Kayaknya kan kaskuser kebanyakan anak muda, atau pun kalau ada yg udah berumur tapi jiwanya masih muda, setuju?
Sebagai anak muda agan masih merasakan gak sih peran negara? terus kalaupun tidak lantas apa yang telah agan perbuat untuk negara tercinta ini?
BUDAYA ANAK MUDA TANPA NEGARA
......
Bicara soal clothing atau distro, mau tak mau kita memang harus menyebut Bandung. Karena kreativitas anak muda ini memang bermula di Kota Kembang. Sejak 1996, Bandung sudah memulainya. Meskipun, seiring usia dan kemapanan para pengelolanya, tak semua distro itu berumur panjang. Walaupun, ada juga yang konsisten sampai kini. Salah satunya, Airplane System, yang berdiri sejak 1998. Selama ini mereka pun konsisten dengan pola penjualan dan distribusinya: Berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat lainnya demi menghampiri calon pembeli.
Ketika itu, pertengahan 1990-an, orang lagi ramai-ramainya menggandrungi merek luar negeri: Billabong, Roxy, Ripcurl, Oakley, dan lain sebagainya, anak-anak muda itu berpikir, kenapa tak membuat merek lokal yang kualitasnya tak kalah bagus dengan merek luar? Maka, setelah Airplane dan kawan-kawan, puluhan distro pun menjamur di kota Bandung. Tak jarang, mereka pun menjual produk-produk nonclothing, yang sekilas tampak ganjil, mengingat Bandung nun jauh dari laut: Peralatan olahraga surfing.
Dan di Jakarta, pemuda yang terjun ke dunia distro adalah Martin beserta adik-adiknya. Mereka mendirikan Bloops, 2003, di Tebet Utara. “Dulu pernah ada distro pertama di daerah Blok M, sekitar tahun 2000an, tapi sekarang sudah tidak ada,” kata Martin. Kala itu, 2003, daerah Tebet hanya diwarnai dengan sekolah, tempat les, dan salon. Martin pun berpikir, mengapa tidak ada distro? Toh, bagi anak-anak Jakarta, Tebet dikenal sebagai kawasan trend setter. Maka, demi mewujudkan impiannya menjadi entrepreneur di usia dini, ia pun mendirikan Bloops di kawasan itu.
.....
Alih-alih menadahkan tangan kepada pemerintah, pusat maupun daerah, Bondan dan kawan-kawan memilih memajang proposalnya di situs ciptamedia, sebuah situs yang mengimbau peran serta publik dalam beragam kegiatan yang bertujuan mempermudah akses masyarakat terhadap media
. “Kami tidak antipemerintah,”kata Arif Yudi, aktivis Jatiwangi Art Factory, komunitas yang tekun menyelenggarakan berbagai aktivitas seni budaya di Jatiwangi, Jawa Barat.
Hanya, menurut Arif, sebagaimana DPR, pemerintah masih sibuk dengan urusannya sendiri.
“Boro-boro memikirkan hal-hal yang berkaitan langsung dengan kebudayaan atau peradaban, termasuk mengentaskan kreativitas anak-anak muda. Menertibkan korupsi di lingkungannya pun mereka belum sanggup,” kata Arif, mencoba arif. Sehingga, kalaupun bukan dari donatur asing, ia dan kawan-kawannya kerap merogoh kocek masing-masing demi mewujudkan sebuah kegiatan.
Padahal, kata Arif lagi, aktivitas yang dilakukan anak-anak muda, itu tak semata kegiatan membuang uang. Tapi, juga memberikan dampak ekonomi langsung kepada masyarakat. “Saya belum tahu persis, berapa persen PAD yang kami sumbangkan lewat kegiatan-kegiatan yang kami lakukan,” kata Arif. Tapi, setidaknya, setiap kali mereka bikin kegiatan, para pemuda setempat dapat penghasilan tambahan dari uang parkir atau ongkos ojeg. Para pedagang pun mendapatkan lebih banyak pembeli.
“Bisa dibayangkan bagaimana dampak ekonomi yang dilakukan Gustaff dan kawan-kawan di Bandung, yang skala-nya seringkali lebih besar dan lebih luas. Belum lagi, kegiatan-kegiatan yang memiliki wajah ekonomi seperti distro dan bisnis clothing itu,” kata Arif.
Sumber
Baca artikel ini ane jadi kepoo, ada gak sih peran negara buat anak muda? Mereka sibuk korupsi terusss...