- Beranda
- Komunitas
- Story
- Stories from the Heart
Melody Of Memory


TS
rizkyoz
Melody Of Memory
Menangis. Mengapa semuanya harus diawali dengan tangisan? Ibuku bilang, teriakan tangisku sangat keras kala itu. Tanpa disadari, momen itulah yang ternyata membuat ibuku ikut menangis haru. Karena.. Setelah melalui proses yang sedemikian panjang, senang dalam penderitaan, mencicipi rasa sakit yang luar biasa, lahirlah seorang bocah lelaki yang sebenarnya tidak lucu ataupun tampan. Tapi itu semua sudah lebih dari cukup untuk membalas perjuangan hidup dan mati selama 9 bulan, bertarung melawan rasa sadisnya pegal linu di bagian pinggang.
Tidak jelas memang arti dari Rizky Zulkarnaen beserta asal usulnya. Orang tuaku hanya memberikan nama yang indah untukku dengan harapan serupa dengan akhlaknya kelak. Sepertinya itu merupakan sebuah harapan yang semestinya sudah tercapai, tetapi tanpa disadari kenyataan memberikan jawaban lain. Aku masih tetap dalam keangkuhanku, seekor angsa yang nakal, mempunyai beribu kemauan sembari berjalan di ambang dunia.
Pernah sekali ku berpikir, mengapa aku harus dilahirkan?
Jadi apakah?
Ayahku pernah bilang. Sekarang memang belum kau temukan jawabannya nak.. Hidup ini sama halnya dengan potongan-potongan puzzle. Terlebih dahulu kau harus mencari potongan yang hilang, setelah itu baru menyusunnya. Dan ketika semuanya tersusun, disitulah letak semua jawabanmu. Hanya saja, jarang orang orang cerdas didunia ini yang mau berpikir untuk menyusun potongan tersebut bahkan melanjutkannya.
Kata kata itu tetap saja tidak menolongku. Bahkan, malah memperbesar tanda tanya yang mengerumuni otakku. Haha, aku malas. Kenapa hidup ini malah menjadi teka teki?
Dilahirkan di Jakarta, 1 Maret 1996. Bertempat tinggal di Jakarta Pusat, Perumahan Kali Pasir, Gg Tembok yang tak ku ingat RT/RW nya. Seperti yang dunia ini ketahui, tak bisa kugambarkan betapa kumuhnya, padat, dan joroknya saluran air di perumahan rakyat Jakarta Pusat. Pergaulan yang tidak jelas seperti anak kecil mengamen dan menyemir sepatu di tiap sudut kota, remaja merokok melancong hingga larut malam, rok ketat + mini bagi kaum hawa, damainya narkoba, dan belum lagi tawuran dengan kampung sebrang. Buruknya, kusadari baru baru ini akan masa lalu tempat tinggal ku dulu.
Itu dari luar, belum dari dalam. Pertengkaran ayah dan ibu sudah merupakan teman minum kopi atau perasa teh di pagi hari. Ayah yang seorang emosional dan ibu yang tidak pengertian, kadang menambah parah suasana. Pernah sekali aku melihat ayah menghantam ibu dengan kepalan tangannya sendiri hingga darah membekas ditangannya. Tak ada yang bisa dilakukan oleh bocah berumur 5 tahun saat itu. Mungkin hanya menangis, berlari sekuat tenaga keluar dari rumah mencari tempat kosong lalu berteriak?
Hidup kami bisa dibilang sederhana. Walaupun dalam kenyataannya ayah yang dulu pengangguran dan beban keluarga hanya ditanggung ibu seorang. Tetapi Tuhan masih terus memberikan kasih sayangnya kepada kami walaupun tak lebih. Asal cukup itu pun sudah membuat ibu tersenyum bukan main manisnya."Yang penting masih bisa ketemu nasi" kalimat itulah yang sekarang masih saja membuatku menangis dalam solatku. Perkataan tulus yang hanya segelintir orang mau dan mampu mengucapkannya. Mana mungkin aku mau sengsara padahal kecenderunganku bermewah-mewahan? tapi ibu ajarkan aku kesederhanaan.. Ibu ajarkan aku arti bahagia sehingga mampu membuatku tegar seperti ini.
--
Manisnya, setelah lulus TK ayah dan ibu memutuskan untuk pindah ke Bogor yang berakibat mengubah pola pikirku akan kehidupan. Suasana asri pedesaan, tawa gembira anak anak, gemericik air sungai, kerja bakti, kicau burung di pagi hari, merdunya suara shalawat anak anak menjelang adzan magrib membuat semuanya berubah. Tak ada ragu, hanya dalam waktu seminggu aku menjadi tahu banyak mengenai Desa Pemagarsari, Gg H Minggu, Kecamatan Parung - Kabupaten Bogor.
Pagi itu merupakan hari pertama masuk ke sekolah. Ayah berkata kepadaku, "Janganlah menjadi orang pertama yang mengeluh ketika lampu itu mati. Tapi jadilah orang pertama yang bergegas pergi mengambil lilin lalu menyalakannya". kata kata itu perlahan kutulis sesampainya disekolah, ku baca, kupahami, dan hasilnya aku tidak mengerti. Tak kumengerti sedikitpun tapi itu tertulis, tersurat tegas dipikiranku.
--
"Aku harus dapet rangking buat ayah sama ibu!"
Kata kata sederhana yang justru mampu membiusku untuk membuka buku, menghiraukan sorak sorai temanku mengajak bermain kelereng. Dan hasilnya? Lumayan. Aku menduduki peringkat 3 dikelas 1 sampai dengan kelas 3. Dan mengalami kemajuan di 3 tahun berikutnya. Yaitu rangking 2 di kelas 4 hingga kelas 6.
Juara 1 lomba Takhfidz Al Quran tingkat SD se-Kota Bogor, Juara III lomba cepat tepat tingkat Kabupaten Bogor, dan tidak lupa.. Mendali perunggu kejuaran pencak silat.
Sempat mengalami krisis percaya diri ketika semua teman mengejekku dengan julukan "kutil" karna ada sebuah tahi lalat manis yang menetap dihidung. Berkelahi juga karna hal tersebut. Pernah membuat dua ibu guru menangis karna kenakalan yang kuperbuat. Meskipun melibatkan teman teman yang lain, tetapi akulah orang dibalik semua itu. hehe maaf ya bu guru...
Sempat Farhan sahabat karib lama semasa SD berkata padaku di reunian kemarin, "Kaulah yang dulu selalu menjadi sesosok pemimpin dari teman teman yang lain. Buktinya semua anak selalu mengikuti kemana kamu hendak pergi, menuruti keputusan yang kamu buat dan masih banyak lagi?" kira kira seperti itulah kalimat yang farhan ucapkan sembari meleletkan lidah nya di akhir kalimat.
Meskipun pada akhirnya aku menyadari bahwa itu memang benar, tapi.. yaa.. itu tetap saja merupakan penilaian orang lain yang belum tentu benar adanya. Karna kembali pada diriku. Hanya sesosok bocah lelaki tengil yang bahkan terkadang tidak sopan.
--
6 tahun berlalu dan tibalah masa awal berhadapan dengan pubertas. Yap, saatnya naik kelas ke SMP. Lolos seleksi nem dan akhirnya masuk SMP Negeri 6 Bogor. Disinilah cerita baru akan dimulai..
Tak terlalu banyak cerita yang bisa kuceritakan pada masa awal kelas 1 SMP. Mungkin hanya tentang cinta pandangan pertama dan kisah kecil persahabatan. Mengikuti eskul PASKIBRA PRAJAMUKTI dan OSIS/MPK juga hanya ikut ikutan dan tidak pernah serius.
Masuk ke kelas 2 dengan nilai yang cukup menggembirakan, mendapat peringkat 2 dikelas dan akhirnya masuk ke kelas unggulan. 8A..
Sempat berontak dalam hati ketika ternyata ada pengelompokkan kelas. Antara senang karena termasuk kategori anak yang cukup pintar, sedih karna merasa tidak adil. "Bagaimana negara kita mau maju apabila masih dikelompokkan mana anak yang pintar dan yang kurang? Hasilnya malah kelompok pintar akan semakin pintar, dan kelompok yang kurang pintar akan semakin terjerumus. That's useless. even make it all worse" teriakku dalam hati. Tapi apa yang bisa kuperbuat kala itu karna mengacungkan tangan saja pun belum mempunyai keberanian yang cukup?
Anneke Desmayanto Putri. Dialah orang yang gemar akan pelajaran biologi dan juga mahir pastinya. Merupakan sahabat karib yang pertama kali mengenalkanku akan ilmu tentang mahluk hidup. Orang yang membuatku iri setengah mati ketika dia bisa menjawab semua pertanyaan dari guru biologi saat pelajaran IPA. Orang yang memaksaku untuk menjadi lebih hebat darinya. Lucu, dan memang aslinya sebelum ketemu juga udah gak waras.
Haha, mungkin memang dialah sesosok teman yang memberi petunjuk akan jati diriku. Karna terus mengikuti langkahnya, akhirnya aku berhasil terpilih menjadi anggota tim inti lomba sains di SMP. Sampai akhirnya, sedikit demi sedikit aku menyainginya bahkan pernah membantah jawaban yang dia ucapkan ke Bu Rini. Karna memang salah jawaban yang diberikan oleh Anne. Anehnya Bu Rini malah tetap mempercayai jawaban Anne, dan tidak menghiraukan protes yang kuteriakkan. Sampai pada akhirnya saat itu juga ku acak-acak, ku obrak abrik isi tasku dan JACKPOT! kuberikan buku Biologi andalanku untuk membuktikan bahwa jawabanku benar.
Wali kelasku waktu SMP pernah mengatakan, tips sukses belajar itu.. Ketika kalian sampai dirumah, langsunglah beristirahat. Setelah itu belajar diwaktu sore mengulang apa yang sudah dipelajari hari ini. Malamnya, belajar lagi untuk mempersiapkan pelajaran yang dipelajari hari esok. Sempat aku mencobanya dan sama sekali tidak cocok karena pada kenyataannya aku lebih sering pulang sore hari bermain dengan teman teman. Sampai pada akhirnya terbesit dipikiranku untuk mengambil saran tersebut tetapi mengganti jam belajarnya. Karna pada saat itu aku sangat berkeinginan mengalahkan Anne, malam hari aku belajar dari jam 7 sampai jam 10 lalu tidur. Bangun lagi tepat jam 2 dan belajar sampai dengan jam 4. Setelah itu tidur lagi dan bangun jam setengah 6. Hasilnya? Efektif. Aku bisa mengejar kemampuan Anne bahkan bisa dibilang satu langkah lebih unggul daripada dia. Tetapi, ada juga sisi negatifnya. Jam tidurku berganti jadi siang hari. Disekolah mataku sering terlihat merah dan sering sekali terlelap saat guru menerangkan. Untungnya, hanya disuruh berdiri didepan kelas sambil mengangkat satu kaki 15 menit didepan kelas. Ditertawakan. tapi.. aku tidak terlalu memperdulikan karna yang penting bisa mengalahkan Anne.
Masuk ke kelas 3 SMP. Saat saat yang menurutku merupakan konflik terbesar didalam cerita hidup selama ini. Bersiap siaplah untuk tragedi yang satu ini ...
Tidak jelas memang arti dari Rizky Zulkarnaen beserta asal usulnya. Orang tuaku hanya memberikan nama yang indah untukku dengan harapan serupa dengan akhlaknya kelak. Sepertinya itu merupakan sebuah harapan yang semestinya sudah tercapai, tetapi tanpa disadari kenyataan memberikan jawaban lain. Aku masih tetap dalam keangkuhanku, seekor angsa yang nakal, mempunyai beribu kemauan sembari berjalan di ambang dunia.
Pernah sekali ku berpikir, mengapa aku harus dilahirkan?
Jadi apakah?
Ayahku pernah bilang. Sekarang memang belum kau temukan jawabannya nak.. Hidup ini sama halnya dengan potongan-potongan puzzle. Terlebih dahulu kau harus mencari potongan yang hilang, setelah itu baru menyusunnya. Dan ketika semuanya tersusun, disitulah letak semua jawabanmu. Hanya saja, jarang orang orang cerdas didunia ini yang mau berpikir untuk menyusun potongan tersebut bahkan melanjutkannya.
Kata kata itu tetap saja tidak menolongku. Bahkan, malah memperbesar tanda tanya yang mengerumuni otakku. Haha, aku malas. Kenapa hidup ini malah menjadi teka teki?
Dilahirkan di Jakarta, 1 Maret 1996. Bertempat tinggal di Jakarta Pusat, Perumahan Kali Pasir, Gg Tembok yang tak ku ingat RT/RW nya. Seperti yang dunia ini ketahui, tak bisa kugambarkan betapa kumuhnya, padat, dan joroknya saluran air di perumahan rakyat Jakarta Pusat. Pergaulan yang tidak jelas seperti anak kecil mengamen dan menyemir sepatu di tiap sudut kota, remaja merokok melancong hingga larut malam, rok ketat + mini bagi kaum hawa, damainya narkoba, dan belum lagi tawuran dengan kampung sebrang. Buruknya, kusadari baru baru ini akan masa lalu tempat tinggal ku dulu.
Itu dari luar, belum dari dalam. Pertengkaran ayah dan ibu sudah merupakan teman minum kopi atau perasa teh di pagi hari. Ayah yang seorang emosional dan ibu yang tidak pengertian, kadang menambah parah suasana. Pernah sekali aku melihat ayah menghantam ibu dengan kepalan tangannya sendiri hingga darah membekas ditangannya. Tak ada yang bisa dilakukan oleh bocah berumur 5 tahun saat itu. Mungkin hanya menangis, berlari sekuat tenaga keluar dari rumah mencari tempat kosong lalu berteriak?
Hidup kami bisa dibilang sederhana. Walaupun dalam kenyataannya ayah yang dulu pengangguran dan beban keluarga hanya ditanggung ibu seorang. Tetapi Tuhan masih terus memberikan kasih sayangnya kepada kami walaupun tak lebih. Asal cukup itu pun sudah membuat ibu tersenyum bukan main manisnya."Yang penting masih bisa ketemu nasi" kalimat itulah yang sekarang masih saja membuatku menangis dalam solatku. Perkataan tulus yang hanya segelintir orang mau dan mampu mengucapkannya. Mana mungkin aku mau sengsara padahal kecenderunganku bermewah-mewahan? tapi ibu ajarkan aku kesederhanaan.. Ibu ajarkan aku arti bahagia sehingga mampu membuatku tegar seperti ini.
--
Manisnya, setelah lulus TK ayah dan ibu memutuskan untuk pindah ke Bogor yang berakibat mengubah pola pikirku akan kehidupan. Suasana asri pedesaan, tawa gembira anak anak, gemericik air sungai, kerja bakti, kicau burung di pagi hari, merdunya suara shalawat anak anak menjelang adzan magrib membuat semuanya berubah. Tak ada ragu, hanya dalam waktu seminggu aku menjadi tahu banyak mengenai Desa Pemagarsari, Gg H Minggu, Kecamatan Parung - Kabupaten Bogor.
Pagi itu merupakan hari pertama masuk ke sekolah. Ayah berkata kepadaku, "Janganlah menjadi orang pertama yang mengeluh ketika lampu itu mati. Tapi jadilah orang pertama yang bergegas pergi mengambil lilin lalu menyalakannya". kata kata itu perlahan kutulis sesampainya disekolah, ku baca, kupahami, dan hasilnya aku tidak mengerti. Tak kumengerti sedikitpun tapi itu tertulis, tersurat tegas dipikiranku.
--
"Aku harus dapet rangking buat ayah sama ibu!"
Kata kata sederhana yang justru mampu membiusku untuk membuka buku, menghiraukan sorak sorai temanku mengajak bermain kelereng. Dan hasilnya? Lumayan. Aku menduduki peringkat 3 dikelas 1 sampai dengan kelas 3. Dan mengalami kemajuan di 3 tahun berikutnya. Yaitu rangking 2 di kelas 4 hingga kelas 6.
Juara 1 lomba Takhfidz Al Quran tingkat SD se-Kota Bogor, Juara III lomba cepat tepat tingkat Kabupaten Bogor, dan tidak lupa.. Mendali perunggu kejuaran pencak silat.
Sempat mengalami krisis percaya diri ketika semua teman mengejekku dengan julukan "kutil" karna ada sebuah tahi lalat manis yang menetap dihidung. Berkelahi juga karna hal tersebut. Pernah membuat dua ibu guru menangis karna kenakalan yang kuperbuat. Meskipun melibatkan teman teman yang lain, tetapi akulah orang dibalik semua itu. hehe maaf ya bu guru...
Sempat Farhan sahabat karib lama semasa SD berkata padaku di reunian kemarin, "Kaulah yang dulu selalu menjadi sesosok pemimpin dari teman teman yang lain. Buktinya semua anak selalu mengikuti kemana kamu hendak pergi, menuruti keputusan yang kamu buat dan masih banyak lagi?" kira kira seperti itulah kalimat yang farhan ucapkan sembari meleletkan lidah nya di akhir kalimat.
Meskipun pada akhirnya aku menyadari bahwa itu memang benar, tapi.. yaa.. itu tetap saja merupakan penilaian orang lain yang belum tentu benar adanya. Karna kembali pada diriku. Hanya sesosok bocah lelaki tengil yang bahkan terkadang tidak sopan.
--
6 tahun berlalu dan tibalah masa awal berhadapan dengan pubertas. Yap, saatnya naik kelas ke SMP. Lolos seleksi nem dan akhirnya masuk SMP Negeri 6 Bogor. Disinilah cerita baru akan dimulai..
Tak terlalu banyak cerita yang bisa kuceritakan pada masa awal kelas 1 SMP. Mungkin hanya tentang cinta pandangan pertama dan kisah kecil persahabatan. Mengikuti eskul PASKIBRA PRAJAMUKTI dan OSIS/MPK juga hanya ikut ikutan dan tidak pernah serius.
Masuk ke kelas 2 dengan nilai yang cukup menggembirakan, mendapat peringkat 2 dikelas dan akhirnya masuk ke kelas unggulan. 8A..
Sempat berontak dalam hati ketika ternyata ada pengelompokkan kelas. Antara senang karena termasuk kategori anak yang cukup pintar, sedih karna merasa tidak adil. "Bagaimana negara kita mau maju apabila masih dikelompokkan mana anak yang pintar dan yang kurang? Hasilnya malah kelompok pintar akan semakin pintar, dan kelompok yang kurang pintar akan semakin terjerumus. That's useless. even make it all worse" teriakku dalam hati. Tapi apa yang bisa kuperbuat kala itu karna mengacungkan tangan saja pun belum mempunyai keberanian yang cukup?
Anneke Desmayanto Putri. Dialah orang yang gemar akan pelajaran biologi dan juga mahir pastinya. Merupakan sahabat karib yang pertama kali mengenalkanku akan ilmu tentang mahluk hidup. Orang yang membuatku iri setengah mati ketika dia bisa menjawab semua pertanyaan dari guru biologi saat pelajaran IPA. Orang yang memaksaku untuk menjadi lebih hebat darinya. Lucu, dan memang aslinya sebelum ketemu juga udah gak waras.
Haha, mungkin memang dialah sesosok teman yang memberi petunjuk akan jati diriku. Karna terus mengikuti langkahnya, akhirnya aku berhasil terpilih menjadi anggota tim inti lomba sains di SMP. Sampai akhirnya, sedikit demi sedikit aku menyainginya bahkan pernah membantah jawaban yang dia ucapkan ke Bu Rini. Karna memang salah jawaban yang diberikan oleh Anne. Anehnya Bu Rini malah tetap mempercayai jawaban Anne, dan tidak menghiraukan protes yang kuteriakkan. Sampai pada akhirnya saat itu juga ku acak-acak, ku obrak abrik isi tasku dan JACKPOT! kuberikan buku Biologi andalanku untuk membuktikan bahwa jawabanku benar.
Wali kelasku waktu SMP pernah mengatakan, tips sukses belajar itu.. Ketika kalian sampai dirumah, langsunglah beristirahat. Setelah itu belajar diwaktu sore mengulang apa yang sudah dipelajari hari ini. Malamnya, belajar lagi untuk mempersiapkan pelajaran yang dipelajari hari esok. Sempat aku mencobanya dan sama sekali tidak cocok karena pada kenyataannya aku lebih sering pulang sore hari bermain dengan teman teman. Sampai pada akhirnya terbesit dipikiranku untuk mengambil saran tersebut tetapi mengganti jam belajarnya. Karna pada saat itu aku sangat berkeinginan mengalahkan Anne, malam hari aku belajar dari jam 7 sampai jam 10 lalu tidur. Bangun lagi tepat jam 2 dan belajar sampai dengan jam 4. Setelah itu tidur lagi dan bangun jam setengah 6. Hasilnya? Efektif. Aku bisa mengejar kemampuan Anne bahkan bisa dibilang satu langkah lebih unggul daripada dia. Tetapi, ada juga sisi negatifnya. Jam tidurku berganti jadi siang hari. Disekolah mataku sering terlihat merah dan sering sekali terlelap saat guru menerangkan. Untungnya, hanya disuruh berdiri didepan kelas sambil mengangkat satu kaki 15 menit didepan kelas. Ditertawakan. tapi.. aku tidak terlalu memperdulikan karna yang penting bisa mengalahkan Anne.
Masuk ke kelas 3 SMP. Saat saat yang menurutku merupakan konflik terbesar didalam cerita hidup selama ini. Bersiap siaplah untuk tragedi yang satu ini ...


anasabila memberi reputasi
1
2K
16


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan