- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
4 Cerita dari Jalan Raya
TS
magister-enoch
4 Cerita dari Jalan Raya
Salam bagi semua kaskuser...
Hari ini saya mau berbagi 4 cerita dari pengalaman pribadi. Tidak ada motivasi apapun... Just sharing...
Baru saja saya pulang kantor, mengemudikan mobil sambil mendengarkan radio... Lampu merah baru berakhir, saya baru mau lepas dari macet. Laju kendaraan saya kurang dari 40 km per jam. Tiba2 saja, ada motor yang memotong jalur kendaraan saya dari sebelah kiri dengan sangat tajam. Seandainya di sebelah kanan saya tidak ada motor yang melaju cepat, mungkin motor di sebelah kiri akan sempat menyalip dan melaju dengan selamat. Nyatanya, mungkin karena panik, motor yang memotong jalur itu mengerem mendadak dan terjatuh persis di depan mobil saya. Sementara motor yang tadi di kanan tersenggol dan oleng sedikit, namun dapat melanjutkan perjalanan dengan selamat. Kaget... Tahu2 saya sudah digiring ke kantor polisi. Nomer 1 saya tanya, bagaimana keadaan si pengemudi motor. Saya ini orang bodoh, masih polos dan awam sekali mengenai hal seperti ini. Sim dan STNK saya diminta ya saya kasih saja. Si "korban" menuduh saya mengemudi cepat2 sehingga menyenggol dia.
Semua keluarga "korban" menyalahkan saya dan menyuruh saya mengganti seluruh biaya pengobatan. Saya bukan orang kaya. Mobil itu hadiah dari paman saya. Ibu saya punya penyakit kronis dan sedang therapi. Biaya obat therapi ibu saya sendiri tidak murah. Saya sendiri punya penyakit kelainan tulang punggung dan sedang mengumpulkan uang untuk berobat. Singkat kata, saya katakan pada keluarga "korban", "Saya cuma punya uang segini, kalau mau terima ya syukur, kalau tidak mau silahkan tuntut saya". Untung keluarga si "korban" mau terima. Saya tidak keluarkan seluruh tabungan saya, saya simpan beberapa ratus ribu untuk beli obat ibu saya. Tapi uang yang tadinya saya ingin gunakan untuk therapi saya sendiri jadi dikeluarkan. Yah... mau tidak mau therapi saya yang harus diundur... Harus mengumpulkan uang lagi... Saya tidak mau meminta-minta uang dari saudara saya kalau tidak kepepet sekali.
Tapi walau bagaimanapun, saya tidak merasa bersalah. Memotong jalur mobil yang mau jalan lurus dari sebelah kiri secara mendadak saja sudah dia yang salah. Kalau dia bilang saya bawa mobil ngebut, pasti dia sudah mental, atau terlindas, atau minimal terseret mobil saya. Di RS saja doketer bilang cuma lecet2 dan memar doang, sudah boleh pulang malam ini. Sialnya keluarga "korban" memaksa rawat inap. Dia menuduh saya menabrak, tapi nyatanya bemper saya mulus2 saja. Yang adapun lecet lama. Saya mengalah karena kata seseorang, biar bagaimanapun mobil tetap disalahkan. Apalagi tidak ada saksi saat itu. Yang dibela kan yang lemah, bukan yang benar...
Setelah semua masalah di cerita pertama selesai, terus terang saya masih trauma. Bahkan sampai saat menulis thread ini juga... Di lain hari, lagi2 baru pulang kerja, dan sudah hampir sampai kontrakan. Ada perempatan jalan yang harus saya lewati untuk sampai ke kontrakan. Saking masih traumanya, berhenti sebentar, tekan kalson dahulu. Setelah saya yakin aman dan tidak ada kendaraan dari kiri kanan, saya maju pelan2. Eh, tahu2 ada motor yang ngebut dari arah kanan. Saya sampai rem mendadak. Untung di belakang tidak ada kendaraan lain, dan kali ini si motor tidak tersenggol. Tapi saking panasnya ingat kejadian tempo hari, saya buka jendela dan teriak "B*NGS*T!". Ini bukan soal menghina atau marah saja, tetapi sekalian memberi pelajaran bahwa apa yang mereka lakukan itu salah, walaupun saya tidak yakin maksud saya tersampaikan dengan baik kepada orang2 bebal itu...
Ini cerita tentang teman saya, yang kebetulan kejadiannya juga sehabis pulang kerja. Sepengalaman saya dengan teman saya itu, dia tidak pernah bawa motor ngebut atau ugal2an. Waktu itu sedang lampu merah, dia berhenti pada tempatnya, persis di depan zebra cross. Ga tahu ada angin apa, tahu2 ada mobil menubruk dia dari belakang. Langsung teman saya jatuh tersungkur dan motornya juga mental. Mungkin juga teman saya terlalu baik, orang yang bawa mobil dilepas begitu saja setelah minta maaf. Katanya HP nya jatuh di mobil dan dia menunduk mau ambil. Ga lihat2 jalan lagi. Alhasil setelah rongten ternyata tulangnya retak cukup parah. Harus dioperasi dan pasang pen selama setahun. Biayanya? Tanggung sendiri... Kalau saya jadi dia, langsung saya minta, minimal KTP dan no HP...
Terjadi percakapan antara saya dengan teman saya yang lain. Kata teman saya, "Coba semua orang di Indonesia punya pengalaman 3 tahun bawa motor dan 3 tahun bawa mobil", Saya jawab, "Emang kalo begitu kenapa?", Kata dia lagi, "Yah, dulu gw bawa motor kan ugal2an, terus pas belajar bawa mobil, dan ngeliat langsung kondisi jalan, gw ga pernah bawa motor ugal2an lagi... Ngerti dikit lah perasaan orang...". Waktu itu sih saya cuma diam saja. Seandainya terjadi pembicaraan itu lagi sekarang, paling2 saya akan jawab : Kalau binatang sih, kayak anjing atau kucing yah, dipelihara manusia biasanya ga sampe setahun juga bisa ngerti perasaan manusia. Ga bisa kita peras minyak dari pasir! (Silahkan tafsirkan sendiri maksudnya)
Sekarang sesama pengendara mobil atau sesama pengendara motor saja nggak bisa saling mengerti, bagaimana pengendara mobil bisa mengerti perasaan pengendara motor? Bagaimana pengendara motor bisa mengerti perasaan pengendara mobil? Coba Anda pikir, kalau mau belok atau memotong jalan dan Anda pasang sign, yang didapat apa? Seringnya yang ada kendaraan di belakang makin ngebut kan? Bukannya pelan2 dan mengalah... Bukannya sih tidak ada sama sekali, tapi benar2 jarang ada yang pengertian!
#UPDATE!!
Kasus ini menimpa saudara teman saya.
Saudara dari teman saya sedang mengendarai mobil di jalan yang tidak bisa dikatakan jalan kecil dengan kecepatan sedang (mungkin tidak lebih dari 60 Km/Jam). Tiba-tiba ada kendaraan di depannya (jenis kendaraan tidak dispesifikasikan oleh teman saya) yang mengerem mendadak, spontan saudara teman saya juga menginjak rem. Saat itu di sebelah kiri kendaraan saudara teman saya ada gang kecil, dan dari situ ada motor yang ngebut dengan kecepatan tinggi juga. Kecepatan si pengemudi cukup tinggi sehingga ia tidak sempat mengerem motornya. Alhasil, selain menabrak mobil, dada si pengendara motor menghantam stang motornya. Si tukang kebut langsung muntah darah dan mati di tempat. Silahkan pembaca bayangkan sendiri secepat apa dia sampai bisa terjadi hal seperti itu, dan seteledor apa seseorang masih bisa ngebut di gang kecil sementara sebentar lagi sudah harus belok. Di kantor polisi, saudara teman saya menjelaskan duduk perkaranya, tetapi polisi hanya menjawab, "Apa kamu bisa buktikan kalau kamu bukannya sengaja mencegat dia?". Tidak ada saksi, tidak ada bukti. Akhirnya saudata teman saya harus dipenjara plus sogok sana-sini supaya tidak dikerjai di dalam penjara...
End notes :
Saya tidak mengharapkan apapun dengan menulis thread ini. Tidak bata, cendol, bintang 5, pujian, atau makian. Saya cuma mau menyalurkan isi pikiran saja. Saya juga tidak mimpi tulisan ini bisa merubah pola pikir orang banyak. Orang berbudi susah ditemui, sementara orang bebal dimana-mana.
Akhir kata saya minta maaf jika ada kata2 yang salah atau ada orang yang tersinggung karena tulisan ini.
Terima kasih.
Hari ini saya mau berbagi 4 cerita dari pengalaman pribadi. Tidak ada motivasi apapun... Just sharing...
Spoiler for Cerita Pertama:
Baru saja saya pulang kantor, mengemudikan mobil sambil mendengarkan radio... Lampu merah baru berakhir, saya baru mau lepas dari macet. Laju kendaraan saya kurang dari 40 km per jam. Tiba2 saja, ada motor yang memotong jalur kendaraan saya dari sebelah kiri dengan sangat tajam. Seandainya di sebelah kanan saya tidak ada motor yang melaju cepat, mungkin motor di sebelah kiri akan sempat menyalip dan melaju dengan selamat. Nyatanya, mungkin karena panik, motor yang memotong jalur itu mengerem mendadak dan terjatuh persis di depan mobil saya. Sementara motor yang tadi di kanan tersenggol dan oleng sedikit, namun dapat melanjutkan perjalanan dengan selamat. Kaget... Tahu2 saya sudah digiring ke kantor polisi. Nomer 1 saya tanya, bagaimana keadaan si pengemudi motor. Saya ini orang bodoh, masih polos dan awam sekali mengenai hal seperti ini. Sim dan STNK saya diminta ya saya kasih saja. Si "korban" menuduh saya mengemudi cepat2 sehingga menyenggol dia.
Semua keluarga "korban" menyalahkan saya dan menyuruh saya mengganti seluruh biaya pengobatan. Saya bukan orang kaya. Mobil itu hadiah dari paman saya. Ibu saya punya penyakit kronis dan sedang therapi. Biaya obat therapi ibu saya sendiri tidak murah. Saya sendiri punya penyakit kelainan tulang punggung dan sedang mengumpulkan uang untuk berobat. Singkat kata, saya katakan pada keluarga "korban", "Saya cuma punya uang segini, kalau mau terima ya syukur, kalau tidak mau silahkan tuntut saya". Untung keluarga si "korban" mau terima. Saya tidak keluarkan seluruh tabungan saya, saya simpan beberapa ratus ribu untuk beli obat ibu saya. Tapi uang yang tadinya saya ingin gunakan untuk therapi saya sendiri jadi dikeluarkan. Yah... mau tidak mau therapi saya yang harus diundur... Harus mengumpulkan uang lagi... Saya tidak mau meminta-minta uang dari saudara saya kalau tidak kepepet sekali.
Tapi walau bagaimanapun, saya tidak merasa bersalah. Memotong jalur mobil yang mau jalan lurus dari sebelah kiri secara mendadak saja sudah dia yang salah. Kalau dia bilang saya bawa mobil ngebut, pasti dia sudah mental, atau terlindas, atau minimal terseret mobil saya. Di RS saja doketer bilang cuma lecet2 dan memar doang, sudah boleh pulang malam ini. Sialnya keluarga "korban" memaksa rawat inap. Dia menuduh saya menabrak, tapi nyatanya bemper saya mulus2 saja. Yang adapun lecet lama. Saya mengalah karena kata seseorang, biar bagaimanapun mobil tetap disalahkan. Apalagi tidak ada saksi saat itu. Yang dibela kan yang lemah, bukan yang benar...
Spoiler for Cerita Kedua:
Setelah semua masalah di cerita pertama selesai, terus terang saya masih trauma. Bahkan sampai saat menulis thread ini juga... Di lain hari, lagi2 baru pulang kerja, dan sudah hampir sampai kontrakan. Ada perempatan jalan yang harus saya lewati untuk sampai ke kontrakan. Saking masih traumanya, berhenti sebentar, tekan kalson dahulu. Setelah saya yakin aman dan tidak ada kendaraan dari kiri kanan, saya maju pelan2. Eh, tahu2 ada motor yang ngebut dari arah kanan. Saya sampai rem mendadak. Untung di belakang tidak ada kendaraan lain, dan kali ini si motor tidak tersenggol. Tapi saking panasnya ingat kejadian tempo hari, saya buka jendela dan teriak "B*NGS*T!". Ini bukan soal menghina atau marah saja, tetapi sekalian memberi pelajaran bahwa apa yang mereka lakukan itu salah, walaupun saya tidak yakin maksud saya tersampaikan dengan baik kepada orang2 bebal itu...
Spoiler for Cerita Ketiga:
Ini cerita tentang teman saya, yang kebetulan kejadiannya juga sehabis pulang kerja. Sepengalaman saya dengan teman saya itu, dia tidak pernah bawa motor ngebut atau ugal2an. Waktu itu sedang lampu merah, dia berhenti pada tempatnya, persis di depan zebra cross. Ga tahu ada angin apa, tahu2 ada mobil menubruk dia dari belakang. Langsung teman saya jatuh tersungkur dan motornya juga mental. Mungkin juga teman saya terlalu baik, orang yang bawa mobil dilepas begitu saja setelah minta maaf. Katanya HP nya jatuh di mobil dan dia menunduk mau ambil. Ga lihat2 jalan lagi. Alhasil setelah rongten ternyata tulangnya retak cukup parah. Harus dioperasi dan pasang pen selama setahun. Biayanya? Tanggung sendiri... Kalau saya jadi dia, langsung saya minta, minimal KTP dan no HP...
Spoiler for Cerita Keempat:
Terjadi percakapan antara saya dengan teman saya yang lain. Kata teman saya, "Coba semua orang di Indonesia punya pengalaman 3 tahun bawa motor dan 3 tahun bawa mobil", Saya jawab, "Emang kalo begitu kenapa?", Kata dia lagi, "Yah, dulu gw bawa motor kan ugal2an, terus pas belajar bawa mobil, dan ngeliat langsung kondisi jalan, gw ga pernah bawa motor ugal2an lagi... Ngerti dikit lah perasaan orang...". Waktu itu sih saya cuma diam saja. Seandainya terjadi pembicaraan itu lagi sekarang, paling2 saya akan jawab : Kalau binatang sih, kayak anjing atau kucing yah, dipelihara manusia biasanya ga sampe setahun juga bisa ngerti perasaan manusia. Ga bisa kita peras minyak dari pasir! (Silahkan tafsirkan sendiri maksudnya)
Sekarang sesama pengendara mobil atau sesama pengendara motor saja nggak bisa saling mengerti, bagaimana pengendara mobil bisa mengerti perasaan pengendara motor? Bagaimana pengendara motor bisa mengerti perasaan pengendara mobil? Coba Anda pikir, kalau mau belok atau memotong jalan dan Anda pasang sign, yang didapat apa? Seringnya yang ada kendaraan di belakang makin ngebut kan? Bukannya pelan2 dan mengalah... Bukannya sih tidak ada sama sekali, tapi benar2 jarang ada yang pengertian!
#UPDATE!!
Spoiler for Cerita Kelima:
Kasus ini menimpa saudara teman saya.
Saudara dari teman saya sedang mengendarai mobil di jalan yang tidak bisa dikatakan jalan kecil dengan kecepatan sedang (mungkin tidak lebih dari 60 Km/Jam). Tiba-tiba ada kendaraan di depannya (jenis kendaraan tidak dispesifikasikan oleh teman saya) yang mengerem mendadak, spontan saudara teman saya juga menginjak rem. Saat itu di sebelah kiri kendaraan saudara teman saya ada gang kecil, dan dari situ ada motor yang ngebut dengan kecepatan tinggi juga. Kecepatan si pengemudi cukup tinggi sehingga ia tidak sempat mengerem motornya. Alhasil, selain menabrak mobil, dada si pengendara motor menghantam stang motornya. Si tukang kebut langsung muntah darah dan mati di tempat. Silahkan pembaca bayangkan sendiri secepat apa dia sampai bisa terjadi hal seperti itu, dan seteledor apa seseorang masih bisa ngebut di gang kecil sementara sebentar lagi sudah harus belok. Di kantor polisi, saudara teman saya menjelaskan duduk perkaranya, tetapi polisi hanya menjawab, "Apa kamu bisa buktikan kalau kamu bukannya sengaja mencegat dia?". Tidak ada saksi, tidak ada bukti. Akhirnya saudata teman saya harus dipenjara plus sogok sana-sini supaya tidak dikerjai di dalam penjara...
End notes :
Spoiler for End Notes:
Saya tidak mengharapkan apapun dengan menulis thread ini. Tidak bata, cendol, bintang 5, pujian, atau makian. Saya cuma mau menyalurkan isi pikiran saja. Saya juga tidak mimpi tulisan ini bisa merubah pola pikir orang banyak. Orang berbudi susah ditemui, sementara orang bebal dimana-mana.
Akhir kata saya minta maaf jika ada kata2 yang salah atau ada orang yang tersinggung karena tulisan ini.
Terima kasih.
0
1.9K
Kutip
10
Balasan
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan