Jakarta – Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Dahlan Iskan meminta agar perusahaan pelat merah harus diberi kesempatan yang sama sebagai importir daging sapi. Pertimbangannya karena marjin atau keuntungan impor daging sangat besar untuk menopang pengembangbiakan sapi bakalan.
Selain itu, BUMN bisa berperan mengontrol harga daging. Namun, mantan bos PT PLN ini mengatakan keuntungan hasil impor itu, kemudian bisa digunakan untuk mensubsidi bagi BUMN yang melakukan pengembangan sapi atau pengembangan anakan sapi.

“BUMN mengajukan misal RNI (Rajawali Nusantara Indonesia), impor betina produktif sekaligus minta impor daging. Saya minta diperlakukan adil dengan swasta. Saya juga minta untuk produksi anak (sapi),” tutur Dahlan di Kementerian BUMN Jakarta, Senin (25/2/2013).

Selama ini, para impor daging sapi swasta nasional terlalu menikmati keuntungan yang sangat besar namun tidak memiliki kewajiban atau
tanggungjawab mengembangkan sapi di dalam negeri.

Hal ini telah memicu Indonesia ketergantungan pada impor dan melambungnya harga daging. Sementara itu, jika izin diberikan kepada BUMN maka problem BUMN seperti PT Berdikari, PTPN dan PT RNI dalam memperoleh atau menghasilkan anakan sapi dapat diselesaikan karena marjin impor diberikan untuk pengembangan bibit.

“Selama ini memproduksi anak itu memerlukan biaya untuk lahirkan satu anak sapi biaya Rp 9 juta. Artinya mulai pelihara sampai hamil hingga usia 2 tahun. Tapi harga anak sapi maksimal Rp 5 juta. Kalau problem ini tak diatasi dan tak ada yang mau atasi maka seumur hidup Indonesia akan terus impor daging,” tambahnya.

(feb/hen)

[URL="http://finance.detik..com/read/2013/02/25/184859/2179398/4/dahlan-iskan-minta-bumn-dapat-jatah-impor-daging-sapi"]sumber[/URL]

Jurus anyar Dahlan agar keluar dari jebakan impor daging sapi

Menteri BUMN Dahlan Iskan akhirnya angkat bicara mengenai tingginya harga daging sapi di Indonesia khususnya di pulau Jawa. Padahal, usai rapat koordinator bidang perekonomian Dahlan bungkam ditanya soal program swasembada daging sapi.
Dahlan mengaku telah mendapatkan masukan usai diskusi dengan para profesor. Langkahnya untuk keluar dari jebakan importasi daging sapi adalah mendorong dan memberikan gairah bagi peternak sapi dalam negeri.

“Margin impor sapi sebagian harus dipakai untuk mendorong menggairahkan peternakan sapi dalam negeri dengan cara bisa saja setiap importir daging dibebani harus impor sapi betina produktif, atau impor anak sapi,”kata Dahlan ketika ditemui di Kementerian BUMN, Jakarta, Senin (25/2).

Dahlan menyebut importir daging sapi mengantongi untung yang sangat besar. Padahal di sisi lain, peternak sapi sangat kesusahan dalam melahirkan anak sapi. Untuk melahirkan anak sapi membutuhkan biaya setidaknya Rp 9 juta mulai dari memelihara induk hamil hingga anak usia berumur 2 tahun. Setelah itu, anak sapi tersebut hanya dijual dengan harga Rp 5 juta sehingga peternak sapi merugi jika harus memproduksi anak sapi.

“Kalau problem ini tidak di atasi dan tidak mau mengatasi ini maka seumur hidup Indonesia akan terus impor daging. Jangan jangan ini yang diinginkan pihak tertentu agar impor daging nya abadi,” katanya,

Sebelumnya, Menteri Koordinator Perekonomian Hatta Rajasa mengatakan, BUMN mendapatkan jatah untuk menjaga kestabilan harga daging sapi dengan mengembangkan 100.000 ekor sapi.

“BUMN kita kasih jatah untuk mengembangkan 100.000 ekor sapi dan ini juga termasuk sapi betina,” jelas Hatta.

Seperti yang telah diketahui, Dahlan telah melontarkan beberapa gagasan untuk mengembangkan sapi lokal. Di antaranya adalah dengan memaksimalkan PTPN yang bergerak di bidang perkebunan untuk sekaligus menyediakan makanan untuk sapi.

Bulan lalu, Dahlan telah mengunjungi lahan peternakan PT Berdikari Union di Desa Bila, Sulawesi Selatan. Dia sesumbar lahan seluas 6.000 hektar tersebut bisa untuk mengembangkan 50.000 ekor sapi.

[arr]
sumber



baca juga neeh
Australia mengancam akan meninggalkan rumah potong langganannya di Jakarta dan sekitarnya jika rumah potong hewan menerima pemotongan sapi lokal.

komenk TS: ayo maju Pak DI