Pemusik dan pencipta lagu Ahmad Dhani, Senin kemarin mendatangi Dewan Perwakilan Rakyat RI. Kedatangannya meminta DPR membuat regulasi mengenai download lagu-lagu dari internet yang menurutnya ilegal dan merugikan. Ia didampingi penyanyi Mulan Jameela dan beberapa karyawannya di manajemen Republik Cinta. Tak terlihat artis lainnya.
Ahmad Dhani melalui DPR meminta Menkoinfo membuat aturan yang jelas mengenai kegiatan (unduh) lagu melalui situs yang ada di internet selama ini. Menurut Dhani, setiap hari ada 6 juta lagu yang didownload secara ilegal.

Download lagu melalui internet ini merupakan implikasi dari kemajuan teknologi. Masyarakat pengguna akhirnya tidak perlu lagi membeli rekamannya dalam bentuk cakram rekam DVD, CD apalagi kaset. Cukup berselancar di internet dan mengunduhnya ke hard disk, maupun USB. Dan tentu saja gratis.

Namun tidak semua lagu bisa didownload gratis. Dengan kecanggihan teknologi, beberapa produser rekaman justru menjual melalui dunia maya single maupun album dengan memberikan sepotong bagian dari lagu yang dikenal sebagai sample.

Jika mau jujur, praktik download gratis ini bukanlah satu-satunya yang merugikan pencipta lagu. Pembajakan rekaman baru melalui CD dan DVD bajakan sudah berlangsung lama di negeri ini. Sudah berulangkali dirazia, barang bukti dimusnahkan, tetapi tetap juga pembajakan tak hapus. Bahkan peredaran dan penjualan CD bajakan berlangsung terang terangan.

Ketidakmampuan memberantas pembajakan cakram bajakan itu tidak terlepas dari peranan mafia. Para pencipta lagu maupun penyanyi dan musisi pun sudah berulangkali menggugat soal hak cipta yang dibajak ini kepada pemerintah, akan tetapi bak kata pepatah anjing menggonggong kafilah berlalu, aksi bajakan jalan terus.

Sebenarnya, kalangan artis musik sendiri sudah maklum akan kondisi ini. Mereka tidak berharap banyak dari hasil penjualan rekaman karena tahu rekaman bajakan beredar luas dan tidak membagi royalty. Para artis umumnya menyiasati kondisi ini melalui undangan manggung dan mengisi acara di televisi swasta. Dan terbukti, dari kegiatan manggung ini penghasilan para artis mencapai miliaran rupiah. Beberapa waktu lalu, grup Slank pernah tercatat sebagai grup musik dengan bayaran termahal di Indonesia yaitu Rp100 juta untuk sekali show. Jika dalam sebulan saja ada 20 show, sama artinya penghasilan Slank mencapai Rp6 Miliar. Itu belum termasuk akmodasi dan transportasi yang me njadi tanggungan panitia penyelenggara. Tarif yang diperkirakan sama besar dengan Slank diperkirakan juga diterima Ahmad Dhani bersama bandnya Dewa.

Artinya, artis tidaklah begitu terpukul dengan aksi download di internet seperti yang direcoki Ahmad Dhani. Dan kalau kemudian download di internet dilarang, apakah ada jaminan rekaman lagu asli akan laris di pasar? Belum tentu. Penutupan download lagu di intenet tidak akan bermanfaat selama CD bajakan bebas dijual di pasaran. Di sisi lain, daya beli masyarakat terhadap rekaman asli selama ini juga lemah akibat harga CD yang mahal, mencapai Rp50 ribu sampai Rp100 ribuan. Hanya orang orang tertentu dengan ekonomi mapan sajalah yang mampu membeli CD asli. Menurut kita, pelarangan download lagu bukanlah solusi untuk mengatasi kerugian yang diterima artis seperti kata Dhani. Kecuali diikuti penghentian pembajakan dalam format CD secara total.

Di pihak artis sendiri kitapun bertanya, sudah sejauh mana sebenarnya tanggungjawab moral mereka selama ini? Jujur saja, banyak lagu-lagu yang populer dan laris setelah dicermati ternyata bukanlah karya orisinal melainkan bajakan karya orang lain, khususnya menjiplak karya pencipta asing, baik AS, Eropa maupun Korea. Memang tidak bulat mencontek, tapi lebih dari 12 bar, dengan mengaduk aransemen menjadi aransemen baru dan tentu saja berlirik Indonesia. Lebih dari itu, masih juga banyak pencipta lagu dan pemusik didikte oleh produser rekaman sehingga menjual idealisny