- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Saya dan Gangguan OCD (Obsessive Compulsive Disorder) (?)
TS
benjoel36
Saya dan Gangguan OCD (Obsessive Compulsive Disorder) (?)
Sebelum membaca cerita ini, saya akan meluruskan pemahaman kalian bahwa saya adalah manusia biasa, sama seperti kalian juga. Saya bukan ultraman yang bisa berubah wujud menjadi superhero bersinar dan ditugasi menumpas monster-monster jahat yang menyerang bumi. Setidaknya, begitulah plot utama film Ultraman yang legendaris itu. Saya tetap manusia biasa sebanyak apapun Mario Teguh berkata, “Salam Super.”
Saya letih menahan semua kegelisahan ini. Ya, saya merasa ada benarnya bila saya disarankan menemui seorang psikolog karena tingkahku yang kian aneh belakangan ini. Saya sendiri tak habis pikir kenapa saya merasa begitu terbebani dengan pikiran-pikiran yang terus berkecamuk dalam otakku.
Pikiran-pikiran yang terus muncul di setiap penat yang saya rasakan.
Banyak orang yang bilang kalau saya terlalu banyak berpikir sehingga tampak aneh. Tentu saja apa yang dikatakan itu merupakan opini yang jujur dan tidak ada niatan untuk mengejek atau menjatuhkan reputasiku sebagai mahasiswa (setidaknya selama saya masih menjadi mahasiswa sampai detik saya mengetik cerita ini). Sebongkah sebal seringkali menyeruak dari benakku. Kenapa saya harus memikirkan apa-apa yang sebenarnya tidak penting untuk dipikirkan?
Saya tak kunjung tahu kenapa. Jawaban itu melayang-layang dan menuntutku untuk terus mencari tahu. Hingga suatu ketika saya bersurfing ria di internet dan menemukan kata ini
“
Ya, sebuah penyakit jiwa yang mendorong penderitanya untuk melakukan sesuatu secara berulang-ulang (kompulsi) untuk menenangkan kecemasannya. Contoh kecil yang biasa saya alami adalah mengecek pintu terkunci secara berulang. Rasa cemas penderita OCD juga cukup merepotkan. Berawal dari rasa cemas itu, banyak tingkah aneh yang dilsayakan penderita OCD untuk menenangkan pikirannya yang cenderung obsesif.
Ahh...barangkali pemahamanku dalam hal ini terlalu banyak mengundang keliru. Maklumlah, cuma analisis sepihak dariku pribadi selaku korban penyakit psikologis tersebut. Saya pun belum pernah sekalipun menemui psikolog. Boleh jadi kalo pergi ke psikolog saya dikira sudah gila (mungkin ada benarnya). Entah sejak kapan dan sampai kapan saya terus begini. Cerita-cerita dan notes (catatan) yang akan saya tulis di sini cuma salah satu obat penenangku atas pikiran dan imajinasi yang terus berkecamuk selama ini di otakku.
Dengan menulis inilah, saya berharap kondisiku menjadi lebih baik. Setidaknya, diksi “penderita” yang selama ini jamak dipakai untuk menyebut orang yang mengidap penyakit tertentu tidak akan berlaku padaku. Kenapa? Ya, karena saya tidak layak kalau disebut men- “derita.“Dan saat ini saya sedang dalam upaya karantina untuk membuat normal diriku sendiri.
Maaf, tulisanku ini terlalu berbelit-belit. Terlebih kalau kalian belum pernah menemuiku secara langsung. Yang jelas, saya sengaja menulis catatan ini untuk menumpahakan perasaan. bahasa bekennya curcol atawa curhat. Lebay? Ya, tidak cuma kalian kok yang pernah mengira atau mengatakan secara langsung kalau saya tuh lebay. (Lebay is just a way).
Terlalu banyak cerita yang terbuang di otakku. Terlalu banyak senyuman indah yang tak terlukis oleh kata yang menghampiri kedua mata saya. Saya ingin menulis semua rangkaian cerita dalam hidup ini yang tak jemu meneror otakku dengan kelebat imajinasi. Ibarat pelangi yang tampak oleh mata namun tak pernah bisa kita genggam.
Meski telinga saya sedikit bermasalah, namun tak mengapa. Meskipun kejiwaanku (mungkin) bermasalah, tak mengapa. Barangkali orang menyebutku ‘gila’ tapi se-’gila-gila’-nya manusia, kalau masih encer otaknya dan hidup hatinya saya pikir masih ada jalan bagi kita untuk berbenah dan membantu sesama.
Boleh jadi, dengan kondisi yang demikian itulah Tuhan memberi jalan terang pada saya. Mungkin dengan keterbatasan fisik inilah saya lebih punya banyak kesempatan untuk belajar bersyukur dan mengagumi betapa Maha Kuasa Allah SWT itu. Ya, saya hanya mencoba menerka pesan tersirat yang coba disampaikan Tuhan. Kau pun juga menerima pesan itu. Percayalah! Sudahkah kau baca pesan dari Tuhanmu?
End (//_n)v
Saya letih menahan semua kegelisahan ini. Ya, saya merasa ada benarnya bila saya disarankan menemui seorang psikolog karena tingkahku yang kian aneh belakangan ini. Saya sendiri tak habis pikir kenapa saya merasa begitu terbebani dengan pikiran-pikiran yang terus berkecamuk dalam otakku.
Pikiran-pikiran yang terus muncul di setiap penat yang saya rasakan.
Banyak orang yang bilang kalau saya terlalu banyak berpikir sehingga tampak aneh. Tentu saja apa yang dikatakan itu merupakan opini yang jujur dan tidak ada niatan untuk mengejek atau menjatuhkan reputasiku sebagai mahasiswa (setidaknya selama saya masih menjadi mahasiswa sampai detik saya mengetik cerita ini). Sebongkah sebal seringkali menyeruak dari benakku. Kenapa saya harus memikirkan apa-apa yang sebenarnya tidak penting untuk dipikirkan?
Saya tak kunjung tahu kenapa. Jawaban itu melayang-layang dan menuntutku untuk terus mencari tahu. Hingga suatu ketika saya bersurfing ria di internet dan menemukan kata ini
“
OBSESIVE COMPULSIVE DISORDER
”Ya, sebuah penyakit jiwa yang mendorong penderitanya untuk melakukan sesuatu secara berulang-ulang (kompulsi) untuk menenangkan kecemasannya. Contoh kecil yang biasa saya alami adalah mengecek pintu terkunci secara berulang. Rasa cemas penderita OCD juga cukup merepotkan. Berawal dari rasa cemas itu, banyak tingkah aneh yang dilsayakan penderita OCD untuk menenangkan pikirannya yang cenderung obsesif.
Ahh...barangkali pemahamanku dalam hal ini terlalu banyak mengundang keliru. Maklumlah, cuma analisis sepihak dariku pribadi selaku korban penyakit psikologis tersebut. Saya pun belum pernah sekalipun menemui psikolog. Boleh jadi kalo pergi ke psikolog saya dikira sudah gila (mungkin ada benarnya). Entah sejak kapan dan sampai kapan saya terus begini. Cerita-cerita dan notes (catatan) yang akan saya tulis di sini cuma salah satu obat penenangku atas pikiran dan imajinasi yang terus berkecamuk selama ini di otakku.
Dengan menulis inilah, saya berharap kondisiku menjadi lebih baik. Setidaknya, diksi “penderita” yang selama ini jamak dipakai untuk menyebut orang yang mengidap penyakit tertentu tidak akan berlaku padaku. Kenapa? Ya, karena saya tidak layak kalau disebut men- “derita.“Dan saat ini saya sedang dalam upaya karantina untuk membuat normal diriku sendiri.
Maaf, tulisanku ini terlalu berbelit-belit. Terlebih kalau kalian belum pernah menemuiku secara langsung. Yang jelas, saya sengaja menulis catatan ini untuk menumpahakan perasaan. bahasa bekennya curcol atawa curhat. Lebay? Ya, tidak cuma kalian kok yang pernah mengira atau mengatakan secara langsung kalau saya tuh lebay. (Lebay is just a way).
Terlalu banyak cerita yang terbuang di otakku. Terlalu banyak senyuman indah yang tak terlukis oleh kata yang menghampiri kedua mata saya. Saya ingin menulis semua rangkaian cerita dalam hidup ini yang tak jemu meneror otakku dengan kelebat imajinasi. Ibarat pelangi yang tampak oleh mata namun tak pernah bisa kita genggam.
Meski telinga saya sedikit bermasalah, namun tak mengapa. Meskipun kejiwaanku (mungkin) bermasalah, tak mengapa. Barangkali orang menyebutku ‘gila’ tapi se-’gila-gila’-nya manusia, kalau masih encer otaknya dan hidup hatinya saya pikir masih ada jalan bagi kita untuk berbenah dan membantu sesama.
Boleh jadi, dengan kondisi yang demikian itulah Tuhan memberi jalan terang pada saya. Mungkin dengan keterbatasan fisik inilah saya lebih punya banyak kesempatan untuk belajar bersyukur dan mengagumi betapa Maha Kuasa Allah SWT itu. Ya, saya hanya mencoba menerka pesan tersirat yang coba disampaikan Tuhan. Kau pun juga menerima pesan itu. Percayalah! Sudahkah kau baca pesan dari Tuhanmu?
End (//_n)v
0
24K
41
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan