satu team adalah bagaimana team leader mengkomunikasikan dengan frekuensi yang dimengerti oleh semua anggota team, sehingga minim akan kesalahan. Oke apabila salah, si Jenius harus bisa mengkomunikasikan lagi kepada team tersebut dimana letak kesalahan tersebut dalam frekuensi yang dimengerti oleh team tersebut, sehingga lain kali kesalahan tersebut tidak akan terjadi lagi. @MicheleJess lawan balik, lah kan jadi lebih lama, mending kerjain sendiri udah jauh maju daripada mundur beberapa step kebelakang menjelaskan kepada orang lain (yang belum tentu sempurna juga hasilnya). Saya sempurnakan argumen saya, lebih baik mundur beberapa step kebelakang dan menjelaskan kepada anggota team yang lain dan langsung secara bersama-sama maju bersama, pasti hasilnya akan lebih kencang daripada mengerjakan sendiri, mundur ke frekuensi anggota team yang lain, dan maju kembali dengan frekuensi dan kecepatan si Jenius yang akan menciptakan beberapa orang dengan kecepatan si Jenius. Lebih baik bukan?
Final argumen dari @MicheleJess. Orang jenius itu bukan mencari suksesor, dia sedang asyik dengan sesuatu dan tiba-tiba ketemu satu teori. Selesai dan dia akan mencari teori yang lain. Dia tidak perlu orang lain untuk mengikuti langkah dia. Seketika saya ingat dengan Zhuge Liang (tokoh 3 kerajaan yang saya kagumi), dia meninggal karena sakit. Sakit karena mengerjakan sendiri semua pekerjaan kerajaan karena tidak percaya dengan orang lain dan tidak mempunyai suksesor, sakit karena kurang makan dan istirahat. Okelah artinya orang-orang Jenius tersebut belumlah benar-benar Jenius. Orang Jenius yang benar-benar jenius adalah orang yang mempunyai frekuensi lebih tinggi dari orang yang biasa, dan mampu membuat orang lain yang frekuensi-nya lebih rendah, ikut maju dan berkembang ke frekuensi si Jenius.
Okelah ya, saya bisa menang 3 vs 1 dengan @MicheleJess yang jarang bisa saya lakukan.
Kuncinya menurut saya adalah frekuensi komunikasi, kelemahan dari orang-orang yang jenius adalah komunikasi. Karena semua frekuensi dari diri dia jauh lebih tinggi dari orang "normal" sehingga dia susah menjelaskan kepada orang lain mengenai isi otaknya. Orang jenius itu pasti tidak bisa menciptakan orang yang level otaknya sejenius dia, tapi dia bisa mengkomunikasikan isi otaknya kepada orang lain, sehingga orang lain bisa berpikir dengan cara yang menurut dia efisien.
Orang jenius itu tidak bisa menciptakan orang membuat sesuatu sesempurna dia, namun dia bisa mengajari orang lain dengan komunikasi yang frekuensi yang dimengerti orang yang normal sehingga dia bisa membentuk team yang isinya orang-orang yang normal namun karena kumulatif kecepatan team ini bisa 3-10 x lipat lebih cepat daripada kecepatan 1 orang jenius.
Orang jenius itu harus mengerti lawan bicara dia. Contohnya janganlah membicarakan hal-hal detail mengenai dunia IT, misalnya server, hub, HA, Oracle, Data Guard, WebLogic kepada seorang Bos besar beberapa perusahaan sparepart. Frekuensi-nya tidak akan nyambung. Coba jelaskan begini. Dengan database oracle dan ditunjang team marketing yang handal, 3 tahun lagi omset Om bisa meningkat 5x lipat dari tahun ini. Sejenak di-approve itu project oracle. Mungkin.
Balik lagi ke Training saya hari ini. Trainer karena belum mengenal saya, dia mengira saya adalah bukan seorang programmer. Saya adalah seorang programmer, dulu, yang sedang belajar Business Analyst yang dibantu oleh senior team saya yang lain, yang sangat membantu saya dan bebas berdiskusi. Bless him. Nah pertanyaannya adalah kenapa Beliau berpikir saya bukan seorang programmer? Karena saya mencoba mengkomunikasikan dalam frekuensi dimana Beliau berada, yang mana saya melihat latar belakang dia adalah sebagian besar di Bisnis Proses ataupun Project Management. Jadi waktu diskusi dengan Beliau, frekuensi kami pada level yang hampir sama. Frekuensi yang saya gunakan waktu berdiskusi dengan team programmer pasti akan berbeda, disitu serunya.
Komunikasi itu penting, sangat penting. Sejenius apapun kita apabila tidak bisa menjelaskan hasil isi pikiran ataupun karya kita, pastilah tidak akan mencuri perhatian orang lain.
Yang paling saya takuti adalah seperti ini, ada orang berbicara seperti ini kepada saya. "Darwin, Anda ini adalah seorang bos ya?". Dan rupanya saya belum menjadi seorang bos. Ini artinya frekuensi saya itu frekuensi SOMBONG.
Pada saat pertengahan training hari ini, tiba-tiba Trainer-nya nyeletuk seperti ini. "Darwin, Anda ini bukan programmer kan?".
Pada malam sebelumnya, saya tidak bisa tidur karena sudah tidur terlalu cepat pada pukul 6 - 7 PM, yang kemudian dilanjutkan bertemu teman dan minum Coffee Americano ukuran Venti di Starbucks. Sudah sah saya akan bergadang malem itu. Saya bergadang kebetulan tidak sendiri, karena kebetulan lagi @MicheleJess juga tidak bisa tidur karena tidak enak badan. Mulai kami berdiskusi panjang lebar semalaman sampai 2 AM.
Banyak hal yang saya dan @MicheleJess bicarakan, namun yang terkait post kali ini adalah tentang Frekuensi yang saya lontarkan kepada @MicheleJess.
Pertanyaan saya simple. "Kenapa orang jenius itu tidak bisa menjelaskan isi otaknya?". Panjang sekali pembicaraan kami malam itu mengenai orang jenius ini.
@MicheleJess berpandangan seperti ini: Orang Jenius itu punya level pemikiran yang diatas orang normal, jadi dia sudah menjelaskan pada level yang seharusnya, yang menurut dia itu sudah sederhana. Namun orang-orang "normal" saja yang masih tidak mengerti. Saya coba berargumentasi. Yang salah itu orang yang jenius itu, dia kan jenius harusnya dia tau lawan bicaranya siapa, dan karena dia jenius dia harus bisa menyesuaikan frekuensi level pembicaraannya untuk bisa dicerna oleh orang "normal" lain. Kan dia mengakui dirinya jenius, masa komunikasi saja susah?
@MicheleJess masih masih berargumen. Orang jenius itu sudah berpikir 1-10 langkah didepan orang lain, dia ga perlu menjelaskan isi otaknya kepada orang lain. Bagian yang menjelaskan hal-hal tersebut adalah bagian khusus, misalnya bagian Public Relation, menjelaskan ke khalayak banyak. Saya mencoba menentang hal ini lagi. Lho, orang jenius itu yang tau isi otaknya ya itu orang saja, orang lain mana mungkin mengerti isi otaknya. Biarpun dia punya PR, si PR juga tidak akan bisa menjelaskan secara sempurna isi otak si orang Jenius. Orang yang paling kompeten menjelaskan isi otaknya adalah si Jenius itu sendiri.
@MicheleJess masih tidak mau menyerah. Orang Jenius bagi dia itu tidak percaya dengan kemampuan orang lain. Ada satu hal, mending dia kerjakan sendiri hasilnya akan lebih sempurna daripada menyerahkan kepada orang lain, dan hasilnya tidak sempurna. Nah, saya lawan lagi. Nah disitu salahnya orang jenius, sempurna atau tidaknya sebuah hal dalam satu team adalah bagaimana team leader mengkomunikasikan dengan frekuensi yang dimengerti oleh semua anggota team, sehingga minim akan kesalahan. Oke apabila salah, si Jenius harus bisa mengkomunikasikan lagi kepada team tersebut dimana letak kesalahan tersebut dalam frekuensi yang dimengerti oleh team tersebut, sehingga lain kali kesalahan tersebut tidak akan terjadi lagi. @MicheleJess lawan balik, lah kan jadi lebih lama, mending kerjain sendiri udah jauh maju daripada mundur beberapa step kebelakang menjelaskan kepada orang lain (yang belum tentu sempurna juga hasilnya). Saya sempurnakan argumen saya, lebih baik mundur beberapa step kebelakang dan menjelaskan kepada anggota team yang lain dan langsung secara bersama-sama maju bersama, pasti hasilnya akan lebih kencang daripada mengerjakan sendiri, mundur ke frekuensi anggota team yang lain, dan maju kembali dengan frekuensi dan kecepatan si Jenius yang akan menciptakan beberapa orang dengan kecepatan si Jenius. Lebih baik bukan?
Final argumen dari @MicheleJess. Orang jenius itu bukan mencari suksesor, dia sedang asyik dengan sesuatu dan tiba-tiba ketemu satu teori. Selesai dan dia akan mencari teori yang lain. Dia tidak perlu orang lain untuk mengikuti langkah dia. Seketika saya ingat dengan Zhuge Liang (tokoh 3 kerajaan yang saya kagumi), dia meninggal karena sakit. Sakit karena mengerjakan sendiri semua pekerjaan kerajaan karena tidak percaya dengan orang lain dan tidak mempunyai suksesor, sakit karena kurang makan dan istirahat. Okelah artinya orang-orang Jenius tersebut belumlah benar-benar Jenius. Orang Jenius yang benar-benar jenius adalah orang yang mempunyai frekuensi lebih tinggi dari orang yang biasa, dan mampu membuat orang lain yang frekuensi-nya lebih rendah, ikut maju dan berkembang ke frekuensi si Jenius.
Okelah ya, saya bisa menang 3 vs 1 dengan @MicheleJess yang jarang bisa saya lakukan.
Kuncinya menurut saya adalah frekuensi komunikasi, kelemahan dari orang-orang yang jenius adalah komunikasi. Karena semua frekuensi dari diri dia jauh lebih tinggi dari orang "normal" sehingga dia susah menjelaskan kepada orang lain mengenai isi otaknya. Orang jenius itu pasti tidak bisa menciptakan orang yang level otaknya sejenius dia, tapi dia bisa mengkomunikasikan isi otaknya kepada orang lain, sehingga orang lain bisa berpikir dengan cara yang menurut dia efisien.
Orang jenius itu tidak bisa menciptakan orang membuat sesuatu sesempurna dia, namun dia bisa mengajari orang lain dengan komunikasi yang frekuensi yang dimengerti orang yang normal sehingga dia bisa membentuk team yang isinya orang-orang yang normal namun karena kumulatif kecepatan team ini bisa 3-10 x lipat lebih cepat daripada kecepatan 1 orang jenius.
Orang jenius itu harus mengerti lawan bicara dia. Contohnya janganlah membicarakan hal-hal detail mengenai dunia IT, misalnya server, hub, HA, Oracle, Data Guard, WebLogic kepada seorang Bos besar beberapa perusahaan sparepart. Frekuensi-nya tidak akan nyambung. Coba jelaskan begini. Dengan database oracle dan ditunjang team marketing yang handal, 3 tahun lagi omset Om bisa meningkat 5x lipat dari tahun ini. Sejenak di-approve itu project oracle. Mungkin.
Balik lagi ke Training saya hari ini. Trainer karena belum mengenal saya, dia mengira saya adalah bukan seorang programmer. Saya adalah seorang programmer, dulu, yang sedang belajar Business Analyst yang dibantu oleh senior team saya yang lain, yang sangat membantu saya dan bebas berdiskusi. Bless him. Nah pertanyaannya adalah kenapa Beliau berpikir saya bukan seorang programmer? Karena saya mencoba mengkomunikasikan dalam frekuensi dimana Beliau berada, yang mana saya melihat latar belakang dia adalah sebagian besar di Bisnis Proses ataupun Project Management. Jadi waktu diskusi dengan Beliau, frekuensi kami pada level yang hampir sama. Frekuensi yang saya gunakan waktu berdiskusi dengan team programmer pasti akan berbeda, disitu serunya.
Komunikasi itu penting, sangat penting. Sejenius apapun kita apabila tidak bisa menjelaskan hasil isi pikiran ataupun karya kita, pastilah tidak akan mencuri perhatian orang lain.
Yang paling saya takuti adalah seperti ini, ada orang berbicara seperti ini kepada saya. "Darwin, Anda ini adalah seorang bos ya?". Dan rupanya saya belum menjadi seorang bos. Ini artinya frekuensi saya itu frekuensi SOMBONG.
0
849
3


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan