- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Indonesia menggugat Pemerintah #RevolusiBawang


TS
andiredo
Indonesia menggugat Pemerintah #RevolusiBawang

Quote:
Pagi tadi harusnya menjadi pagi yang sangat menyenangkan bagi saya. Duduk santai sambil minum kopi hitam dan makan putu cangkir khas Makassar merupakan "ritual" favorit bagi saya sebelum memulai beraktivitas. Tapi itu hanya berlangsung sesaat, tak lama saya mendengar ibu-ibu tetangga mengeluh karena tak satupun pagandeng (pedagang sayur keliling) menjual bawang. Awalnya saya hanya berpikir itu trik-trik pengepul atau juragan kacangan di pasar untuk menaikkan harga pasar lalu sayapun masuk ke dalam dan menyetel tv, niatnya sih nonton infotainment kali aja ada gosip terbaru tentang artis favorit saya Agnes Monica (hahahaa), atau liputan tentang artis yang setiap plesiran ke luar negeri selalu diliput secara cetar membahana mendayu-dayu oleh media, yeah you know who i mean.
Sontak sayapun kaget ketika tv saya nyalakan dan tidak sengaja melihat berita tentang kelangkaan bawang karena harganya yang melambung naik. Bayangkan, harga bawang merah yang biasanya hanya 15 ribu di pasaran (berdasarkan riset kilat dengan narasumber ibu-ibu yang doyan belanja di pasar) sekarang harganya menjadi 70 ribu, bahkan di beberapa daerah ada yang sampai menembus harga 100 ribu. Wah, sekarang harga bawang lebih mahal daripada harga daging sekilonya.
Siangnya, saya terus kepikiran. Bagaimana tidak, bayangkan kalo harga bawang bertahan di range harga tersebut, bisa jadi tidak tercium lagi aroma wangi dari bawang yang ditumis. Terus kalau saya mau makan Pallu Basa (sup dari daging kerbau khas Makassar) atau bakso rasanya bakal menjadi hambar karena pemilik warung tidak memakai bawang di Masakannya. Kecuali kalau mereka mau menaikkan harga dua kali lipat dan menerima resiko kehilangan pelanggan karena lebih memilih makan di resto fastfood yang ada gambar kakek pake jas atau badut binal karena harga fastfood pasti lebih murah.
KEBIJAKAN YANG SIMPANG SIUR
Asosiasi Pedagang Pasar Indonesia (APPSI) menilai naiknya harga bawang putih dan bawang merah dalam sepekan terakhir karena ketidakberesan pemerintah dalam mengatur sektor pertanian. Khususnya terkait dengan kebijakan impor sektor pangan. Mereka menjelaskan, baru kali ini harga bawang merah dan bawang putih lokal melonjak tajam. Sayapun iseng mencari data impor bawang, ternyata 95% bawang yang kita konsumsi merupakan hasil impor yang sebagian besar berasal dari China, Taiwan, India, Thailand, Vietnam, Malaysia, dan Filipina. Sedangkan petani lokal kita hanya mampu memenuhi 5% permintaan pasar.
Sebenarnya dari dulu suplai bawang merah dan bawang putih lokal cukup untuk memenuhi permintaan pasar dalam negeri. Tapi Pemerintah tidak dapat mengatur soal kebijakan pangan Pemerintah berlakukan impor bawang saat musim panen yang merusak harga. Hal ini juga diakibatkan oleh kebijakan Pemerintah mengenalkan pupuk kimia untuk menggenjot produksi seiring dengan program intensifikasi yang saat itu digalakkan. Hasilnya, produksi bawang putih di Indonesia melonjak. Namun lonjakan produktivitas itu tidak bertahan lama. Tanah subur justru perlahan menjadi tandus karena penggunaan pupuk kimia yang berlebihan. Hasil panen kemudian menjadi kurang dari 5 ton per hektar. Persoalan bertambah pelik dengan masuknya bawang putih impor yang merajalela sejak 1982. Tahun itu, bawang putih impor mencapai 20.000 ton, sedangkan produksi dalam negeri hanya 13.000 ton. Harga bawang putih dari China, Taiwan, dan India itu lebih murah dibandingkan dengan produksi lokal.
Hal ini membuat petani tidak sanggup bertahan. Semua sentra bawang putih di Indonesia terpukul. Sehingga petani bawang semakin lama makin sedikit. Justru di saat petani bawang semakin sedikit, pemerintah mengambil kebijakan menyetop impor bawang putih dan bawang merah. Alhasil, sekarang harga bawang melejit.
REVOLUSI BAWANG, INDONESIA MENGGUGAT PEMERINTAH
"yang diuntungkan dari naiknya harga bawang saat ini adalah yang menyimpan barang (bawang) dan pemilik gudang. Mereka menahan barang sehingga harganya jadi naik," ujar Ngadiran, Sekretaris Jenderal APPSI. Bahkan banyak pengamat lain yang menduga menduga naiknya harga komoditas pangan seperti kedelai, jagung, daging sapi, cabai, buah, bawang merah, dan bawang putih dalam beberapa bulan terakhir terkait Pemilihan Umum (Pemilu) 2014. Tahun ini adalah tahun politik, tidak sedikit oknum yang mencari uang dengan berbagai macam cara. Bahkan ada yang menuding para pemain besar tersebut menangguk untung besar demi perhelatan Pemilu tahun depan.
Sungguh ironi. Negeri yang katanya gemah ripah loh jinawi dengan predikat negara agraris, harus mengimpor bawang. Sudah tidak bisakah petani negeri ini mencukupi kebutuhan bawang dalam negeri?. Kalau memang produk petani di negeri ini kurang bagus, tentu kebijakan yang paling bijak adalah memberikan apa yang mereka butuhkan agar bisa meningkatkan kualitas hasil panennya. Kalau memang harga bawang hasil petani di negeri ini terlalu tinggi dibanding dengan bawang impor, tentu kebijakan yang bijak adalah dengan memangkas habis para cukong pupuk dan obat-obatan yang semakin menjerat petani sehingga melambungkan ongkos produksi. Kalau alasannya adalah karena kebutuhan bawang di negeri ini tidak terpenuhi oleh produk petani dalam negeri, kebijakan yang paling bijak adalah pemerintah mengoreksi diri, sudah sejauh mana mereka membina dan memperhatikan para petani bawang, sehingga para petani tidak merasa menggantang asap ketika akan menggeluti dunianya. Jangan hanya karena tidak menemukan apa yang masuk dalam standar mereka, lalu gampang banting stir dan cari jalan pintas. Petani di negeri ini berhak untuk mengembangkan ketrampilannya. Berhak untuk diberikan apresiasi penuh, selayaknya para olahragawan yang menyumbangkan medali emas di tingkat internasional. Masyarakat Indonesia harus berani MENGGUGAT PEMERINTAH untuk masalah yang tidak lagi sepele ini, agar petani negeri ini tidak akan tersakiti dengan kebijakan yang entah apa dasar pelaksanaanya.
Apakah teman-teman mau rasa makanan kita menjadi kurang enak dan hambar karena stok bawang yang langka dan mahal?
Apakah teman-teman semua membiarkan istri atau ibu kita di rumah terus mengeluh akibat ulah oknum yang hanya mementingkan keuntungan pribadi dan perut mereka sendiri?
Melalui #RevolusiBawang saya mengajak teman-teman di dunia maya untuk turut membantu para petani bawang kita dan pedagang pasar dengan menyuarakan #RevolusiBawang melalui blog, kaskus, facebook, twitter, dan Social Media lainnya.
Mari bergabung dalam gerakan #Revolusi Bawang, harus ada yang berani menggugat dan saya yakin itu anda!!
Indonesia, 13 Maret 2013
Mewakili petani bawang dan masyarakat miskin,
ANDI REDO
Pekerja Seni dan Penggemar Kuliner Indonesia
Sontak sayapun kaget ketika tv saya nyalakan dan tidak sengaja melihat berita tentang kelangkaan bawang karena harganya yang melambung naik. Bayangkan, harga bawang merah yang biasanya hanya 15 ribu di pasaran (berdasarkan riset kilat dengan narasumber ibu-ibu yang doyan belanja di pasar) sekarang harganya menjadi 70 ribu, bahkan di beberapa daerah ada yang sampai menembus harga 100 ribu. Wah, sekarang harga bawang lebih mahal daripada harga daging sekilonya.
Siangnya, saya terus kepikiran. Bagaimana tidak, bayangkan kalo harga bawang bertahan di range harga tersebut, bisa jadi tidak tercium lagi aroma wangi dari bawang yang ditumis. Terus kalau saya mau makan Pallu Basa (sup dari daging kerbau khas Makassar) atau bakso rasanya bakal menjadi hambar karena pemilik warung tidak memakai bawang di Masakannya. Kecuali kalau mereka mau menaikkan harga dua kali lipat dan menerima resiko kehilangan pelanggan karena lebih memilih makan di resto fastfood yang ada gambar kakek pake jas atau badut binal karena harga fastfood pasti lebih murah.
KEBIJAKAN YANG SIMPANG SIUR
Asosiasi Pedagang Pasar Indonesia (APPSI) menilai naiknya harga bawang putih dan bawang merah dalam sepekan terakhir karena ketidakberesan pemerintah dalam mengatur sektor pertanian. Khususnya terkait dengan kebijakan impor sektor pangan. Mereka menjelaskan, baru kali ini harga bawang merah dan bawang putih lokal melonjak tajam. Sayapun iseng mencari data impor bawang, ternyata 95% bawang yang kita konsumsi merupakan hasil impor yang sebagian besar berasal dari China, Taiwan, India, Thailand, Vietnam, Malaysia, dan Filipina. Sedangkan petani lokal kita hanya mampu memenuhi 5% permintaan pasar.
Sebenarnya dari dulu suplai bawang merah dan bawang putih lokal cukup untuk memenuhi permintaan pasar dalam negeri. Tapi Pemerintah tidak dapat mengatur soal kebijakan pangan Pemerintah berlakukan impor bawang saat musim panen yang merusak harga. Hal ini juga diakibatkan oleh kebijakan Pemerintah mengenalkan pupuk kimia untuk menggenjot produksi seiring dengan program intensifikasi yang saat itu digalakkan. Hasilnya, produksi bawang putih di Indonesia melonjak. Namun lonjakan produktivitas itu tidak bertahan lama. Tanah subur justru perlahan menjadi tandus karena penggunaan pupuk kimia yang berlebihan. Hasil panen kemudian menjadi kurang dari 5 ton per hektar. Persoalan bertambah pelik dengan masuknya bawang putih impor yang merajalela sejak 1982. Tahun itu, bawang putih impor mencapai 20.000 ton, sedangkan produksi dalam negeri hanya 13.000 ton. Harga bawang putih dari China, Taiwan, dan India itu lebih murah dibandingkan dengan produksi lokal.
Hal ini membuat petani tidak sanggup bertahan. Semua sentra bawang putih di Indonesia terpukul. Sehingga petani bawang semakin lama makin sedikit. Justru di saat petani bawang semakin sedikit, pemerintah mengambil kebijakan menyetop impor bawang putih dan bawang merah. Alhasil, sekarang harga bawang melejit.
REVOLUSI BAWANG, INDONESIA MENGGUGAT PEMERINTAH
"yang diuntungkan dari naiknya harga bawang saat ini adalah yang menyimpan barang (bawang) dan pemilik gudang. Mereka menahan barang sehingga harganya jadi naik," ujar Ngadiran, Sekretaris Jenderal APPSI. Bahkan banyak pengamat lain yang menduga menduga naiknya harga komoditas pangan seperti kedelai, jagung, daging sapi, cabai, buah, bawang merah, dan bawang putih dalam beberapa bulan terakhir terkait Pemilihan Umum (Pemilu) 2014. Tahun ini adalah tahun politik, tidak sedikit oknum yang mencari uang dengan berbagai macam cara. Bahkan ada yang menuding para pemain besar tersebut menangguk untung besar demi perhelatan Pemilu tahun depan.
Sungguh ironi. Negeri yang katanya gemah ripah loh jinawi dengan predikat negara agraris, harus mengimpor bawang. Sudah tidak bisakah petani negeri ini mencukupi kebutuhan bawang dalam negeri?. Kalau memang produk petani di negeri ini kurang bagus, tentu kebijakan yang paling bijak adalah memberikan apa yang mereka butuhkan agar bisa meningkatkan kualitas hasil panennya. Kalau memang harga bawang hasil petani di negeri ini terlalu tinggi dibanding dengan bawang impor, tentu kebijakan yang bijak adalah dengan memangkas habis para cukong pupuk dan obat-obatan yang semakin menjerat petani sehingga melambungkan ongkos produksi. Kalau alasannya adalah karena kebutuhan bawang di negeri ini tidak terpenuhi oleh produk petani dalam negeri, kebijakan yang paling bijak adalah pemerintah mengoreksi diri, sudah sejauh mana mereka membina dan memperhatikan para petani bawang, sehingga para petani tidak merasa menggantang asap ketika akan menggeluti dunianya. Jangan hanya karena tidak menemukan apa yang masuk dalam standar mereka, lalu gampang banting stir dan cari jalan pintas. Petani di negeri ini berhak untuk mengembangkan ketrampilannya. Berhak untuk diberikan apresiasi penuh, selayaknya para olahragawan yang menyumbangkan medali emas di tingkat internasional. Masyarakat Indonesia harus berani MENGGUGAT PEMERINTAH untuk masalah yang tidak lagi sepele ini, agar petani negeri ini tidak akan tersakiti dengan kebijakan yang entah apa dasar pelaksanaanya.
Apakah teman-teman mau rasa makanan kita menjadi kurang enak dan hambar karena stok bawang yang langka dan mahal?
Apakah teman-teman semua membiarkan istri atau ibu kita di rumah terus mengeluh akibat ulah oknum yang hanya mementingkan keuntungan pribadi dan perut mereka sendiri?
Melalui #RevolusiBawang saya mengajak teman-teman di dunia maya untuk turut membantu para petani bawang kita dan pedagang pasar dengan menyuarakan #RevolusiBawang melalui blog, kaskus, facebook, twitter, dan Social Media lainnya.
Mari bergabung dalam gerakan #Revolusi Bawang, harus ada yang berani menggugat dan saya yakin itu anda!!
Indonesia, 13 Maret 2013
Mewakili petani bawang dan masyarakat miskin,
ANDI REDO
Pekerja Seni dan Penggemar Kuliner Indonesia



Quote:
*Tentang Bawang
Bawang merupakan tanaman umbian yang digunakan hampir disetiap masakan di Indonesia. Dikenal memiliki kegunaan selain menambah kenikmatan cita rasa masakan antara lain sebagai anti oksidan dan antibiotik alami yang sangat bermanfaat bagi tubuh.
Bawang merupakan tanaman umbian yang digunakan hampir disetiap masakan di Indonesia. Dikenal memiliki kegunaan selain menambah kenikmatan cita rasa masakan antara lain sebagai anti oksidan dan antibiotik alami yang sangat bermanfaat bagi tubuh.
Spoiler for TS mempersilahkan:
Agan Silahkan di repost, Copas, dsb. Demi membantu menyuarakan jeritan rakyat
0
2K
Kutip
23
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan