SEORANG warga Suriah bernama Abu Ibrahim dan keluarganya dikabarkan adalah orang-orang Kristen yang masih tersisa di kota Deir Ezzor, yang sudah hancur. Media Ahram melaporkan pada hari Rabu (13/3), bahwa Ibrahim dan keluarganya sebelumnya takut dengan para pejuang Muslim yang bisa membuat sulit hidup mereka.

Namun setiap hari Ahad, Ibrahim dan keluarganya rutin melakukan ibadat di rumah mereka, dengan dilindungi oleh 15 tentara dari Pasukan Pembebasan Suriah (FSA), yang semuanya adalah Muslim Sunni.

Istri Abu Ibrahim, Mariam, masih mengingat suasana di Deir Ezzor, sebelum pemberontakan terhadap rezim Presiden Bashar al-Assad pecah dua tahun lalu.

“Dalam lingkungan Kristen dan Sunni, kita semua hidup dalam damai satu sama lain. Kami memiliki teman-teman Muslim yang baik. Tidak jarang pula kami memberi makanan untuk berbuka puasa selama Ramadhan,” ujar Mariam.

“Masa itu adalah masa indah bagi Suriah, yang membuat saya ingin terus tinggal di sini. Namun sejak terjadi konflik, semua menjadi kelam. Dan saya tahu Assad berada di balik semua ini. Kami tidak menginginkan Assad,” katanya sedih.

Mariam dan suaminya tidak terganggu oleh para pejuang Muslim yang terus melakukan perlawanan hingga jatuhnya rezim Assad.

Apa yang mereka takutkan adalah Front al-Nusra, sebuah kelompok gerilyawan pendukung Assad yang lebih baik, karena dibiayai, dipersenjatai dan lebih terorganisir dibandingkan FSA. Front al-Nusra dianggap sebagai kekuatan pemberontak utama di Deir Ezzor.

====
Pijimanepun juge, si Assad seorang syiah nusairiyah nyang selalu n akan terus dibela ame Iran n Hizb asy Syaitan, dr syiah Imamiyah, pimpinan Hasan Nasralah.