- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Ketika Setan Menganggur [a Short Story]


TS
JalalSufi
Ketika Setan Menganggur [a Short Story]
Quote:
A short wise story
Spoiler for no-repost:
![Ketika Setan Menganggur [a Short Story]](https://s.kaskus.id/images/2013/03/11/1162388_20130311013427.jpg)
Sebelumnya, tiada
ataupun
diantara kita,
ini merupakan sebagai bahan renungan, dan selingan bagi agan-agan
Yang berkenan memberi
semoga ditambahkan rezekinya dan dilancarkan segala urusannya.. 


ini merupakan sebagai bahan renungan, dan selingan bagi agan-agan
Yang berkenan memberi


Spoiler for rejeki:
Semoga bertambah gan rejekinya! 

![Ketika Setan Menganggur [a Short Story]](https://s.kaskus.id/images/2013/03/11/1162388_20130311063415.jpg)
Ketika Setan Menganggur
Spoiler for Story::
Iblis, maharaja setan dan penguasa kegelapan itu, duduk dengan masygul di singgasananya yang megah dan berukuran raksasa. Ia bertopang dagu dengan tangan kirinya, bersandar di singgasana yang terbuat dari permata bening yang dihiasi dengan manik-manik intan berwarna-wani. Tiap-tiap warnanya bersinar tajam, tapi dingin, memancar ke depan. Di atas singgasananya adalah kubah biru langit yang berasap merah. Di tengahnya terdapat bola sebesar matahari, dan sorot cahanya mengelilingi singgasana. Di bawahnya adalah air yang bening seperti kristal yang mengalir tiada henti. Air itu berasap, tapi bukan karena mendidih. Singgasana Iblis melayang di atasnya. Sementara itu tangan kanannya memegang tongkat kekaisarannya yang terbuat dari batu zafir. Sudah ratusan tahun sang raja duduk diam saja; matanya kosong dan mukanya beku. Rambutnya yang panjang terurai sedang disisiri oleh dayang-dayangnya. Tampak kelam kulit sang maharaja, menandakan hatinya sedang gelisah. Semua yang hadir diam. Suasana istana itu demikian sunyi, tak satupun berani mengangkat suara. Para patih dan punggawa kerajaan duduk bersimpuh di balairung istana yang seluas bumi itu, menunggu kebisuan ini cair. Sementara itu diluar istana, para setan yang bukan dari golongan bangsawan istana duduk menganggur saja di jalan-jalan; berbaring di rumahnya, atau tertidur di kamar masing-masing membekap pasangan mereka; ada yang bercinta; tapi ada juga yang tak peduli pada situasi, keluyuran kesana kemari bersiul-siul. Satu hal yang jelas, semuanya tidak bekerja, menganggur! Penantian lama itu akhirnya berakhir sudah. Tiba-tiba maharaja Iblis bergumam, pelan, tapi terdengar sampai ke seluruh pelosok balairung yang seluas bumi itu.
![Ketika Setan Menganggur [a Short Story]](https://dl.kaskus.id/afifahamatullah.files.wordpress.com/2011/03/derita-iblis.jpg)
“Kita harus berbuat sesuatu..”
“Apa itu paduka mulia? Haruskah kita mendemo Tuhan yang, menurut hemat hamba, membuat keadaan jadi begini?” tanya setan panglima.
![Ketika Setan Menganggur [a Short Story]](https://s.kaskus.id/images/2013/03/11/1162388_20130311020421.jpg)
“Kita tak akan mendemo Tuhan. Aku tahu betul sifat-sifat-Nya; dan lagipula aku masih mencintai-Nya. Dulu aku menginginkan penyatuan dengan-Nya, tapi Dia menginginkan perpisahan. Dia tugaskan aku untuk menyesatkan manusia. Jadi demikianlah tugas kita. Kejahatan adalah sumber rezeki kita yang dianugerahkan Tuhan kepada kita hingga kita makmur begini. Jadi Tuhan tak keliru dalam persoalan kita sekarang ini.”
“Lalu bagaimana?” tanya seorang petinggi istana. Tapi mendadak maharaja diam. Maka para punggawa dan pembesar istana iblis itu pun terpaksa menyimpan rasa penasaran mereka kembali. Setelah sewindu diam merenung, maharaja mulai berbicara lagi:
“Kalian tahu, kerajaan kita semakin miskin dan diambang keterpurukan. Lapangan kerja kita diserobot orang. Mereka yang seharusnya menjadi obyek kerja kita kini mengambil alih tugas-tugas kita. Lihatlah di luar, banyak rakyat kita tak punya kegiatan lagi.”
Memang demikianlah keadaannya. Semakin tua usia bumi semakin susut lapangan kerja buat para setan. Para manusia sudah pintar mengerjakan tugas-tugas setan, sehingga tak perlu lagi mereka dihasut-hasut atau digoda dan disesatkan. Manusia sudah otonom dan canggih dalam mengerjakan pekerjaan setan. Kini hanya setan-setan ahli saja yang masih mampu bekerja di era persaingan yang semakin ketat. Persaingan kerja? Ya, dikalangan setan sudah lama muncul persaingan mendapatkan pekerjaan karena semakin terbatasnya lapangan kerja. Jumlah manusia baik-baik yang dipanggil oleh Tuhan semakin banyak, sementara manusia baik-baik penggantinya semakin sedikit. Jadi di sini berlaku juga hukum ekonomi. Terlalu banyak pasokan tenaga kerja, tapi lapangan kerja susut. Maka terjadilah seleksi. Para setan yang lulus tes seleksi penempatan sajalah yang mendapatkan tugas. Tim penyeleksi ini adalah Komite Seleksi Penempatan Setan yang dipimpin oleh wakil maharaja Iblis, yang tak lain adalah anaknya yang pertama.
“Maka dari itu,” Maharaja meneruskan bicaranya, “kita harus berbuat sesuatu terhadap manusia ini, sesuatu yang radikal!” Dan balairung itu kini tiba-tiba seperti menjadi sarang tawon. Semuanya saling berbicara satu sama lain menanggapi ucapan maharaja ini. Terjadi beberapa debat kusir di antara mereka sendiri. Lalu tampillah tokoh setan yang dihormati. Namanya Azazil, anak maharaja, meski sesungguhnya ini adalah nama lain dari maharaja. Tetapi maharaja iblis berkenan memberikan namanya untuk dipakai anaknya lantaran ia terkenal karena keluasan wawasan dan pandangan dan kecerdasannya. Dia berdiri lalu menepukkan kedua tangannya, memberi isyarat agar para hadirin diam. Suara tepukannya bergema hingga ke seantero kerajaan Iblis yang seluas bumi itu. Pelan-pelan dengungan suara itu buyar lalu hening sama sekali. Angin dingin pun berhembus ketika dia berjalan ke depan maharaja.
Setelah memberi hormat, ia membalikkan badannya, menghadap para hadirin, juga memberi salam. Lalu kembali membalikkan badannya menghadap baginda Iblis.
“Yang mulia. Kita menghadapi keadaan genting. Diperlukan rencana masak-masak sebelum bertindak. Bertindak itu mudah, tapi bukan itu tujuannya. Tujuan kita adalah mendapatkan hak kita kembali, hak untuk menanamkan inisiatif atau memprovokasi kejahatan. Dan pekerjaan kita itu kini sudah tak dibutuhkan lagi oleh manusia. Mereka sudah kreatif dan inovatif; tak perlu lagi bisikan jahat kita. Pertanyaannya adalah kenapa bisa jadi begini?” Terdengar gumaman beberapa setan, lalu sepi lagi.
“Teruskan,” kata maharaja, dingin.
“Ini adalah kesalahan kita sendiri…” katanya pelan tapi tegas dengan memberi tekanan pada suku katanya satu per satu. Kembali balairung yang seluas bumi itu ribut. Maharaja mengangkat tangannya, dan para hadirin pun kembali tenang.
“Tolong jelaskan,” titah maharaja.
“Jadi saya ulangi, ini adalah kesalahan kita. Kita terlalu bernafsu untuk menyesatkan cucu Adam, agar mereka menemani kita di kerak neraka Jahanam. Sejak anak-anak Adam lahir dari rahim ibunya, kita meletakkan telur-telur kita di hati mereka. Dan anak-anak kita tumbuh dewasa bersama orang yang dia tempati. Kita didik anak-anak kita soal kejahatan dan cara-cara menyesatkan manusia melalui teknologi kita, yang kini dibajak manusia. Tapi kita lupa memperhitungkan efeknya. Teknologi ini mudah disadap. Ajaran-ajaran kita ternyata disadap oleh orang-orang jahat didikan kita terdahulu. Lalu mereka menuliskannya menjadi isme-isme atau ideologi mereka sendiri. Akibatnya apa? Ajaran kita tak lagi istimewa karena tak ada lagi misteri di sana. Coba maharaja bandingkan dengan ajaran kitab-kitab suci yang ada. Semuanya mengandung misteri sehingga manusia terus-menerus mencari mutiara kandungannya dan patuh kepadanya namun tetap tak berhasil menguasai kandungan ajarannya secara total. Tapi ajaran kejahatan kita sudah mereka kuasai substansi dan intinya. Kita terlalu vulgar dalam menyampaikan ajaran kita. Akibatnya mereka bisa mengembangkan sendiri bentuk-bentuk kejahatan atas dasar prinsip itu. Mereka ternyata lebih kreatif ketimbang kita.”
![Ketika Setan Menganggur [a Short Story]](https://dl.kaskus.id/2.bp.blogspot.com/-CHZ9y9zek0I/TZskOqUIobI/AAAAAAAAAMw/q6BtFfD4uFY/s1600/Angel+Vs+Demon.jpg)
“Interupsi Yang Mulia!” teriak salah satu pejabat setan, yang telinganya sebesar gunung.
“Silahkan”
“Saya kira kesalahan kita tak separah yang dikatakan tuan Azazil. Saya tak sepakat bahwa anak-anak Adam lebih kreatif daripada kita. Bagaimanapun juga kitalah yang mengajari mereka kejahatan. Kitalah yang pertama kali mengajari Habil dan Qabil membunuh. Jadi golongan setan jauh lebih unggul daripada manusia. Maka soal kreativitas kita tak kalah karena kita adalah, katakanlah, pihak penemu. Jadi…” Tapi belum sempat dia melanjutkan, ada setan lain, berkepala gundul, menyela: “Ah, kau itu hanya mengulang-ulang retorika lama! Tuan Azazil betul. Buktinya, kita bahkan terkejut melihat cara manusia berbuat kejahatan. Teknik kejahatan mereka tak pernah kita bayangkan!”
![Ketika Setan Menganggur [a Short Story]](https://dl.kaskus.id/afifahamatullah.files.wordpress.com/2011/03/derita-iblis.jpg)
“Kita harus berbuat sesuatu..”
“Apa itu paduka mulia? Haruskah kita mendemo Tuhan yang, menurut hemat hamba, membuat keadaan jadi begini?” tanya setan panglima.
![Ketika Setan Menganggur [a Short Story]](https://s.kaskus.id/images/2013/03/11/1162388_20130311020421.jpg)
“Kita tak akan mendemo Tuhan. Aku tahu betul sifat-sifat-Nya; dan lagipula aku masih mencintai-Nya. Dulu aku menginginkan penyatuan dengan-Nya, tapi Dia menginginkan perpisahan. Dia tugaskan aku untuk menyesatkan manusia. Jadi demikianlah tugas kita. Kejahatan adalah sumber rezeki kita yang dianugerahkan Tuhan kepada kita hingga kita makmur begini. Jadi Tuhan tak keliru dalam persoalan kita sekarang ini.”
“Lalu bagaimana?” tanya seorang petinggi istana. Tapi mendadak maharaja diam. Maka para punggawa dan pembesar istana iblis itu pun terpaksa menyimpan rasa penasaran mereka kembali. Setelah sewindu diam merenung, maharaja mulai berbicara lagi:
“Kalian tahu, kerajaan kita semakin miskin dan diambang keterpurukan. Lapangan kerja kita diserobot orang. Mereka yang seharusnya menjadi obyek kerja kita kini mengambil alih tugas-tugas kita. Lihatlah di luar, banyak rakyat kita tak punya kegiatan lagi.”
Memang demikianlah keadaannya. Semakin tua usia bumi semakin susut lapangan kerja buat para setan. Para manusia sudah pintar mengerjakan tugas-tugas setan, sehingga tak perlu lagi mereka dihasut-hasut atau digoda dan disesatkan. Manusia sudah otonom dan canggih dalam mengerjakan pekerjaan setan. Kini hanya setan-setan ahli saja yang masih mampu bekerja di era persaingan yang semakin ketat. Persaingan kerja? Ya, dikalangan setan sudah lama muncul persaingan mendapatkan pekerjaan karena semakin terbatasnya lapangan kerja. Jumlah manusia baik-baik yang dipanggil oleh Tuhan semakin banyak, sementara manusia baik-baik penggantinya semakin sedikit. Jadi di sini berlaku juga hukum ekonomi. Terlalu banyak pasokan tenaga kerja, tapi lapangan kerja susut. Maka terjadilah seleksi. Para setan yang lulus tes seleksi penempatan sajalah yang mendapatkan tugas. Tim penyeleksi ini adalah Komite Seleksi Penempatan Setan yang dipimpin oleh wakil maharaja Iblis, yang tak lain adalah anaknya yang pertama.
“Maka dari itu,” Maharaja meneruskan bicaranya, “kita harus berbuat sesuatu terhadap manusia ini, sesuatu yang radikal!” Dan balairung itu kini tiba-tiba seperti menjadi sarang tawon. Semuanya saling berbicara satu sama lain menanggapi ucapan maharaja ini. Terjadi beberapa debat kusir di antara mereka sendiri. Lalu tampillah tokoh setan yang dihormati. Namanya Azazil, anak maharaja, meski sesungguhnya ini adalah nama lain dari maharaja. Tetapi maharaja iblis berkenan memberikan namanya untuk dipakai anaknya lantaran ia terkenal karena keluasan wawasan dan pandangan dan kecerdasannya. Dia berdiri lalu menepukkan kedua tangannya, memberi isyarat agar para hadirin diam. Suara tepukannya bergema hingga ke seantero kerajaan Iblis yang seluas bumi itu. Pelan-pelan dengungan suara itu buyar lalu hening sama sekali. Angin dingin pun berhembus ketika dia berjalan ke depan maharaja.
Setelah memberi hormat, ia membalikkan badannya, menghadap para hadirin, juga memberi salam. Lalu kembali membalikkan badannya menghadap baginda Iblis.
“Yang mulia. Kita menghadapi keadaan genting. Diperlukan rencana masak-masak sebelum bertindak. Bertindak itu mudah, tapi bukan itu tujuannya. Tujuan kita adalah mendapatkan hak kita kembali, hak untuk menanamkan inisiatif atau memprovokasi kejahatan. Dan pekerjaan kita itu kini sudah tak dibutuhkan lagi oleh manusia. Mereka sudah kreatif dan inovatif; tak perlu lagi bisikan jahat kita. Pertanyaannya adalah kenapa bisa jadi begini?” Terdengar gumaman beberapa setan, lalu sepi lagi.
“Teruskan,” kata maharaja, dingin.
“Ini adalah kesalahan kita sendiri…” katanya pelan tapi tegas dengan memberi tekanan pada suku katanya satu per satu. Kembali balairung yang seluas bumi itu ribut. Maharaja mengangkat tangannya, dan para hadirin pun kembali tenang.
“Tolong jelaskan,” titah maharaja.
“Jadi saya ulangi, ini adalah kesalahan kita. Kita terlalu bernafsu untuk menyesatkan cucu Adam, agar mereka menemani kita di kerak neraka Jahanam. Sejak anak-anak Adam lahir dari rahim ibunya, kita meletakkan telur-telur kita di hati mereka. Dan anak-anak kita tumbuh dewasa bersama orang yang dia tempati. Kita didik anak-anak kita soal kejahatan dan cara-cara menyesatkan manusia melalui teknologi kita, yang kini dibajak manusia. Tapi kita lupa memperhitungkan efeknya. Teknologi ini mudah disadap. Ajaran-ajaran kita ternyata disadap oleh orang-orang jahat didikan kita terdahulu. Lalu mereka menuliskannya menjadi isme-isme atau ideologi mereka sendiri. Akibatnya apa? Ajaran kita tak lagi istimewa karena tak ada lagi misteri di sana. Coba maharaja bandingkan dengan ajaran kitab-kitab suci yang ada. Semuanya mengandung misteri sehingga manusia terus-menerus mencari mutiara kandungannya dan patuh kepadanya namun tetap tak berhasil menguasai kandungan ajarannya secara total. Tapi ajaran kejahatan kita sudah mereka kuasai substansi dan intinya. Kita terlalu vulgar dalam menyampaikan ajaran kita. Akibatnya mereka bisa mengembangkan sendiri bentuk-bentuk kejahatan atas dasar prinsip itu. Mereka ternyata lebih kreatif ketimbang kita.”
![Ketika Setan Menganggur [a Short Story]](https://dl.kaskus.id/2.bp.blogspot.com/-CHZ9y9zek0I/TZskOqUIobI/AAAAAAAAAMw/q6BtFfD4uFY/s1600/Angel+Vs+Demon.jpg)
“Interupsi Yang Mulia!” teriak salah satu pejabat setan, yang telinganya sebesar gunung.
“Silahkan”
“Saya kira kesalahan kita tak separah yang dikatakan tuan Azazil. Saya tak sepakat bahwa anak-anak Adam lebih kreatif daripada kita. Bagaimanapun juga kitalah yang mengajari mereka kejahatan. Kitalah yang pertama kali mengajari Habil dan Qabil membunuh. Jadi golongan setan jauh lebih unggul daripada manusia. Maka soal kreativitas kita tak kalah karena kita adalah, katakanlah, pihak penemu. Jadi…” Tapi belum sempat dia melanjutkan, ada setan lain, berkepala gundul, menyela: “Ah, kau itu hanya mengulang-ulang retorika lama! Tuan Azazil betul. Buktinya, kita bahkan terkejut melihat cara manusia berbuat kejahatan. Teknik kejahatan mereka tak pernah kita bayangkan!”
Dilanjut dibawah gan..

Diubah oleh JalalSufi 30-09-2013 01:14
0
7.7K
Kutip
85
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan