- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Monggo masuk >> Beberapa Kisah Motivasi dan penuh Inspirasi . . .


TS
lycan999
Monggo masuk >> Beberapa Kisah Motivasi dan penuh Inspirasi . . .
sebelumnya maaf nih gan kalo 
tapi mudah2an ga deh . . . mungkin cuma temanya aja yang sama. tapi isinya ane jamin beda koq.
kalo agan suka boleh donk dilempar
yang blm iso jg boleh
asal ga dilempar 
tiap hari selalu ada kisah baru yang banyak memberi motivasi dan kaskuser yang baik selalu memberikan komeng dan rate
Goresan mobil
Tersebutlah seorang pengusaha muda dan kaya. Ia baru saja membeli mobil mewah, sebuah jaguar yang mengkilap.
Kini, sang pengusaha sedang menikmati perjalanannya dengan mobil itu. Dengan kecepatan penuh, dipacunya kendaraan itu mengelilingi jalanan sekitarnya dengan penuh rasa bangga dan prestise.
Di pinggir jalan, tampak seorang anak yang sedang bermain sambil melempar sesuatu. Namun, karena jalannya terlalu kencang, tak perlu diperhatikannya anak itu.
Tiba tiba, seorang anak kecil melintas dari arah mobil-mobil yang parkir di jalanan. Tetapi, yang tampak melintas itu bukanlah seorang anak.
"Buk...!" Aah..., ternyata, ada sebuah batu seukuran kepalan tangan yang terlempar dan menimpa Jaguar itu.
Sisi pintu mobil itu pun koyak, tergores batu yang dilemparkan seseorang.
"Ciiittt..." Diinjaknya rem mobil kuat-kuat. Dengan geram, dimundurkannya mobil itu menuju asal lemparan batu itu.
Jaguar yang tergores bukanlah perkara sepele. Apalagi kecelakaan itu dilakukan oleh orang lain, begitu pikir sang pengusaha dalam hati. Amarahnya memuncak. Dia pun keluar dari mobil dengan tergesa-gesa. Dia tariknya anak yang diketahuinya telah melemparkan batu ke mobilnya, dan didorongnya anak itu ke sebuah mobil yang sedang diparkir.
"Apa yang telah kau lakukan!? Lihat perbuatanmu pada mobil kesayanganku!! Lihat goresan itu!" Teriaknya sambil menunjuk goresan di sisi pintu.
"Kamu tentu paham, dibutuhkan banyak ongkos untuk memperbaikinya." Ujarnya lagi dengan kesal dan geram, seperti ingin memukul anak itu.
Si anak menggigil ketakutan dan wajahnya pucat. Dia berusaha minta maaf. "Maaf pak, maaf. Saya benar-benanr minta maaf. Sebab, saya tidak tahu lagi harus melakukan apa." Air mukanya menunjukkan rasa ngeri dan tangannya menyembah-nyembah memohon ampun.
"Maaf pak, aku melemparkan batu itu karena tak ada seseorang pun yang mau berhenti...."
Dengan air mata yang mulai membasahi pipi dan wajahnya, anak itu menunjukkan ke suatu arah di dekat mobil-mobil yang sedang diparkir.
"Di sana kakakku yang lumpuh. Dia tergelincir dan terjatuh dari kursi roda. Aku tak kuat menggendongnya, dia terlalu berat, tapi tak seorang pun bersedia menolong. Aku tak mampu menopang badannya, dan sekarang dia sedang kesakitan." Kini, ia mulai terisak.
Dipandanginya pengusaha tadi. Matanya berharap pada wajah yang mulai tercenung itu. "Maukah bapak membantuku mendudukkannya di atas kursi roda? Tolonglah, kakakku terluka, tapi aku tak sanggup mengangkatnya."
Tak mampu berkata-kata lagi, pengusaha muda itu hanya terdiam. Amarahnya mulai sedikit reda setelah dia melihat seorang anak lelaki yang tergeletak di tanah sedang mengerang kesakitan. Kerongkongannya tercekat. Ia hanya mampu menelan ludah. Segera ia berjalan menuju anak tersebut, lalu diangkatnya si cacat itu ke atas kursi rodanya. Kemudian, diambilnya sapu tangan mahal miliknya untuk mengusap luka di lutut yang memar dan tergores seperti salah satu sisi pintu Jaguar kesayangannya.
Setelah beberapa saat, kedua anak itu pun berterima kasih dan mengatakan bahwa mereka akan baik-baik saja. "Terima kasih, semogaa Tuhan membalas perbuatan bapak."
Keduanya berjalan beriringan, meninggalkan pengusaha yang masih menatap nanar kepergian mereka. Matanya terus mengikuti langkah si anak yang mendorong kursi roda itu, melintasi sisi jalan menuju rumah mereka.
Berbalik arah, pengusaha tadi berjalan sangat perlahan menuju Jaguar memilikinya. Ditelusurinya pintu Jaguar barunya yang telah tergores oleh lemparan batu tersebut sambil merenungkan kejadian yang baru saja dialaminya.
Kerusakan itu bisa jadi bukanlah hal sepele, tapi pengalaman tersebut mampu menghentak perasaannya.
Akhirnya, ia memilih untuk tak menghapus goresan itu. Ia memilih untuk membiarkan goresan itu agar tetap ingat akan hikmah dari pengalamannya tersebut. Ia ingin agar tetap terlihat nyata sebuah pesan : "Janganlah dalam hidupmu kamu terlalu cepat. Karena seseorang akan melemparkan batu untuk menarik perhatianmu."
Renungan :
Sama halnya dengan kendaraan, hidup kita akan selalu berputar dan dipacu untuk tetap berjalan. Pada setiap sisinya, hidup juga akan melintasi berbagai macam hal dan kenyataan.
Namun, adakah kita memacu hidup kita dengan cepat sehingga tak pernah ada masa bagi kita untuk menyelaraskannya agar bisa melihat sekitar kita?
Tuhan akan selalui berbisik dalam jiwa dan berkata melalui kalbu meski kita kadang tak punya waktu untuk mendengar, menyimak, dan menyadari setiap ujaranNya.
Kita terkadang memang terlalu sibuk dengan bermaca urusan dan memacu hidup dengan penuh nafsu hingga terlupa pada banyak hal yang melintas. Untuk itulah, diperlukan "lemparan batu" agar kita mau dan bisa berhenti sejenak. Semuanya terserah pada kita. Akankah kita mendengar bisikan dan kata-kataNya atau hanya menunggu hingga ada yang melemparkan batu-batu itu ke arah kita.
Rencana Tuhan Pasti Indah
Saat itu aku masih kecil, ibuku sedang menyulam pada sehelai kain. Aku yang sedang bermain di lantai melihat ke atas menanyakan apa yang ia lakukan. Jawabnya, ia sedang menyulam sesuatu di atas sehelai kain. Aku memberitahu kepadanya bahwa yang kulihat dari bawah adalah benang kusut.
Dengan tersenyum, ibu memandangiku dan berkata dengan lembut, "Anakku, lanjutkanlah permainanmu sementara ibu menyelesaikan sulaman ini. Setelah selesai, kamu akan kupanggil. Duduklah di atas pangkuan ibu dan kamu dapat melihat sulaman ini dari atas."
Aku heran mengapa ibu menggunakan benang hitam dan putih, begitu semrawut menurut pandanganku. Beberapa saat kemudian, aku mendengar suara ibu memanggil, "Anakku mari kesini dan duduklah di pangkuan ibu."
Saat duduk dipangkuan ibu, aku merasa heran dan kagum karena melihat bunga-bunga yang indah dengan latar belakang matahari yang sedang terbit, sungguh indah sekali. Aku hampir tidak percaya melihatnya karena yang kulihat dari bawah hanyalah benang-benang kusut.
Ibu kemudian berkata, "Anakku, sulaman ini memang terlihat kusut dan kacau dari bawah, tetapi engkau tidak menyadari bahwa di atas kain ini sudah ada gambar yang direncanakan, sebuah pola, ibu hanya mengikutinya. Sekarang, setelah melihatnya dari atas, kamu dapat melihat keindahan dari apa yang sudah ibu lakukan."
Selama bertahun tahun, aku sering melihat keatas dan bertanya kepada Tuhan.
"Tuhan, apa yang Engkau lakukan?"
Ia menjawab, "Aku sedang menyulam kehidupanmu."
Namun, aku membantahnya, "Tetapi hidupku ini tampaknya ruwet, benang benangnya banyak yang hitam, mengapa tidak semuanya memakai warna yang cerah?"
Kemudian, Tuhan menjawab, "Hambaku, kamu teruskan pekerjaanmu dan Aku juga menyelesaikian pekerjaanKu di bumi. Satu saat nanti, Aku akan memanggilmu ke surga, mendudukanmu di pangkuanKu, dan kamu akan melihat rencanaKu yang indah untukmu."
Renungan :
Ditangan Tuhan, kita bagaikan sebongkah tanah liat yang belum terbentuk. Melalui sentuhan tangan Tuhanlah, kita menjadi sesuatu yang indah. Kita bisa saja dibentuk menjadi bejana, gelas, jambangan bunga, atau benda apa saja yang berguna. Hanya saja, kita tidak pernah tahu rencana Tuhan atas diri kita. Kita dibentuk melalui proses dan pengalaman yang kadang indah, tetapi kadang juga menyakitkan. Namun dengan cara itulah, karakter kita terbentuk dan hidup kita akan bermakna pada akhirnya.

tapi mudah2an ga deh . . . mungkin cuma temanya aja yang sama. tapi isinya ane jamin beda koq.
kalo agan suka boleh donk dilempar

yang blm iso jg boleh


tiap hari selalu ada kisah baru yang banyak memberi motivasi dan kaskuser yang baik selalu memberikan komeng dan rate

Spoiler for Goresan Mobil:
Goresan mobil
Tersebutlah seorang pengusaha muda dan kaya. Ia baru saja membeli mobil mewah, sebuah jaguar yang mengkilap.
Kini, sang pengusaha sedang menikmati perjalanannya dengan mobil itu. Dengan kecepatan penuh, dipacunya kendaraan itu mengelilingi jalanan sekitarnya dengan penuh rasa bangga dan prestise.
Di pinggir jalan, tampak seorang anak yang sedang bermain sambil melempar sesuatu. Namun, karena jalannya terlalu kencang, tak perlu diperhatikannya anak itu.
Tiba tiba, seorang anak kecil melintas dari arah mobil-mobil yang parkir di jalanan. Tetapi, yang tampak melintas itu bukanlah seorang anak.
"Buk...!" Aah..., ternyata, ada sebuah batu seukuran kepalan tangan yang terlempar dan menimpa Jaguar itu.
Sisi pintu mobil itu pun koyak, tergores batu yang dilemparkan seseorang.
"Ciiittt..." Diinjaknya rem mobil kuat-kuat. Dengan geram, dimundurkannya mobil itu menuju asal lemparan batu itu.
Jaguar yang tergores bukanlah perkara sepele. Apalagi kecelakaan itu dilakukan oleh orang lain, begitu pikir sang pengusaha dalam hati. Amarahnya memuncak. Dia pun keluar dari mobil dengan tergesa-gesa. Dia tariknya anak yang diketahuinya telah melemparkan batu ke mobilnya, dan didorongnya anak itu ke sebuah mobil yang sedang diparkir.
"Apa yang telah kau lakukan!? Lihat perbuatanmu pada mobil kesayanganku!! Lihat goresan itu!" Teriaknya sambil menunjuk goresan di sisi pintu.
"Kamu tentu paham, dibutuhkan banyak ongkos untuk memperbaikinya." Ujarnya lagi dengan kesal dan geram, seperti ingin memukul anak itu.
Si anak menggigil ketakutan dan wajahnya pucat. Dia berusaha minta maaf. "Maaf pak, maaf. Saya benar-benanr minta maaf. Sebab, saya tidak tahu lagi harus melakukan apa." Air mukanya menunjukkan rasa ngeri dan tangannya menyembah-nyembah memohon ampun.
"Maaf pak, aku melemparkan batu itu karena tak ada seseorang pun yang mau berhenti...."
Dengan air mata yang mulai membasahi pipi dan wajahnya, anak itu menunjukkan ke suatu arah di dekat mobil-mobil yang sedang diparkir.
"Di sana kakakku yang lumpuh. Dia tergelincir dan terjatuh dari kursi roda. Aku tak kuat menggendongnya, dia terlalu berat, tapi tak seorang pun bersedia menolong. Aku tak mampu menopang badannya, dan sekarang dia sedang kesakitan." Kini, ia mulai terisak.
Dipandanginya pengusaha tadi. Matanya berharap pada wajah yang mulai tercenung itu. "Maukah bapak membantuku mendudukkannya di atas kursi roda? Tolonglah, kakakku terluka, tapi aku tak sanggup mengangkatnya."
Tak mampu berkata-kata lagi, pengusaha muda itu hanya terdiam. Amarahnya mulai sedikit reda setelah dia melihat seorang anak lelaki yang tergeletak di tanah sedang mengerang kesakitan. Kerongkongannya tercekat. Ia hanya mampu menelan ludah. Segera ia berjalan menuju anak tersebut, lalu diangkatnya si cacat itu ke atas kursi rodanya. Kemudian, diambilnya sapu tangan mahal miliknya untuk mengusap luka di lutut yang memar dan tergores seperti salah satu sisi pintu Jaguar kesayangannya.
Setelah beberapa saat, kedua anak itu pun berterima kasih dan mengatakan bahwa mereka akan baik-baik saja. "Terima kasih, semogaa Tuhan membalas perbuatan bapak."
Keduanya berjalan beriringan, meninggalkan pengusaha yang masih menatap nanar kepergian mereka. Matanya terus mengikuti langkah si anak yang mendorong kursi roda itu, melintasi sisi jalan menuju rumah mereka.
Berbalik arah, pengusaha tadi berjalan sangat perlahan menuju Jaguar memilikinya. Ditelusurinya pintu Jaguar barunya yang telah tergores oleh lemparan batu tersebut sambil merenungkan kejadian yang baru saja dialaminya.
Kerusakan itu bisa jadi bukanlah hal sepele, tapi pengalaman tersebut mampu menghentak perasaannya.
Akhirnya, ia memilih untuk tak menghapus goresan itu. Ia memilih untuk membiarkan goresan itu agar tetap ingat akan hikmah dari pengalamannya tersebut. Ia ingin agar tetap terlihat nyata sebuah pesan : "Janganlah dalam hidupmu kamu terlalu cepat. Karena seseorang akan melemparkan batu untuk menarik perhatianmu."
Renungan :
Sama halnya dengan kendaraan, hidup kita akan selalu berputar dan dipacu untuk tetap berjalan. Pada setiap sisinya, hidup juga akan melintasi berbagai macam hal dan kenyataan.
Namun, adakah kita memacu hidup kita dengan cepat sehingga tak pernah ada masa bagi kita untuk menyelaraskannya agar bisa melihat sekitar kita?
Tuhan akan selalui berbisik dalam jiwa dan berkata melalui kalbu meski kita kadang tak punya waktu untuk mendengar, menyimak, dan menyadari setiap ujaranNya.
Kita terkadang memang terlalu sibuk dengan bermaca urusan dan memacu hidup dengan penuh nafsu hingga terlupa pada banyak hal yang melintas. Untuk itulah, diperlukan "lemparan batu" agar kita mau dan bisa berhenti sejenak. Semuanya terserah pada kita. Akankah kita mendengar bisikan dan kata-kataNya atau hanya menunggu hingga ada yang melemparkan batu-batu itu ke arah kita.
Spoiler for Rencana Tuhan Pasti Indah:
Rencana Tuhan Pasti Indah
Saat itu aku masih kecil, ibuku sedang menyulam pada sehelai kain. Aku yang sedang bermain di lantai melihat ke atas menanyakan apa yang ia lakukan. Jawabnya, ia sedang menyulam sesuatu di atas sehelai kain. Aku memberitahu kepadanya bahwa yang kulihat dari bawah adalah benang kusut.
Dengan tersenyum, ibu memandangiku dan berkata dengan lembut, "Anakku, lanjutkanlah permainanmu sementara ibu menyelesaikan sulaman ini. Setelah selesai, kamu akan kupanggil. Duduklah di atas pangkuan ibu dan kamu dapat melihat sulaman ini dari atas."
Aku heran mengapa ibu menggunakan benang hitam dan putih, begitu semrawut menurut pandanganku. Beberapa saat kemudian, aku mendengar suara ibu memanggil, "Anakku mari kesini dan duduklah di pangkuan ibu."
Saat duduk dipangkuan ibu, aku merasa heran dan kagum karena melihat bunga-bunga yang indah dengan latar belakang matahari yang sedang terbit, sungguh indah sekali. Aku hampir tidak percaya melihatnya karena yang kulihat dari bawah hanyalah benang-benang kusut.
Ibu kemudian berkata, "Anakku, sulaman ini memang terlihat kusut dan kacau dari bawah, tetapi engkau tidak menyadari bahwa di atas kain ini sudah ada gambar yang direncanakan, sebuah pola, ibu hanya mengikutinya. Sekarang, setelah melihatnya dari atas, kamu dapat melihat keindahan dari apa yang sudah ibu lakukan."
Selama bertahun tahun, aku sering melihat keatas dan bertanya kepada Tuhan.
"Tuhan, apa yang Engkau lakukan?"
Ia menjawab, "Aku sedang menyulam kehidupanmu."
Namun, aku membantahnya, "Tetapi hidupku ini tampaknya ruwet, benang benangnya banyak yang hitam, mengapa tidak semuanya memakai warna yang cerah?"
Kemudian, Tuhan menjawab, "Hambaku, kamu teruskan pekerjaanmu dan Aku juga menyelesaikian pekerjaanKu di bumi. Satu saat nanti, Aku akan memanggilmu ke surga, mendudukanmu di pangkuanKu, dan kamu akan melihat rencanaKu yang indah untukmu."
Renungan :
Ditangan Tuhan, kita bagaikan sebongkah tanah liat yang belum terbentuk. Melalui sentuhan tangan Tuhanlah, kita menjadi sesuatu yang indah. Kita bisa saja dibentuk menjadi bejana, gelas, jambangan bunga, atau benda apa saja yang berguna. Hanya saja, kita tidak pernah tahu rencana Tuhan atas diri kita. Kita dibentuk melalui proses dan pengalaman yang kadang indah, tetapi kadang juga menyakitkan. Namun dengan cara itulah, karakter kita terbentuk dan hidup kita akan bermakna pada akhirnya.
Diubah oleh lycan999 07-03-2013 09:37
0
1.5K
Kutip
10
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan