- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Kampung Tugu Jejak Portugis Yang Nyaris Terlupakan
![ayahziza]](https://s.kaskus.id/user/avatar/2009/07/18/avatar992632_4.gif)

TS
ayahziza]
Kampung Tugu Jejak Portugis Yang Nyaris Terlupakan

Bem-Vindo
Jakarta yang kaya keragaman budaya dari berbagai belahan dunia ternyata masih menyimpan peninggalan budaya bangsa Portugis.Salah satunya adalah Kampoeng Portugueseyang biasa kita kenal dengan Kampung Tugu. Berlokasi di Kelurahan Semper Barat, Kecamatan Cilincing, Jakarta Utara, Mengapa di sebut kampung tugu? Kata Tugu berasal dari kata Portuguese. Jika diperhatikan kata “Tugu” itu berasal dari tengah-tengah kata PorTUGUese
Quote:
NOTES
Spoiler for Notes:
Sebelumnya ane mohon maaf apabila Thread ini
,dan mohon koreksi bila ada kesalahan dalam tulisan TS
keep Posting gan

keep Posting gan

Quote:
Quote:

Quote:
SEJARAH SINGKAT KAMPUNG TUGU
Quote:
Keberadaan Kampung Tugu sendiri tidak muncul begitu saja. Ada rentetan sejarah yang mengiringi kehadiran perkampungan ini. Berdasarkan cerita dan literatur yang ada, pada masa Pemerintahan Kolonial Belanda, Kampung Tugu merupakan hunian bagi tawanan Portugis yang telah dibebaskan penguasa Belanda. Sejak VOC menaklukkan kekuasaan bangsa Portugis di Malaka pada tahun 1641 M, para tawanan dan budak Portugis diboyong Belanda ke pusat kota dagang baru di Batavia. Para budak dan tawanan tersebut terdiri dari orang-orang Portugis dan orang-orang dari daerah yang diduduki oleh Portugis kala itu, seperti Goa, Malabar, Bengal, dan Colomander. Rata-rata mereka beragama Katolik dan menggunakan bahasa Portugis sehari-hari.
VOC kemudian memindahkan sekitar 22 kepala keluarga mantan tawanan tersebut ke sebuah perkampungan yang berjarak sekitar 20 kilometer sebelah tenggara Batavia pada tahun 1661 M. Perkampungan inilah yang sekarang lebih dikenal dengan nama Kampung Tugu. Sejak itu, sekitar 150 orang Portugis menetap di Kampung Tugu dan bersosialisasi dengan masyarakat lain yang telah ada sebelumnya. Mereka pun dijuluki Mardjiker alias kaum yang dimerdekakan.
Ada beberapa versi yang menceritakan asal-usul Kampung Tugu itu sendiri. De Graff, sejarawan Belanda, menyebut nama Tugu berasal dari kata por tugu (Portugis), sebutan orang Portugis yang tinggal dan menetap di kampung itu. Namun, versi lain menyebutkan, nama Tugu dikaitkan dengan penemuan sebuah prasasti (tugu) batu bertuliskan huruf Pallawa dari masa kekuasaan Raja Purnawarman, Kerajaan Tarumanegara, disekitar perkampungan tersebut, yang berarti batu bersurat atau batu peringatan. Prasasti ini dikenal dengan nama Prasasti Tugu. Namun, sejak tahun 1911 M, Prasasti Tugu dipindahkan ke Museum Nasional (Museum Sejarah Jakarta).
VOC kemudian memindahkan sekitar 22 kepala keluarga mantan tawanan tersebut ke sebuah perkampungan yang berjarak sekitar 20 kilometer sebelah tenggara Batavia pada tahun 1661 M. Perkampungan inilah yang sekarang lebih dikenal dengan nama Kampung Tugu. Sejak itu, sekitar 150 orang Portugis menetap di Kampung Tugu dan bersosialisasi dengan masyarakat lain yang telah ada sebelumnya. Mereka pun dijuluki Mardjiker alias kaum yang dimerdekakan.
Ada beberapa versi yang menceritakan asal-usul Kampung Tugu itu sendiri. De Graff, sejarawan Belanda, menyebut nama Tugu berasal dari kata por tugu (Portugis), sebutan orang Portugis yang tinggal dan menetap di kampung itu. Namun, versi lain menyebutkan, nama Tugu dikaitkan dengan penemuan sebuah prasasti (tugu) batu bertuliskan huruf Pallawa dari masa kekuasaan Raja Purnawarman, Kerajaan Tarumanegara, disekitar perkampungan tersebut, yang berarti batu bersurat atau batu peringatan. Prasasti ini dikenal dengan nama Prasasti Tugu. Namun, sejak tahun 1911 M, Prasasti Tugu dipindahkan ke Museum Nasional (Museum Sejarah Jakarta).
Quote:
TRADISI DAN KEBUDAYAAN
Quote:
Coret Bedak & Rabo-rabo
Ada ritual unik yang masih dipertahankan masyarakt di sana, yakni Ritual Mandi-mandi. Ritual ini merujuk pada upacara saling memaafkan di antara warga Kampung Tugu, yang dibumbui kegiatan mencorengkan bedak di wajah mereka. Ritual ini merupakan warisan kaum Mardjiker dan diselenggarakan setiap perayaan tahun baru.acara atau tradisi ini juga dilakukan untuk mengobati kerinduan orang keturunan portugis yang ada diluar kampung tugu dengan kampungnya di tugu itu sendiri,Biasanya acara ini diselenggarakan minggu kedua di bulan januari setiap tahunnya.Sebelum acara mandi-mandi ini digelar masyarakat Kampung Tugu menyelenggarakan 'Rabo-rabo', yakni bermain musik dengan berkeliling mengunjungi beberapa keluarga yang tinggal di kawasan Kampung Tugu. Konon tradisi kebudayaan ini sudah ada sejak zaman nenek moyang mereka yang keturunan Portugis.
Spoiler for Penampakan:








Kerontjong Toegoe
Quote:

Quote:
Keroncong Tugu menjadi bagian yang tak terpisahkan dari sejarah keberadaan Kampung Tugu. Kesenian ini sering dipentaskan pada pesta perkimpoian, ulang tahun, peresmian, jamuan makan, menyambut tamu asing, perayaan Natal, dan perayaan Tahun Baru.
Musik keroncong digemari oleh masyarakat Tugu di Jakarta Utara. Jenis musik inilah yang menjadi cikal bakal keroncong asli Betawi, yang kemudian dikenal dengan sebutan Keroncong Tugu. Di tengah para pemukim Tugu, keroncong memang menemukan bentuk yang khas, dibandingkan dengan kroncong Jawa, dari segi tempo keroncong Tugu lebih cepat dan dinyanyikan lebih bersemangat. Karena itu, keroncong Tugu mudah dipakai untuk mengiringi dansa. Perbedaan lainnya, gitar Tugu lain dari yang lain. Ukurannya lebih kecil dari gitar biasa. Senarnya lima. Dan di kalangan penduduk Tugu, gilar mini ini disebut "jitera" yang dibuat dati batang pohon waru yang dibobok. Di zaman dulu, "empu" jitera yang paling termasyur adalah Leonidas Salomons - kini sudah mendiang.
Jejak-jejak Portugis yang masih terlihat dalam keroncong Tugu, di antaranya ialah lagu lama yang hampir setiap orang Indonesia pernah dilelapkan tidurnya dalam buaian atau gendongan dengan lagu tersebut, yang bernama. "Nina Bobok." Lagu ini pada masa lampau dinyanyikan pula dengan gaya keroncong. Kata "Nina" berasal dari "cilik" alias upik. Dalam zaman penjajahan di sekitar tahun tiga puluhan, penyanyi-penyanyi keroncong yang "ngamen" dari restoran ke restoran di kota Batavia, masih menyanyikan keroncong dengan bahasa Portugis.
"Bastiana, Bastiana
Bastiana minja our
Bastiana lensu
Komigu pinhor
Nang querflce tristo
Ficai concolaad
Com Algum dia mais
La fica djuntead ... "
Artinya:
"Bastiana, Bastiana
Bastiana, mestikaku
Setangan Bastiana
Ada bersamaku sebagai tanda
Jangan bersedih,
Tetapi, senangkan hatimu
Karma tak lama pula,
Kita akan bersatu."
Kertabhumi Negara
Dari blantika keroncong Tugu, tak bisa dilupakan nama Jacobus Quiko, yang pada tahun 1975 menerima piagam penghargaan Gubernur DKI Jakarta. Dialah, sejak 1939, memimpin Orkes Keroncong Tugu yang terbilang unik itu. Bersamanya, dikenal Tante Christina, biduanita yang menerima penghargaan yang sarna setahun sebelumnya. Moresco tentulah "lagu wajib" yang tak bisa dipisahkan dari keroncong Tugu. Moresco asli bercerita tentang seorang perawan Muslim asal Moro, yang kemudian termasyur sebagai penari. Ada sepenggal kuplet Moresco dalam dialek Tugu: Anda-anda na bordi de mare/Mienja korsan nunka contenti/Io buskaja mienja amadal Nunka sabe ela ja undi. Adapun maknanya: Jauh-jauh mengarungi samudra/Hatiku tak pernah ceria/Terus mencari belahan sukma/Tapi kini di manakah dia. Selain Moresco, terdapat sejumlah lagu lain, yaitu: Kafrinyo, Prounga, Jankagalett
Musik keroncong digemari oleh masyarakat Tugu di Jakarta Utara. Jenis musik inilah yang menjadi cikal bakal keroncong asli Betawi, yang kemudian dikenal dengan sebutan Keroncong Tugu. Di tengah para pemukim Tugu, keroncong memang menemukan bentuk yang khas, dibandingkan dengan kroncong Jawa, dari segi tempo keroncong Tugu lebih cepat dan dinyanyikan lebih bersemangat. Karena itu, keroncong Tugu mudah dipakai untuk mengiringi dansa. Perbedaan lainnya, gitar Tugu lain dari yang lain. Ukurannya lebih kecil dari gitar biasa. Senarnya lima. Dan di kalangan penduduk Tugu, gilar mini ini disebut "jitera" yang dibuat dati batang pohon waru yang dibobok. Di zaman dulu, "empu" jitera yang paling termasyur adalah Leonidas Salomons - kini sudah mendiang.
Jejak-jejak Portugis yang masih terlihat dalam keroncong Tugu, di antaranya ialah lagu lama yang hampir setiap orang Indonesia pernah dilelapkan tidurnya dalam buaian atau gendongan dengan lagu tersebut, yang bernama. "Nina Bobok." Lagu ini pada masa lampau dinyanyikan pula dengan gaya keroncong. Kata "Nina" berasal dari "cilik" alias upik. Dalam zaman penjajahan di sekitar tahun tiga puluhan, penyanyi-penyanyi keroncong yang "ngamen" dari restoran ke restoran di kota Batavia, masih menyanyikan keroncong dengan bahasa Portugis.
"Bastiana, Bastiana
Bastiana minja our
Bastiana lensu
Komigu pinhor
Nang querflce tristo
Ficai concolaad
Com Algum dia mais
La fica djuntead ... "
Artinya:
"Bastiana, Bastiana
Bastiana, mestikaku
Setangan Bastiana
Ada bersamaku sebagai tanda
Jangan bersedih,
Tetapi, senangkan hatimu
Karma tak lama pula,
Kita akan bersatu."
Kertabhumi Negara
Dari blantika keroncong Tugu, tak bisa dilupakan nama Jacobus Quiko, yang pada tahun 1975 menerima piagam penghargaan Gubernur DKI Jakarta. Dialah, sejak 1939, memimpin Orkes Keroncong Tugu yang terbilang unik itu. Bersamanya, dikenal Tante Christina, biduanita yang menerima penghargaan yang sarna setahun sebelumnya. Moresco tentulah "lagu wajib" yang tak bisa dipisahkan dari keroncong Tugu. Moresco asli bercerita tentang seorang perawan Muslim asal Moro, yang kemudian termasyur sebagai penari. Ada sepenggal kuplet Moresco dalam dialek Tugu: Anda-anda na bordi de mare/Mienja korsan nunka contenti/Io buskaja mienja amadal Nunka sabe ela ja undi. Adapun maknanya: Jauh-jauh mengarungi samudra/Hatiku tak pernah ceria/Terus mencari belahan sukma/Tapi kini di manakah dia. Selain Moresco, terdapat sejumlah lagu lain, yaitu: Kafrinyo, Prounga, Jankagalett
Diubah oleh ayahziza] 08-02-2013 05:10
0
7K
Kutip
49
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan