JAKARTA - Ketua Presidium Indonesia Police Watch (IPW) Neta S Pane mengatakan, kasus mutilasi yang mayat korbannya dibuang berceceran di Jalan Tol Cawang arah Cikampek menunjukkan bahwa pelaku ingin show of force (unjuk kekuatan) pada pihak tertentu.

Hal itu dikatakan Neta setelah melihat fakta-fakta di lapangan. Dia menduga pihak yang terlibat dalam kasus mutilasi ini diperkirakan lebih dari satu orang.

"Melihat data-data di lapangan, sepertinya pelaku datang dari arah Cawang menuju arah Cikampek dan setelah membuang satu per satu potongan jenazah korban, pelaku keluar di Bekasi dan kembali lagi ke arah Cawang dan membuang sisanya di depan Gedung BNN," papar Neta dalam keterangan pers yang diterima Okezone, Rabu (6/3/2013).

Menurutnya, pihak kepolisian perlu bekerja keras mengungkap kasus ini dengan berpatokan pada indikasi-indikasi yang ada, seperti adanya dugaan bagian-bagian dari mutilasi tersebut dibuang di depan Gedung BNN di Cawang, Jakarta Timur.

Neta menjelaskan kasus show of force seperti ini pernah dua kali terjadi. Pertama, kasus mayat dipotong menjadi 13 bagian yang dimasukkan dalam kardus besar dan dibuang di pusat keramaian di kawasan Setia Budi di Jalan Sudirman Jakarta. Peristiwa yang terjadi pada 1985 itu menjadi kasus mutilasi pertama di Indonesia.

Kedua, pada 29 September 2008, mayat potong 13 bagian ditemukan dalam dua kantong plastik di bus Mayasari Bhakti P 46 jurusan Pulogadung-Kalideres. Kedua kasus ini tidak terungkap.

Bedanya, dalam kasus yang terjadi saat ini, potongan mayat tersebut sengaja dibuang berceceran di jalanan umum.

"Sepertinya, pesan yang ingin disampaikan pelaku adalah menunjukkan kekuatan pada pihak tertentu atau sengaja hendak menantang polisi, mampu atau tidak mengungkap kasus ini. Di Bekasi sendiri sejak 2007 ada empat kasus mutilasi dan hanya satu yang terungkap,"tutupnya.