- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Sang Penyelamat Terumbu Karang


TS
yoedz24
Sang Penyelamat Terumbu Karang
Quote:

Quote:
Karena tidak ingin kawasan Pantai Angsana kian rusak, ia dan sejumlah pemuda bergerak untuk memperbaiki terumbu karang di kawasan itu.
Quote:

EKO PRIO RAHARJO SHANDY
Quote:
Perasaan haru dan gembira menyelimuti hati Eko Prio Raharjo Shandy saat melihat kelompok Pemuda Sahabat Laut (PSL) yang dibinanya menerima penghargaan Pengabdi Lingkungan 2012 dari Komunitas Jurnalis Pena Hijau Indonesia, sebuah kelompok wartawan lingkungan di Kalimantan Selatan, beberapa waktu lalu.
“Kami sangat bersyukur dan benar-benar tidak menyangka jika kelompok kami terpilih menjadi salah satu penerima penghargaan pengabdi lingkungan,” tutur Eko sembari menunjukkan piala Pena Hijau Award yang diterimanya.
Penghargaan itu bentuk kebanggaan, dan memotivasi mereka untuk lebih bekerja keras menyelamatkan kawasan pantai dan terumbu karang. Upaya penyelamatan terumbu karang itu pun yang menjadi awal berdirinya PSL pada 2009.
Para nelayan di Desa Angsana, Kecamatan Angsana, Kabupaten Tanah Bumbu, Kalimantan Selatan, mengeluhkan menurunnya tangkapan ikan dan udang yang berkurang. Padahal mereka menggantungkan hidup dari hasil tangkapan itu.
Usut punya usut, penyebabnya ialah kerusakan kawasan terumbu karang. Hal itu akibat dari aktivitas pelabuhan, khususnya batu bara yang mencemari perairan dan merusak terumbu karang. Di wilayah itu, sedikitnya ada 14 gugusan karang yang berjarak 3-8 kilometer dari garis pantai. Ditambah lagi, maraknya aktivitas nelayan andon yang mencari kerang dan teripang di kawasan itu hingga merusak terumbu karang.
Puncaknya, sebagian besar nelayan banting setir mencari pekerjaan lain karena profesi itu sudah tidak mampu menopang kehidupan mereka.
“Dulu ada ratusan keluarga nelayan di desa kami. Kini hanya puluhan saja yang bertahan tetap menjadi nelayan,” tutur Eko.
“Kami sangat bersyukur dan benar-benar tidak menyangka jika kelompok kami terpilih menjadi salah satu penerima penghargaan pengabdi lingkungan,” tutur Eko sembari menunjukkan piala Pena Hijau Award yang diterimanya.
Penghargaan itu bentuk kebanggaan, dan memotivasi mereka untuk lebih bekerja keras menyelamatkan kawasan pantai dan terumbu karang. Upaya penyelamatan terumbu karang itu pun yang menjadi awal berdirinya PSL pada 2009.
Para nelayan di Desa Angsana, Kecamatan Angsana, Kabupaten Tanah Bumbu, Kalimantan Selatan, mengeluhkan menurunnya tangkapan ikan dan udang yang berkurang. Padahal mereka menggantungkan hidup dari hasil tangkapan itu.
Usut punya usut, penyebabnya ialah kerusakan kawasan terumbu karang. Hal itu akibat dari aktivitas pelabuhan, khususnya batu bara yang mencemari perairan dan merusak terumbu karang. Di wilayah itu, sedikitnya ada 14 gugusan karang yang berjarak 3-8 kilometer dari garis pantai. Ditambah lagi, maraknya aktivitas nelayan andon yang mencari kerang dan teripang di kawasan itu hingga merusak terumbu karang.
Puncaknya, sebagian besar nelayan banting setir mencari pekerjaan lain karena profesi itu sudah tidak mampu menopang kehidupan mereka.
“Dulu ada ratusan keluarga nelayan di desa kami. Kini hanya puluhan saja yang bertahan tetap menjadi nelayan,” tutur Eko.
Penyelamat
Quote:
Karena khawatir dengan kian suramnya masa depan para nelayan, Eko dan sejumlah pemuda Kampung Angsana membentuk kelompok penyelamat terumbu karang. Mereka melakukan upaya rehabilitasi kawasan terumbu karang dengan transplantasi (pencangkokan) dan membuat karang buatan dari semen.
Secara perlahan, usaha dengan biaya mandiri itu mulai menunjukkan titik terang. Ribuan karang buatan dan transplantasi ditebar di kawasan perairan itu. Termasuk, pembuatan apartemen ikan yang merupakan bantuan dari dinas perikanan dan kelautan.
“Saat ini ekosistem perairan di Angsana sudah mulai pulih. Ikan-ikan mulai banyak dan kawasan terumbu karang sangat cocok dikembangkan menjadi objek wisata bahari,” ujarnya.
Kini kawasan Pantai Angsana menjadi objek wisata lokal. Kelompok PSL menjadi pemandu wisata bahari dengan berbekalkan peralatan selam.
Secara perlahan, usaha dengan biaya mandiri itu mulai menunjukkan titik terang. Ribuan karang buatan dan transplantasi ditebar di kawasan perairan itu. Termasuk, pembuatan apartemen ikan yang merupakan bantuan dari dinas perikanan dan kelautan.
“Saat ini ekosistem perairan di Angsana sudah mulai pulih. Ikan-ikan mulai banyak dan kawasan terumbu karang sangat cocok dikembangkan menjadi objek wisata bahari,” ujarnya.
Kini kawasan Pantai Angsana menjadi objek wisata lokal. Kelompok PSL menjadi pemandu wisata bahari dengan berbekalkan peralatan selam.
Pelsus
Quote:
Diperkirakan, lebih 1.000 hektare dari sekitar 13 ribu hektare kawasan terumbu karang di Kalimantan Selatan (Kalsel) mengalami kerusakan. Badan Lingkungan Hidup Daerah (BLHD) Kalsel telah mengajukan penetapan zona-zona (kawasan) konservasi untuk menyelamatkan terumbu karang.
Kepala BLHD Kalsel, Ikhlas Indar, mengatakan banyak hal yang menyebabkan terjadinya kerusakan pada terumbu karang. Antara lain, pencemaran laut, yang merupakan imbas dari aktivitas pertambangan batu bara berupa pelabuhan khusus maupun pencucian kapal-kapal tongkang batu bara di laut.
Tak terkecuali, maraknya perburuan terumbu karang oleh masyarakat baik untuk dijual atau keperluan pembangunan (fondasi) permukiman. Luas kawasan terumbu karang di Kalsel diperkirakan mencapai 13 ribu hektare lebih. Yang terbesar berada di Kabupaten Tanah Bumbu, serta pulau-pulau kecil yang berada di wilayah Kabupaten Kotabaru, antara lain Pulau Marabatuan, Matasirih, Payung-payungan, Batu Utara, Batu Barat, Sarang, Maradapan, Kalang Bahu, Denawan, Pamalikan, dan Pulau Kunyit.
Selama ini kawasan terumbu karang menjadi sumber penghidupan bagi masyarakat pesisir karena merupakan areal tangkapan ikan dan biota laut. Untuk menekan laju kerusakan terumbu karang, sejak beberapa waktu lalu pihak BLHD Kalsel telah mengajukan penetapan kawasan konservasi terumbu karang pada lahan seluas 4.000 hektare sepanjang 22 kilometer di pesisir timur Kalsel.
Kepala BLHD Kalsel, Ikhlas Indar, mengatakan banyak hal yang menyebabkan terjadinya kerusakan pada terumbu karang. Antara lain, pencemaran laut, yang merupakan imbas dari aktivitas pertambangan batu bara berupa pelabuhan khusus maupun pencucian kapal-kapal tongkang batu bara di laut.
Tak terkecuali, maraknya perburuan terumbu karang oleh masyarakat baik untuk dijual atau keperluan pembangunan (fondasi) permukiman. Luas kawasan terumbu karang di Kalsel diperkirakan mencapai 13 ribu hektare lebih. Yang terbesar berada di Kabupaten Tanah Bumbu, serta pulau-pulau kecil yang berada di wilayah Kabupaten Kotabaru, antara lain Pulau Marabatuan, Matasirih, Payung-payungan, Batu Utara, Batu Barat, Sarang, Maradapan, Kalang Bahu, Denawan, Pamalikan, dan Pulau Kunyit.
Selama ini kawasan terumbu karang menjadi sumber penghidupan bagi masyarakat pesisir karena merupakan areal tangkapan ikan dan biota laut. Untuk menekan laju kerusakan terumbu karang, sejak beberapa waktu lalu pihak BLHD Kalsel telah mengajukan penetapan kawasan konservasi terumbu karang pada lahan seluas 4.000 hektare sepanjang 22 kilometer di pesisir timur Kalsel.
Quote:


Quote:
sumber: Media Indonesia, Kamis, 7 Maret 2013 hal. 13dan google
Diubah oleh yoedz24 07-03-2013 06:53
0
3K
Kutip
15
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan