Aku ingat...
Saat kita berjalan berdua di bawah pohon-pohon rindang dan kau sibuk dengan rambutmu yang berkilauan emas di timpa oleh cahaya senja. Hujan dedaunan berwarna kecoklatan karena layu selalu menemani tawa renyah, canda girang kita. Bergandengan tangan menyusuri jalan setapak di taman rahasia. Yang sering disebut orang “Kebun Raya Bogor”

Café Kenangan…
Seorang pria duduk sendiri di pojok café, asyik menghisap sebatang rokok lalu meneguk secangkir espresso. Memandang dengan nanar di sekelilingnya, melihat iri pasangan muda-mudi yang berpacaran. Sesekali menjaga api di lilin agar tidak redup oleh angin malam. Lilin yang berjumlah lima buah tertancap mantap pada sebuah kue tart. Dan di hisap lagi rokoknya, di hembuskan kembali dengan perasaan lega menatap asap-asap itu terurai menghilang bersama udara.

Air Mata…
Kenangan ini membuat air mataku mengalir sia-sia, entah apa yang harus ku tangisi. Ku petik air mata ini dan buang jauh-jauh dari sisiku, kembali ku kenakan kacamata agar aku dapat melihat dunia nyata lebih terang.
Kenapa yang kulihat wajahmu, kenapa semua wajah wanita berubah menjadi wajahmu dengan berbagai mimik, yang selalu membuatku rindu.

Ku hapus tulisan (alm) yang tercetak pada kue tart
Ku seka kembali air mata di balik kacamata ini
Ku gurat senyum manis untuk dirimu, disana…
Selamat Ulang Tahun, Sayang…