- Beranda
- Komunitas
- Story
- Stories from the Heart
Arti sebuah detik
TS
Kankurou19
Arti sebuah detik
Kenangan itu tak ubahnya pohon rindang di tengah belantara.
Kerap kita tak mempedulikannya, namun bila saatnya tiba. Kau akan terperangah bila melihatnya, dan dadamu sesak dengan rasa tak percaya. Barulah kau sadari, betapa megahnya momen yang terbekukan itu.
Lelaki itu terduduk sendiri di depan meja belajarnya, ditemani sebatang rokok yang apinya merayap pelan. Matanya rajin menekuni setiap foto yang ia ganti sedari tadi dari laptopnya. ‘Ah ini kan ketika aku sedang ini, ah ini kan ketika dia sedang itu, ah! Ini kan dia yang bodoh!’ Atau... ‘hahaha! Lucu sekali mukanya,’ dan seterusnya.
Hingar bingar kehidupan tak kunjung reda didepan rumahnya, pukul sembilan malam teriakan kenalpot motor dan mobil terus saut menyaut menghiasi Jakarta seperti dalam keseharian, namun ia seperti tidak sedang disana. Hanya jasadnya saja, ya... hanya jasadnya saja. Ia sedang pergi ke masa lalu, melalui sebuah foto yang tua, ia menyelam kedalam kenangan. Dan seperti yang aku bilang tadi, ia terperangah.
Kenangan selalu lebih manis dari pada aslinya, tapi yang lebih manis lagi adalah, ketika harapanmu agar kenangan itu terulang, terjadi... namun sedih tak terperikan, bila kukatakan dalam bahasa matematika, itu semua tak lebih dari nol, kawan. Maaf, tapi kita harus menelan itu bulat-bulat.
Teman yang telah tiada, harus kau ihklaskan. Waktu yang telah tertinggal, dapat kau sejarahkan. Kebersamaan yang terlewatkan, dapat kau banggakan. Dengan senyuman. Dan semua tidak akan sia-sia.
Aku ingin sedikit berpesan. Hargailah setiap detik yang kau punya, karena pada suatu ketika nanti, pada saat sebuah detik menjelma menjadi sebuah kisah, legenda, atau sejarah (setidaknya dalam hidupmu), kau akan dapat merasakan kebahagiaan hanya dengan mengingatnya, atau bahkan, menitikan air mata bersama senyum yang tak bisa kau jelaskan rasanya. Hanya karena kau pernah melewati detik itu.
Kerap kita tak mempedulikannya, namun bila saatnya tiba. Kau akan terperangah bila melihatnya, dan dadamu sesak dengan rasa tak percaya. Barulah kau sadari, betapa megahnya momen yang terbekukan itu.
Lelaki itu terduduk sendiri di depan meja belajarnya, ditemani sebatang rokok yang apinya merayap pelan. Matanya rajin menekuni setiap foto yang ia ganti sedari tadi dari laptopnya. ‘Ah ini kan ketika aku sedang ini, ah ini kan ketika dia sedang itu, ah! Ini kan dia yang bodoh!’ Atau... ‘hahaha! Lucu sekali mukanya,’ dan seterusnya.
Hingar bingar kehidupan tak kunjung reda didepan rumahnya, pukul sembilan malam teriakan kenalpot motor dan mobil terus saut menyaut menghiasi Jakarta seperti dalam keseharian, namun ia seperti tidak sedang disana. Hanya jasadnya saja, ya... hanya jasadnya saja. Ia sedang pergi ke masa lalu, melalui sebuah foto yang tua, ia menyelam kedalam kenangan. Dan seperti yang aku bilang tadi, ia terperangah.
Kenangan selalu lebih manis dari pada aslinya, tapi yang lebih manis lagi adalah, ketika harapanmu agar kenangan itu terulang, terjadi... namun sedih tak terperikan, bila kukatakan dalam bahasa matematika, itu semua tak lebih dari nol, kawan. Maaf, tapi kita harus menelan itu bulat-bulat.
Teman yang telah tiada, harus kau ihklaskan. Waktu yang telah tertinggal, dapat kau sejarahkan. Kebersamaan yang terlewatkan, dapat kau banggakan. Dengan senyuman. Dan semua tidak akan sia-sia.
Aku ingin sedikit berpesan. Hargailah setiap detik yang kau punya, karena pada suatu ketika nanti, pada saat sebuah detik menjelma menjadi sebuah kisah, legenda, atau sejarah (setidaknya dalam hidupmu), kau akan dapat merasakan kebahagiaan hanya dengan mengingatnya, atau bahkan, menitikan air mata bersama senyum yang tak bisa kau jelaskan rasanya. Hanya karena kau pernah melewati detik itu.
anasabila memberi reputasi
1
626
0
Komentar yang asik ya
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan