- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
::Aku supir angkot, bukan pembunuh::


TS
ihaem46
::Aku supir angkot, bukan pembunuh::
Spoiler for Aku sopir angkot bukan pembunuh:
Aku sopir angkot, bukan pembunuh…
Namaku Koiri, sopir angkot kota. Aku seorang narapidana. Bekas jahitan tato melekat ditubuhku. Dulu aku adalah preman pasar, yang setiap hari menarget pedagang pasar dengan paksa. Bahkan sampai aku menikah pun, aku masih sering berjudi dan mencopet. Aku di penjara karena kepergok mencuri sepeda motor milik tetanggaku sendiri. Namun semenjak keluar dari penjara, aku berniat untuk bertobat dan kembali ke keluargaku. Aku berusaha untuk bersikap sebaik mungkin guna menumbuhkan kepercayaan para tetangga kepadaku, bahwa sebenarnya aku sudah tobat dan ingin menjalani kehidupan normal seperti yang lain. Isteriku hanya satu, dengan dua anak laki-laki yang setiap hari menghiburku dengan tawa mereka. Ekonomi kami pas-pasan saja, cukup untuk makan dan biaya sekolah serta keperluan rumah tangga yang lain. Bahkan mungkin terkesan kurang, karena hutang yang belum terbayarkan ketika aku masih gila judi beberapa tahun yang lalu.
Suatu hari, ditengah terik matahari. Aku masih sibuk berkeliling dengan angkot merahku untuk mencari penumpang. Hari itu mungkin bukan keberuntunganku, sepi sekali rasanya. Sejak pagi hingga tengah hari hanya ku dapatkan beberapa penumpang. Mungkin orang sekarang banyak yang sudah kaya, jadi tak perlu naik angkot, cukup mobil pribadi ber-AC mereka sudah bisa pergi kemana-mana tanpa harus gerah dan kepanasan.
Andai aku Gayus Tambunan… pikirku mengandai-andai sambil mendengarkan musik dari radio…
Pandanganku lurus ke depan menatap pinggir jalan, barangkali saja ada penumpang yang akan naik angkotku. Tak lama kemudian, aku melihat gadis remaja yang ku taksir berusia 19 tahun berdiri dan melambai ke angkotku. Senang aku mendapatkan penumpang kala itu. Sebelum naik, gadis itu bertanya tentang alamat yang akan dia tuju. Aku pun memberitahunya bahwa dia sudah benar naik angkotku, karena angkotku selalu melewati jalan yang dituju gadis itu. Sambil melaju, iseng-iseng aku mengajak ngobrol gadis itu. Namun, kelihatannya si gadis kelihatannya gugup, dia hanya menjawab pertanyaanku dengan jawaban yang singkat. Dari obrolan itu, aku tahu namanya adalah Rini, dia seorang mahasiswa baru dari perguruan tinggi di kota ini.
Namanya juga kota yang lumayan padat, macet dimana-mana. Untuk menghindari kemacetan yang lebih parah, aku pun memutar angkotku dan memilih jalan alternatif agar cepat sampai di tujuan. Tiba-tiba, ponsel Rini berdering. Dari percakapan yang dia lakukan, nampaknya dia sedang berbicara dengan saudara atau keluarganya. Rini hari itu memang ingin berkunjung ke rumah saudaranya yang tidak jauh dari kampus. Berhubung ini pertama kali Rini naik angkot, jadi mungkin dia takut. Apalagi di tambah isu-isu kejahatan di angkot yang sedang marak akhir-akhir ini.
Aku tidak akan macam-macam mbak… jangan takut. Batinku…
Setelah Rini selesai mengangkat telpon, aku akan menjelaskan kalau aku memutar angkotku untuk mencari jalan yang lebih cepat.
Tapi sepertinya aku sendiri jadi takut, Rini menangis sesenggukan sambil memegang ponsel ditelinganya. Setelah selesai telepon…
….braakkkk…..
…
Kejadian itu, bersama penumpang angkotku yang bernama Rini. Benar-benar membuatku takut dan nyaris jadi gila. Sekarang aku sedang mendekam di penjara. Sebentar lagi giliranku wawancara terkait meninggalnya Rini.
Aku menjelaskan dengan sejujurnya tanpa kutambahi dan ku kurangi. Aku tidak tahu apa yang sedang terjadi pada Rini. Setelah dia berbicara dengan lawan bicaranya melalui ponselnya, dia melompat keluar dari angkotku yang saat itu melaju dengan kecepatan yang tidak cepat. Namun, karena di belakang angkotku seorang pengendara motor sedang melaju, ditabraklah tubuh Rini yang tiba-tiba keluar dari angkotku. Darah pun mengalir deras dari kepala Rini akibat terbentur bagian depan motor. Aku dan pengendara motor yang ku ketahui bernama Karno pun berusaha membawa Rini ke rumah sakit dengan angkotku. Namun naas, kata dokter yang memeriksanya, Rini sudah meninggal beberapa menit saat perjalanan. Aku pun gugup setengah mati, ku hubungi polisi untuk mengurus jenazahnya dan mengabari keluarga. Tapi yang kudapatkan sampai saat ini adalah tuduhan percobaan rudapaksaan terhadap Rini. Keluarga Rini meragukan keteranganku dan meminta polisi untuk memeriksaku. Akhirnya aku dan Karno terpaksa menginap di penjara beberapa hari ini. Sementara berita kematian Rini yang melompat dari angkot sudah tersebar dimana-mana, koran, majalah, radio, tv dan lainnya. Tapi belum ada kejelasan hukum terhadapku dan Karno. Sudah beberapa hari ini aku tidak bekerja, isteri dan anak-anak yang selalu terbayang di pikiranku. Aku hanya menitipkan mereka di saudaraku sampai aku keluar dari penjara tanpa memberikan uang untuk mereka makan. Semoga saudaraku mau memakluminya, walaupun keadaan ekonominya tak lebih baik dariku.
Setelah di wawancarai, aku melihat sekilas berita di tv bahwa seorang anak pejabat yang diketahui tanpa sengaja menabrak pejalan kaki dan ditetapkan sebagai tersangka, namun bebas tinggal di rumah mewahnya dengan alasan masih dalam penyembuhan akibat shock menabrak dua orang hingga meninggal. Adilkah ini untukku, sopir angkot yang mencari makan bukan mencari kaya…
Aku harap kasus ini cepat selesai, dan aku bisa kembali ke keluarga secepatnya.
ane gak tau ini tentang kasus yang sekarang lagi diproses (kasus mahasiswa UI yang lompat dari angkot) ataw hasil ide fiksi si penulis ataw mungkin si penulis menceritakan kisah itu tapi dengan tokoh yang disamarkan namanya.
itu sih pintar2nya agan dalam membaca dan memaknai tulisan ini.
Spoiler for sumber:
[url]http://ayuulfadewi.blogdetik..com/2013/02/17/aku-sopir-angkot-bukan-pembunuh/[/url]
kalo udah baca

Diubah oleh ihaem46 19-02-2013 19:29
0
1.4K
Kutip
17
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan