Kaskus

Entertainment

khusnindzarAvatar border
TS
khusnindzar
Ahmadiyah: Antara Fakta dan Data
Spoiler for belajar bikin thread gan:

Spoiler for maaph kalau Repsol ya...:
emoticon-Blue Repost
Untuk sekedar berbagi wawasan..

A. Ahmadiyah: Gerakan Pembaharuan Islam

Merujuk pada al-Qur’ān, surat an-Nūr ayat 55 dan Hadits riwayat Abu Daud, bahwa pembangkitan khalifah pasca-Nabi, pada permulaan tiap-tiap abad, yang kemudian lebih dikenal sebagai Mujaddid, dan interpretasi ulang atas ayat tersebut, Ahmadiyah[3] telah melakukan gerakan pembaharuan Islam. Pembaharuan yang dimaksud adalah dinamisasi keimanan, purifikasi akidah dan ibadah, dan reinterpretasi al-Qur’an sesuai dengan tuntutan zaman.

Meski mendapatkan banyak perlawanan dan penyesatan, pembelaan dan penyiaran Islam melalui lima cabang kegiatan dakwah Islam sesuai dengan apa yang telah digariskan dalam kitab Fath al-Islām (1983), tetap dilakukan oleh Ahmadiyah dengan menyusun karangan-karangan atau buku-buku dan menerbitkannya, mengedarkan brosur-brosur dan maklumat-maklumat dilanjutkan dengan pembahasan dan diskusi, berkomunikasi langsung lewat kunjungan ceramah dan majelis taklim, berkorespondensi dengan mereka yang mencari atau menolak kebenaran Islam.

Resistensi terhadap gerakan Ahmadiyah berupa penyesatan yang dilanjutkan dengan tindak kekerasan,[4] selama ini lebih didasarkan pada kekurang arifan dalam memilah dua golongan Ahmadiyah,[5] dan pemahaman sepihak dalam mengkaji Ahmadiyah yang pada umumnya tidak menggunakan pendekatan historis.

Secara historis, berdirinya Ahmadiyah tidak terlepas dari sejarah Mirza Ghulam Ahmad sebagai pendiri gerakan. Sesudah India menjadi koloni Inggris, umat Islam India semakin terisolasi dengan sikap-sikap lama (baca, konservatif) yang masih dipelihara. Keadaan umat Islam India ini semakin buruk terutama sesudah terjadi pemberontakan Mutiny tahun 1857 M. Titik pijak kelahiran Ahmadiyah dimulai ketika umat Islam India mengalami kemunduran dalam bidang agama, politik, ekonomi, dan lainnya.

Menurut Wilfred Cantwell Smith, Ahmadiyah lahir di tengah huru-hara runtuhnya masyarakat Islam lama dengan sikap yang baru, karena infiltrasi budaya dari Inggris, serangan gencar kaum misionaris Kristen, dan berdirinya Universitas Aligarh. Ahmadiyah lahir sebagai protes terhadap keberhasilan kaum missionaris Kristen memperoleh pengikut-pengikut baru dan serangan Hindu (Arya Samaj). Selain itu, juga sebagai protes terhadap paham rasionalis dan westernisasi yang dibawa Sayyid Ahmad Khan dengan Aligarhnya.

Sementara itu, secara internal umat Islam pada masa itu baik di India maupun luar India berada pada kondisi yang memprihatinkan. Sikap jumud dan fatalistik membuat umat Islam statis sehingga umat Islam mengalami kemunduran termasuk dalam bidang keagamaan. Dalam konteks ini, Ahmadiyah lahir sebagai protes atas kemorosotan Islam pada saat itu yang sebagai besar di bawah kungkungan kolonialisme negara-negara Barat.

Pada perkembangannya, Ahmadiyah kini memiliki sekitar 200 juta pengikut setia di seluruh dunia. Hingga saat ini, Jema’at Ahmadiyah telah menyebar ke-120 negara dan dalam penyebaran agama Islam di Amerika dan Eropa, sebenarnya umat Islam perlu mengucapkan rasa terima kasih kepada Jemaat Ahmadiyah. Merekalah yang mendakwahkan Islam secara bijak, jujur, terbuka dan jauh dari aksi kekerasan dan anarkisme. Bahkan di negara yang penduduknya kebanyakan non-Muslim, Ahmadiyah justru lebih bisa diterima. Di Rwanda, Hongkong dan Portugis, Ahmadiyah telah menunjukan eksistensi komunitasnya. Itulah torehan prestasi yang hingga saat ini jauh melebihi komunitas Sunni, Syi’ah, NU, Muhammadiyah, atau kelompok keagamaan lainnya. Inilah torehan tinta emas yang barangkali sulit ditemukan bandingannya dalam komunitas umat Islam. Tetapi prestasi itu tetap saja tidak membuat umat Islam di Indonesia terutama, bisa menerima Ahmadiyah sebagai anak kandung Islam. Kemajuan dalam pengembangan sistem informasi seakan tidak memiliki arti, tatkala pemikiran keagamaan yang dikembangkannya dianggap melenceng jauh dari landasan normatif yang sebenarnya juga masih dalam perdebatan.

C. Doktrin Ahmadiyah

Di Indonesia, diperkirakan lebih dari 500 ribu Ahmadie-sebutan untuk pengikut Ahmadiyah. Menurut data JAI (Jema’at Ahmadiyah Indonesia),[12] jumlah pengikutnya secara nasional antara 2-3 juta orang yang di sensus KTP tertulis Islam.[13] Perkembangan keanggotaan ini menunjukkan dapat diterimanya ajaran-ajaran Ahmadiyah berupa doktrin-doktrin penting yang tidak bisa dilepaskan dari persoalan al-Mahdi dan al-Masih, dan berkait erat dengan masalah mujaddid, kenabian, wahyu, khilafah serta jihad, meski doktrin-doktrin tersebut tidak paralel dengan pandangan umat Islam pada umumnya, termasuk para ulama di Indonesia.

Dari hasil penelitian LPPI (Lembaga Penelitian dan Pengkajian Islam) ditemukan butir-butir kesesatan dan penyimpangan Ahmadiyah ditinjau dari ajaran Islam yang sebenarnya. Secara ringkas, diketahui bahwa Ahmadiyah mempunyai nabi dan rasul sendiri, kitab suci, tanggal, bulan, tahun, dan tempat untuk haji sendiri serta khalifah sendiri, yang sekarang khalifah yang ke 4 yang bermarkas di London Inggris bernama: Thahir Ahmad.

Senada dengan itu, umumnya para ulama di dunia menyatakan bahwa Ahmadiyah itu bukan bagian dari Islam. Sebab doktrin-doktrin yang mereka ajarkan sudah terlalu jauh menyimpang dari aqidah Islam. Diantaranya apa yang telah diedarkan oleh Liga Fiqih Islam (Majma’ Fiqih Islami) tentang sesatnya doktrin Ahmadiyah, seperti belum berakhirnya kenabian.

Pokok permasalahan yang menyebabkan ketidaksepahaman mayoritas ulama khususnya dari kalangan sunni adalah perihal kewahyuan. Dalam kasus Ahmadiyah, konsepsi wahyu yang berkait erat dengan kenabian, menjadi sumber kontroversi utama berupa adanya kitab Tadzkirah disamping sang penerima wahyu itu sendiri, yakni Mirza Ghulam Ahmad.

C. Gerakan Ahmadiyah Indonesia

Masuknya Ahmadiyah ke Indonesia melalui pelajar Sumatera, yang belajar di India dan kembali ke Indonesia sekitar tahun 1925. Mereka ini membawa tafsiran baru terhadap Al-Qur’an yang rasional. Karya-karya pemikir Ahmadiyah mulai menjadi bahan bacaan yang menarik sampai Haji Agus Salim (tokoh Sarekat Islam) menyatakan bahwa dari segala jenis tafsir Al-Qur’an, tafsir Ahmadiyalah (baca, The Holy Qur’an karya Maulana Muhammad Ali[17]) yang paling baik untuk memberi kepuasan kepada pemuda-pemuda Indonesia terpelajar. Kegiatan Ahmadiyah menyebar di berbagai daerah seperti Yogyakarta, Bogor, Tasikmalaya, Sukabumi,

Banjarnegara, Wonosobo, Kuningan, Lombok Timur, Purwokerta dan daerah lainnya.

Namun, data yang ada menunjukkan bahwa faham Ahmadiyah Anjuman Isya’ati Islam atau Ahmadiyah Lahore masuk ke Indonesia pada tahun 1924 dengan perantaraan dua muballigh, Mirza Wali Ahmad Baig dan Maulana Ahmad. Pada tanggal 10 Desember 1928, Gerakan Ahmadiyah Indonesia (sentrum Lahore) didirikan oleh R.Ng.H. Minhajurrahman Djajasugita dkk, yang mendapat Badan Hukum Nomor I x tanggal 30 April 1930.

Dengan diberlakukannya Undang-undang Nomor 8 Tahun 1985 tentang organisasi kemasyarakatan, yang mewajibkan organisasi kemasyarakatan berasaskan Pancasila, maka GAI juga berasaskan Pancasila. Anggaran Dasar GAI telah diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia Tanggal 28 November 1986 Nomor 95 Lampiran Nomor 35. Dan juga telah termasuk dalam Daftar Organisasi Kemasyarakatan Lingkup Nasional yang terdaftar di Depdagri.

Dalam melaksanakan aktivitas dakwahnya, GAI menerbitkan seratusan judul buku-buku agama dalam bahasa Belanda, Jawa dan Indonesia serta lembaga pendidikan formal bernama Yayasan Perguruan Islam Republik Indonesia (PIRI) di Yogyakarta dan di berbagai daerah, yang menyelenggarakan pendidikan (sekolah) mulai tingkat Taman Kanak-Kanak sampai Perguruan Tinggi.

Sedangkan fokus gerakan dakwahnya, Ahmadiyah Lahore lebih menitikberatkan pada aspek spiritual Islam yang bersifat mahdiistik, yakni adanya suatu keyakinan yang lebih menekankan pada kehadiran Mirza Ghulam Ahmad sebagai al-Mahdi atau “Juru Damai” yang mempunyai tugas untuk memperstukan kembali perpecahan umat Islam, baik di bidang akidah maupun syri’ah. Lebih dari itu, al-Mahdi juga di yakini bertujuan mempersatukan kembali sebuah agama, terutama agama agama Nashrani dan Hindu, agar melebur ke dalam Islam.

Sebagai gerakan pembaharuan dalam Islam, Ahmadiyah (Lahore) dapat dikatakan tidak menyimpang dari al-Quran dan al-Sunnah, baik dibidang akidah maupun syariah. Secara rinci akidah Ahmadiyah telah dirumuskan oleh Maulana Muhammad Ali, dalam bukunya Al-Bayān fi al-Rujū’ ila al-Qur’ān (1930: 33-35). Dari kesepuluh rumusan akidah tersebut, tidak diketemukan penyimpangannnya dari ajaran Islam.

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa akidah Ahmadiyah Lahore lebih menitik tekankan pada penjagaan akidah yang telah ditegakkan oleh Hazrat Mirza Ghulam Ahmad, bahwa Nabi Suci Muhammad saw adalah Khātam al-Nabiyyīn dalam arti penutup (segel) para Nabi, sesudah beliau tak ada Nabi lagi, baik Nabi lama ataupun Nabi baru. Akidah yang menjadi landasan persatuan kesatuan umat manusia setelah Keesaan Ilahi ini yang dipegang teguh oleh kaum Ahmadie (Lahore). Sejarah pun, menjadi saksi. Akidah ini mulai tergoyang dan menyimpang sepeninggalan Hazrat Mirza Ghulam Ahmad pada tahun 1914, kemudian ditegakkan kembali oleh sekretaris Hazrat Mirza Ghulam Ahmad sendiri, yaitu Maulana Muhammad Ali dengan berdirinya Ahmadiyah Anjuman Isha’ati Islam, Lahore.***

Spoiler for maaph jika ada yang salah atau kepanjangan ya Gan...:
0
1.4K
4
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan