Sebelumnya,, Mohon Perhatian untuk tidak terprovokasi dengan judul ane Diatas
Ane Gak bermaksud untuk
Spoiler for Rules( Aturan Komeng):
Sebelum Agan semua Komen di Trit Ane, Ane harap agan baca full trit ane.. Ane gak demen dah ada yg bawa2 agama disini klo komen.. Klo gak suka, tutup trit ane.. + Klo mau komentar yg membangun gan
Spoiler for Intermezzo:
Agan Semua pasti kenal sama Musik
Musik adalah bunyi atau kumpulan bunyi yang berasal dari suara, gesekan, petikan, pukulan kepada suatu benda yang mengasilkan irama.
Musik menghasilkan irama yang dapat membuat seseorang menjadi gembira, sedih, marah, senang, dan bersemangat ketika mendengarnya. Saat ini aliran musik sangat beragam, mulai musik pop, Jazz, Rock, Heavy Metal, Hardcore dll.
Selain itu musik juga sebagai ungkapan doa, rasa syukur Ekspresi seni yaitu salah satunya Musik Liturgi
Spoiler for Apa itu Musik Liturgi:
musik-liturgi itu merupakan doa dan bukan sekedar suatu ekspresi seni yang jadi bahan tontonan. Memang musik-liturgi itu mesti indah dan memenuhi persyaratan-persyaratan seni musik/nyanyian pada umumnya, namun lebih dari itu musik-liturgi mengungkapkan doa manusia beriman. Bahkan musik atau nyanyian-liturgis sebagai doa mempunyai nilai tinggi. Sebab musik-liturgi menggerakkan seluruh diri manusia yang menyanyi atau yang menggunakan alat-alat musik (budi, perasaan-hati, mata, telinga, suara, tangan atau kaki dll). Sekaligus demi harmoni dituntut kurban untuk meninggalkan diri sendiri dan menyesuaikan diri dengan orang lain, dengan tempat, dengan situasi, dengan maksud-tujuan musik/nyanyian liturgis yaitu demi Tuhan dan sesama. Ini memang cocok dengan hakekat dari liturgi sebagai perayaan bersama yang melibatkan banyak orang demi kepentingan umum (kemuliaan Tuhan dan keselamatan manusia, bukan hanya demi diri sendiri). Sumber
Namun Dibalik semua itu, ternyata Musik Liturgi ini tidak aja disenangi, didengar bahkan dipelajari oleh kaum Nasrani, dibalik Indahnya seni dalam Musik Liturgi Kaum yg Non-Nasrani pun ikut menikmati, bahkan mempelajari,mendalami dan bisa mempersatukan sebuah karya seni dari musik ini
Salah Satunya Avip Priatna, konduktor kampiun Indonesia yang menikmati musik Liturgi, meskipun beliau Muslim
Spoiler for Ini dia Pelakunya :
Siapa yang tak kenal Avip Priatna, konduktor kampiun Indonesia? Hidupnya dicurahkan untuk kemajuan dunia paduan suara di negeri ini. Meski Muslim, ia sangat menyukai musik liturgi Gereja Katolik.
Bahkan, ketika bersekolah di sebuah sekolah Katolik di Bogor, ia mendapat nilai tertinggi untuk pelajaran Agama Katolik.
Avip mengatakan, ”Saya tertarik dengan dunia paduan suara sejak masih anak-anak. Ibu saya juga aktif ikut paduan suara di Departemen Pertanian. Kebetulan ayah saya menjadi pegawai negeri di sana, sehingga ibu bisa ikut jadi anggota paduan suaranya.”
Kentalnya nuansa paduan suara makin memberi warna hidupnya karena ia bersekolah di sekolah swasta Katolik. Ia kerap melihat beberapa paduan suara mengiringi Misa dan ikut bernyanyi bersama mereka. ”Saya tumbuh di sekolah yang kultur imannya berbeda dengan yang saya anut,” ujarnya.
Terkait dengan pengalamannya bersekolah di sekolah Katolik, ia menceritakan satu hal yang sampai sekarang masih berkesan dalam hidupnya. ”Waktu saya kelas tiga, saya mendapat nilai tertinggi untuk pelajaran Agama Katolik. Kepala sekolah heran, mengapa saya bisa mendapatkannya, padahal saya ini Muslim,” kisahnya sembari tersenyum.
Ketika menginjak remaja dan harus melanjutkan pendidikan, Fakultas Teknik Jurusan Arsitektur Universitas Katolik Parahyangan Bandung, menjadi pilihannya. Di sini, ketertarikannya pada dunia paduan suara makin tajam. Ia menjadi anggota Paduan Suara Mahasiswa Universitas Katolik Parahyangan.
Hatinya tergugah mencurahkan hidup demi perkembangan paduan suara, karena ia melihat kenyataan, waktu itu paduan suara masih dipandang sebelah mata. “Saat itu, masyarakat masih menganggap, paduan suara baru bisa dipakai untuk acara tujuh belasan dan acara Gereja saja,” ungkapnya.
Avip belajar ilmu paduan suara dan musik pada Profesor Gunther Theuring dan Leopold Hager di Hochschule fur Muzick und Darstellende Kunst Vienna, Austria. Ia lulus pada tahun 1998 dengan predikat memuaskan. Selama di Austria, ia bergabung dengan banyak kelompok kor prestisius dan pernah menjadi asisten konduktor di Wiener Jeunesse Choir.
Di Austria, ia berkenalan dengan musikus-musikus internasional dan kelompok paduan suara dari berbagai negara di belahan Eropa. “Di sana, saya mendapat segalanya yang terbaik. Semua pengetahuan terbaik tentang dunia musik dan paduan suara saya dapatkan di situ. Pada event musik tertentu yang diselenggarakan di Vienna, musisi terbaik Eropa selalu ikut berpartisipasi memberikan karya terbaiknya. Demikian juga dengan kelompok-kelompok paduan suara. Jadi, tidak hanya paduan suara dan musikus lokal yang tampil tapi juga internasional,” ungkapnya.
a melihat, musik liturgi Gereja sebagai sebuah mahakarya komponis luar negeri dan ekspresi seni yang sangat indah dan bagus. “Lagunya keren banget,” celetuknya. Hal ini membuatnya tertarik menggeluti reportoar lagu-lagu klasik yang bernuansa rohani ini. Ketika pulang ke Indonesia, ia membaktikan diri di almamaternya menjadi pelatih Paduan Suara Mahasiswa Universitas Parahyangan.
Terkait hal ini, ada pengalaman unik yang sempat ia alami. “Waktu itu, kami sempat bernyanyi untuk Misa di Gereja Milan Italia. Semua orang terkejut karena paduan suara yang saya pimpin tidak semuanya Katolik. Ada yang Kristen, Buddha, bahkan Muslim. Mereka tidak habis pikir mengapa kami bisa mempelajari lagu ini dan menyanyikannya dengan baik. Banyak media Italia memuat profil kami dan berita tentang kelompok kami tersebar luas di Italia,” kisahnya.
Spoiler for Ini nih kata2 beliau yg ane suka:
Baginya, latar belakang agama yang berbeda bukan jadi alasan seseorang tidak bisa menyanyikan lagu rohani dari agama yang berbeda. “Musik bisa mempersatukan semua dan mengatasi sekat-sekat perbedaan yang ada. Entah itu agama, usia, pekerjaan, jenis kelamin. Musik itu universal dan dapat dinikmati semua orang tanpa harus memikirkan identitas yang ia punyai,” tegasnya.
Bahkan, ia tidak keberatan jika diminta melatih paduan suara Gereja Katolik. Avip pernah didapuk melatih beberapa kelompok paduan suara Gereja. “Semuanya saya lakukan dengan profesional. Niat saya satu, memajukan dan mengembangkan dunia paduan suara di Indonesia,” tambahnya
Beliau menekankan bahwa Musik itu tidak menghalangi niat seseorang baik sekalipun orang tersebut berbeda agamanya. Bahkan kata2 beliau diatas "memajukan dan mengembangkan dunia paduan suara di Indonesia" dengan profesional ini yg ane bikin salut dan bangga dengan beliau Sumber
Oke sekian dulu trit Ane,, Ane harap wawasan agan bertambah.. tidak hanya berada pada satu sudut pandang saja, tetapi lebih meluas.. Terutama dalam bidang musik..
Ane gak ngarep ,, ane cuma ngarep Agan baca aja..
Klo gak suka dngan trit Ane, ane jangan ditimpuk , cukup agan tutup trit Ane ini..
Hidup berbagi itu indah gan