TEMPO.CO, Jakarta - Sudah tiga bulan ini Latief Sitepu enggan pergi ke mal atau makan di restoran yang terbuka untuk umum. Mengapa demikian? "Saya selalu kena sasaran enggak enak setiap bertemu masyarakat," kata aktor berusia 72 tahun ini yang ditemui di sela-sela syuting sinetron Tukang Bubur Naik Haji (TBNH). "Mereka yang mendatangi saya selalu memaki, mencubit, bahkan menonjok perut saya hingga kesakitan."
Di sinetron ini Latief memerankan tokoh Haji Muhidin yang pelit,
menyebalkan, selalu nyinyir, tukang fitnah, bergunjing, dan sering mencari gara-gara bertengkar dengan Haji Sulam. Pokoknya, sosok Muhidin sangat negatif.
Gara-gara berperan antagonis Latief sering ketiban pulung. Dia menceritakan suatu malam ia berobat ke apotek bersama istrinya dan sedang antre resep dokter. Dia didatangi tiga ibu-ibu yang menonjok keras perutnya hingga kesakitan dan menyiram dengan air bekas kopi. "Sakit sekali, tapi saya tidak bisa berbuat apa-apa. Setelah saya menjelaskan tokoh Muhidin hanya di sinetron, dan dalam keseharian saya tidak demikian, mereka baru meminta maaf."
Menurutnya, masyarakat Indonesia sering tidak bisa membedakan mana peran dan mana dalam hidup keseharian. Dia mengaku sampai harus menahan sakit setiap bertemu masyarakat yang memperlakukannya dengan negatif.
"Berulang kali saya bilang itu hanya peran. Eh, masyarakat enggak mau paham mereka menilai Haji Muhidin keterlaluan selalu cari gara-gara dengan Haji Sulam yang baik. Ya sudahlah, saya terima nasib dan memilih untuk sementara menjauh dari area publik menghindari serangan negatif, ha...ha...ha," ucapnya panjang lebar, sambil terbahak.
Tetapi, di sisi lain, Latief bersyukur dengan perlakuan tersebut. Dengan itu, menurutnya, berarti ia berhasil memerankan sosok Muhidin. "Buktinya masyarakat sangat antusias begitu, he...he...he," tuturnya dengan geli. Untuk sementara pria yang sudah menekuni dunia keartisan sejak 1963 ini memang waktunya tersita untuk syuting TBNH yang stripping ini.
"Jadi saya cukup tahu diri, karena alasan pekerjaan juga, untuk sementara lebih baik saya menghindar berada di tempat umum yang mengakibatkan kejadian fatal dan tidak mengenakkan buat saya," katanya lagi.
Latief sendiri tidak menduga bila perannya sangat diminati masyarakat, meski dia harus siap menerima konsekuensi yang tak indah itu. "Sebetulnya peran Haji Muhidin mencerminkan kondisi di Indonesia banyak terjadi sosok Haji Muhidin, Muhidin yang lain yang memang tabiatnya menyebalkan, meski sudah beberapa kali ke Tanah Suci," ucapnya dengan serius.
Dia mengharapkan banyaknya sosok Muhidin di kehidupan nyata yang terjadi di Indonesia tidak keterlaluan. Karena, bakal terjadi hal tidak enak yang akan merugikan dirinya di masyarakat. Dia mencontohkan dirinya yang berperan di sinetron diperlakukan buruk. "Bisa kebayang Muhidin di kehidupan nyata akan jadi musuh bersama dan banyak orang," ujarnya geli. Jadi "pak haji" memang enggak boleh pelit seperti Muhidin ya?
sekian...