- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Wisata Dan Belajar Sejarah ke Hotel-hotel Tua Di Indonesia
TS
mamayukeroooo
Wisata Dan Belajar Sejarah ke Hotel-hotel Tua Di Indonesia
Quote:
KASKUSER MohonDi
Spoiler for Ga Repost:
Quote:
Hampir di setiap kota-kota besar di Indonesia berdiri hotel-hotel tua yang umurnya melebihi usia republik ini ada. Yup, dibangun sewaktu kolonialis Belanda masih berkuasa penuh di Nusantara, dibawah ini ada beberapa hotel yang sangat tua di Indonesia yang mungkin bisa Anda kunjungi apabila ingin melihat bentuk rupa peninggalan sejarahnya yang masih tersisa
Quote:
1. Hotel Pelangi
Spoiler for Hotel 1:
Quote:
Di kota Malang ada hotel tua yang bernama Hotel Pelangi yang letaknya di Jl. Merdeka Selatan No. 3. Kalau dihitung-hitung dari semenjak hotel ini berdiri, sekarang umurnya kurang lebih sudah 96 tahun lantarannya hotel ini suda ada di Malang dari tahun 1916 Nama hotel ini awalnya bukanlah Hotel Pelangi melainkan bernama Hotel Palace entah kenapa bisa berubah nama. Nah, yang menarik dari hotel yang punya 50 kamar ini terletak dari arsitekturnya yang mempunyai ciri khas yaitu adanya Menara Kembar yang dahulunya digunakan sebagai menara pengawas. Untungnya dibuat kokoh karena sampai saat ini di dalamnya masih terjaga keasliannya, bentuk lantai, plafon dan tegel-tegel dinding bergambar pemandangan negeri kincir angin yang eksotis.
Quote:
2. Hotel Splendid Inn
Spoiler for Hotel 1:
Quote:
Masih di Malang, lanjut lagi ke hotel yang bernama Hotel Splendid Inn. Arsitektur dari gedung yang dibangun pada 1924-1930 ini bergaya Nieuwe Bouwen (berbentuk kubus dan atap lurus) membuat bangunan ini masih kokoh berdiri sampai sekarang. Banyak turis asing dari Belanda yang bernostalgia di tempat ini. Fasilitas yang ada pun relatif sama dengan hotel-hotel berbintang, sehingga sesuai dengan anda yang ingin beristirahat dalam nuansa tempo dulu.Selain kedua hotel di atas, kota ini juga mempunyai hotel yang tak kalah bersejarahnya yaitu Hotel Graha Cakra yang berada di Jl. Cerme 16. Hotel berbintang tiga ini dahulu adalah bekas gedung Radio Republik Indonesia (RRI) Malang yang pernah rata dengan tanah karena hancur saat pecah Perang Clash ke-1 pada 1947. Untuk gaya arsitektur dari hotel ini masih menerapkan gaya yang sama dengan Hotel Splendid Inn yaitu gaya Nieuwe Bouwen yang populer pada 1935 karya arsitek Belanda, Ir. MulderGaya Nieuwe Bouwen yang diterapkan dalam dua hotel itu sebenarnya istilah untuk gaya bangunan sesudah tahun 1920-an yang merupakan penganut dari aliran International Style, sebagaimana yang diungkapkan Akihary (1988) dalam bukunya Architectuur en Stedebouw in Indonesie 1870-1940. Gaya arsitektur ini dibarengi oleh pengaruh gaya arsitektur modern yang sedang trend pada masa itu antara lain, Amsterdam School, Bauhaus dan De Stilj yang berkembang di Indonesia karena semakin banyak arsitek Belanda beraliran arsitektur modern berpraktek di Indonesia.
Quote:
3. Hotel Oranje
Spoiler for Hotel 3:
Quote:
Dari Malang sekarang kita ke Surabaya disana ada Hotel Oranje atau Hotel Majapahit yang melegenda, mungkin dari anda sudah tahu sebelumnya terlebih lagi apabila anda adalah wong suroboyo. Alkisah, hotel ini didirikan oleh seoarang pedagang yang bernama Lucas Martin Sarkies dari Armenia.
Hotel ini diarsiteki oleh James Afprey, seorang berkebangsaan Inggris yang membangun hotel ini pada tahun 1910 dengan menerapkan gaya arsitektur Art Nouveau. Keluarga Sarkies ini memang dikenal berkecimpung di bisnis perhotelan karena sebelum mendirikan hotel ini, keluarga Sarkies sudah mendirikan banyak hotel di Asia, seperti Hotel Niagara di Lawang, Hotel Eastern and Oriental di Penang (Malaysia), Hotel Strand in Rangoon (Burma) dan Hotel Raffles di Singapura.
Tahun 1911 adalah tahun bersejarah untuk hotel karena untuk yang kali pertamanya hotel ini dibuka dengan menggunakan nama “Hotel Oranje”. Dalam perkembangannya, di tahun 1931 ada penambahan bangunan di hotel ini yaitu di bagian depan pintu masuk lama, sebagian ruang masuk dibangun dalam gaya Art Deco oleh arsitek Prof. Ir. Charles Prosper Wolff Schoemaker.Bagi anda yang pernah menyaksikan salah satu film perang produksi anak negeri dimana salah satu scennya ada orang yang merobek bendera di atap gedung hotel, nah kejadian itu lah yang terjadi di hotel ini.
Tepatnya pada tanggal 19 september 1945 terjadi “Insiden Bendera” saat Kolonialis Belanda menaikkan bendera kebangsaannya di menara hotel ini. Kontan, para nasionalis Indonesia naik pitam dan memanjat ke menara lalu menyobek-nyobek bagian biru dari bendera Belanda yang kemudian berubah menjadi bendera Indonesia.
Nama Hotel Oranje digunakan sampai tahun 1950-an. Waktu itu hotelnya dinasionalisasikan dan nama diganti menjadi Hotel Majapahit. Anda di sana, sempatkanlah untuk melihat kamar bersejarah yaitu kamar yang pernah digunakan oleh aktor Charlie Chaplin. Komedian yang tenar di tahun 30-an ini pernah sempat menginap di hotel ini pada tahun 1936. Kamar tersebut diberi nama Kamar Merdeka dengan nomor kamar 33.
Hotel ini diarsiteki oleh James Afprey, seorang berkebangsaan Inggris yang membangun hotel ini pada tahun 1910 dengan menerapkan gaya arsitektur Art Nouveau. Keluarga Sarkies ini memang dikenal berkecimpung di bisnis perhotelan karena sebelum mendirikan hotel ini, keluarga Sarkies sudah mendirikan banyak hotel di Asia, seperti Hotel Niagara di Lawang, Hotel Eastern and Oriental di Penang (Malaysia), Hotel Strand in Rangoon (Burma) dan Hotel Raffles di Singapura.
Tahun 1911 adalah tahun bersejarah untuk hotel karena untuk yang kali pertamanya hotel ini dibuka dengan menggunakan nama “Hotel Oranje”. Dalam perkembangannya, di tahun 1931 ada penambahan bangunan di hotel ini yaitu di bagian depan pintu masuk lama, sebagian ruang masuk dibangun dalam gaya Art Deco oleh arsitek Prof. Ir. Charles Prosper Wolff Schoemaker.Bagi anda yang pernah menyaksikan salah satu film perang produksi anak negeri dimana salah satu scennya ada orang yang merobek bendera di atap gedung hotel, nah kejadian itu lah yang terjadi di hotel ini.
Tepatnya pada tanggal 19 september 1945 terjadi “Insiden Bendera” saat Kolonialis Belanda menaikkan bendera kebangsaannya di menara hotel ini. Kontan, para nasionalis Indonesia naik pitam dan memanjat ke menara lalu menyobek-nyobek bagian biru dari bendera Belanda yang kemudian berubah menjadi bendera Indonesia.
Nama Hotel Oranje digunakan sampai tahun 1950-an. Waktu itu hotelnya dinasionalisasikan dan nama diganti menjadi Hotel Majapahit. Anda di sana, sempatkanlah untuk melihat kamar bersejarah yaitu kamar yang pernah digunakan oleh aktor Charlie Chaplin. Komedian yang tenar di tahun 30-an ini pernah sempat menginap di hotel ini pada tahun 1936. Kamar tersebut diberi nama Kamar Merdeka dengan nomor kamar 33.
Quote:
4. Hotel Surabaya
Quote:
Itu di kota pahlawan, Bandung tak mau kalah soal hotel bersejarahnya karena di sana ada Hotel yang bernama Hotel Surabaya yang sedikit lebih tua dari Hotel Oranje. Hotel ini dibangun oleh pengusaha China yang kaya raya asal Surabaya. Adanya hotel ini lantaran untuk menyambut dibangunnya jalur kereta api Jakarta-Bandung yang ditandai dengan berdirinya stasiun Bandung pada tahun 1884.
Untuk bagian hotelnya sendiri terdiri atas tiga bagian, bagian pertama berada di belakang dan dibangun bergaya neoclassic pada tahun 1886 dengan konsep modern karena banyak menggunakan elemen suluran, tanaman dan kacanya sudah menggunakan colour glass. Sedangkan bagian towernya sendiri dibangun beberapa tahun setelahnya yaitu pada tahun 1900 sampai 1910 dengan menggunakan gaya art nouvo
Untuk bagian hotelnya sendiri terdiri atas tiga bagian, bagian pertama berada di belakang dan dibangun bergaya neoclassic pada tahun 1886 dengan konsep modern karena banyak menggunakan elemen suluran, tanaman dan kacanya sudah menggunakan colour glass. Sedangkan bagian towernya sendiri dibangun beberapa tahun setelahnya yaitu pada tahun 1900 sampai 1910 dengan menggunakan gaya art nouvo
Quote:
5. Hotel Sriwijaya
Spoiler for Hotel 5:
Quote:
Bagaimana dengan di Ibukota sendiri, jelas Jakarta tak mau ketinggalan karena disini ada Hotel Sriwijaya. Letak hotel ini ada di pojokan Jalan Veteran dan Jalan Veteran I, Jakarta Pusat. Dari Stasiun Juanda, hotel ini berada di sisi kanan tak jauh dari Masjid Istiqlal. Tembok hotel ini memanjang hingga ke Jalan Veteran I mendekati kedai es krim Ragusa. Conrad Alexander Willem Cavadino atau CAW Cavadino yang memulai usaha restoran dan kue di tahun 1863. Tempat usaha ini dibangun persis di pojokan Rijswijk (Jalan Veteran) dan Citadelweg (Jalan Veteran I). Di tahun 1872 Restoran Cavadino berubah menjadi Hotel Cavadino sementara usaha ritelnya dilakukan di sebuah tempat usaha bernama Toko Cavadino yang berada di depan bangunan hotel.
Dari sebuah iklan di tahun 1894, Toko Cavadino disebut sebagai toko yang menyediakan permen, cokelat, cerutu Havana, Belanda dan Manila hingga bir, anggur, dan minuman beralkohol lainnya. Bahkan, begitu terkenalnya usaha ini sampai-sampai jembatan di depan hotel ini dinamakan Jembatan Cavadino (Cavadino Bridge). Jembatan itu kini berada di samping Hotel Sriwijaya, sejajar dengan pintu masuk ke hotel tersebut.
Dari foto lama yang terpampang di dalam hotel ini dan juga dari foto koleksi KITLV, Leiden, yang ditampilkan oleh Scott Merrillees dalam buku yang berjudul Batavia in Nineteenth Century Photographs letak bangunan hotel dan toko kue terpisah. Posisi bangunan Hotel Cavadino, yang kini jadi Hotel Sriwijaya, terlihat berada di pojokan jalan yang masih sangat sepi dengan dua jalur trem di depannya. Sedangkan Toko Cavadino kini menjadi restoran dan masih menjadi bagian dari Hotel Sriwijaya.
Usaha toko dan hotel berjalan terus hingga akhir abad-19. Merrillees mencatat, sebenarnya CAW Cavadino tak lagi sebagai warga Batavia sejak tahun 1870 meskipun demikian, usahanya tetap menggunakan nama Cavadino & Co. Hotel Cavadino dan bertahan sampai tahun 1898. Namun sejak 1899 hotel itu berubah nama menjadi Hotel du Lion d’Or. Di tahun 1941 hotel itu sudah berubah nama lagi menjadi Park Hotel. Dan diperkirakan sekitar pertengahan tahun 1950-an nama hotel itu berubah menjadi Hotel Sriwijaya.
Dari sebuah iklan di tahun 1894, Toko Cavadino disebut sebagai toko yang menyediakan permen, cokelat, cerutu Havana, Belanda dan Manila hingga bir, anggur, dan minuman beralkohol lainnya. Bahkan, begitu terkenalnya usaha ini sampai-sampai jembatan di depan hotel ini dinamakan Jembatan Cavadino (Cavadino Bridge). Jembatan itu kini berada di samping Hotel Sriwijaya, sejajar dengan pintu masuk ke hotel tersebut.
Dari foto lama yang terpampang di dalam hotel ini dan juga dari foto koleksi KITLV, Leiden, yang ditampilkan oleh Scott Merrillees dalam buku yang berjudul Batavia in Nineteenth Century Photographs letak bangunan hotel dan toko kue terpisah. Posisi bangunan Hotel Cavadino, yang kini jadi Hotel Sriwijaya, terlihat berada di pojokan jalan yang masih sangat sepi dengan dua jalur trem di depannya. Sedangkan Toko Cavadino kini menjadi restoran dan masih menjadi bagian dari Hotel Sriwijaya.
Usaha toko dan hotel berjalan terus hingga akhir abad-19. Merrillees mencatat, sebenarnya CAW Cavadino tak lagi sebagai warga Batavia sejak tahun 1870 meskipun demikian, usahanya tetap menggunakan nama Cavadino & Co. Hotel Cavadino dan bertahan sampai tahun 1898. Namun sejak 1899 hotel itu berubah nama menjadi Hotel du Lion d’Or. Di tahun 1941 hotel itu sudah berubah nama lagi menjadi Park Hotel. Dan diperkirakan sekitar pertengahan tahun 1950-an nama hotel itu berubah menjadi Hotel Sriwijaya.
Quote:
6. Hotel Inna dan Candi Baru
Spoiler for Hotel 6:
Quote:
Sekarang kita tinggalkan Jakarta dan pindah ke Semarang, disana telah hadir sebuah hotel yang bernama Hotel Inna Dibya Puri. Soal usianya, hotel ini tak kalah tua dengan hotel-hotel lainnya lantaran Hotel di Semarang ini dibangun tahun 1847. Hotel ini menawarkan sensasi keindahan arsitektur hotel yang pada zaman Penjajahan Belanda bernama Du Paviliun itu. Dan konon di tahun 1945, hotel ini pernah menjadi markas pejuang. Akibat pertempuran lima hari di Semarang, beberapa bagian bangunan, seperti dinding dan jendela mengalami kerusakan.
Masih di sekitaran kota Atlas ada Hotel Candi Baru yang dulunya nama hotel ini adalah Hotel Bellevue. Hotel bergaya art deco ini dibangun pada 1919 dimiliki oleh Van Demen Wars. Kemudian sejak 1961 nama hotel berubah jadi Hotel Candi Baru.
Masih di sekitaran kota Atlas ada Hotel Candi Baru yang dulunya nama hotel ini adalah Hotel Bellevue. Hotel bergaya art deco ini dibangun pada 1919 dimiliki oleh Van Demen Wars. Kemudian sejak 1961 nama hotel berubah jadi Hotel Candi Baru.
Quote:
Lanjut ke Bawah gan
0
4.3K
Kutip
46
Balasan
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan