- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Apakah Kemauan kita yang menentukan?


TS
Vasilis
Apakah Kemauan kita yang menentukan?

Menelaah Keberagamaan di sekitar kita ternyata masih jauh dari etika dan ramah. Agama yang seyogyanya menjadi pedoman prilaku telah “lepas” dari kesadaran akan dirinya sendirinya. Bagi yang keliru melihat sudut pandang agama dalam potret prilaku, sering menganggap bahwa agama merupakan jaminan akan tingkah laku yang baik. bahkan ada anggapan yang lebih keliru lagi yang mengatakan bahwa hukum agama bisa mengubah perilaku manusia. Benarkah ???
Menurut pakar psikologi sepakat bahwa hubungan antara agama dan perilaku tidaklah signifikan. Tidak merupakan angka 1 yang positif. Sebab, perilaku manusia ditentukan oleh “freedom” manusia sendiri. Ditentukan oleh “willing” atau ditentukan oleh manusia sendiri. Juga ditentukan oleh cara berlogikanya.
Dalam hal ini, ada bahasa agama yang mengatakan ….faman sya-a fal yukmin waman sya-a fal yakfur….barang siapa yang hendak beriman berimanlah dan barang siapa hendak kafir / ingkar, kafirlah. Toh yang hak tetap ada dalam genggaman Tuhan. Namun, bukan lantas kita tanpa berfikir dan berlogika atas nama akal lalu mengambil pilihan kafir atau menganggap sesuatu dari sudut yang sangat liberal dan bebas kebabalasan, tanpa pencarian dan perenungan secara etis dan bertanggungjawab dalam bingkai role of game kehidupan keagamaan yang kita anut.
Sering kali terjadi, Lantaran cara berlogika yang keliru ada sebagian orang yang berpendapat misalnya, Amerika bersifat menindas agama tertentu. Bahkan telah menguasai perekonomian, politik dan sumber daya alam Indonesia. Maka, Amerika layak dimusuhi. Bahkan ada aliran agama tertentu yang mengatakan orang Amerika halal untuk dibunuh. Maka lahirlah terorisme. Mereka berjuang bukan lagi demi agama tetapi atas dasar rasa benci. Sebab, memperjuangkan agama ada aturannya sendiri.
So, perilaku manusia tidak ditentukan oleh agama, melainkan ditentukan oleh diri sendiri. Bukan berarti agama tidak penting. Penting dan sangat penting. Namun yang menentukan apakah seseorang bisa melaksanakan perintah-perintah agama, tergantung manusianya, Tidak tergantung agamanya.
Untuk hal ini, saya jadi teringat dengan sebagian kawan maupun sahabat saya yang begitu bencinya terhadap politik sehingga beralasan bahwa politik adalah kotor, politik melahirkan demokrasi. Dan demokrasi tidak sesuai dengan islam. Apalagi demokrasi berasal dari barat yang berseru dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat. Jawabannya sangat ringkas, padat namun amat keliru. Lalu dengan alasan logika itu, dalam potret keindonesiaa, tanpa tedeng aling-aling kawan kita itu mengambil putusan bahwa karena Pancasila sebagai pedoman Negara kita maka masyarakat Indonesia menjadi bermoral buruk. Mereka berlogika bahwa, apabila berhukum terhadap agama tertentu, maka moralitas bangsa Indonesia akan menjadi baik. Benarkah ???
Akibat pemahaman Ilmu pengetahuan yang sedikit mengakibatkan umat beragama punya kesimpulan-kesimpulan yang keliru. Mereka melihat kehidupan ini hanya dari sudut agama saja, tidak ditambah dari sudut ilmu pengetahuan, teknologi, kesejarahan, sosiologi ,psikologi dan budaya.
Dengan demikian, bukan agama atau hukum agama yang menentukan baik buruknya moralitas seseorang. Yang menentukan adalah kemauan pribadi. Motivasi pribadi. Semangat pribadi. Kesadaran pribadi. Sebab, manusia mempunyai “freedom” atau kebebasan untuk memilih berbuat baik ataupun tidak baik. Bukan karena agama pun juga bukan karena hukum agama.
Apakah benar kemauan kitalah yang menentukan???
0
841
2
Thread Digembok
Urutan
Terbaru
Terlama
Thread Digembok
Komunitas Pilihan