- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
ASAL MUASAL GOYANG KARAWANG


TS
komtung
ASAL MUASAL GOYANG KARAWANG
GAN, SEBAGAI ASLI WARGA KARAWANG ANE MAU SEDIKIT BERBAGI SEJARAH ASAL MULA YANG JADI CIRI KHAS DARI KARAWANG, YAITU :

CEKOBROOOOT NIH GAN
NAH GITU GAN....
DAN JANGAN LUPA GAN UNTUK
ATAU
TAPI JANGAN 
HATUR NUHUN.... SAMLEKOM....

GOYANG KARAWANG
Spoiler for GOYANG:

Spoiler for GOYANG LAGI:

CEKOBROOOOT NIH GAN

Spoiler for "SEJARAHNYA":
System produksi pertanian dan asal mula istilah goyang karawang[/B]
Tentu saja Pertanian Karawang pada masa-masa itu masih sangat tradisional. Tradisional di sini bisa kita lihat dari cara dan alat-alat produksinya yang sangat sederhana tanpa kehadiran mesin produksi seperti traktor dan mesin penggilingan padi yang saat ini sudah banyak dipergunakan.
Agar lebih mendekatkan pencarian istilah goyang karawang, terlebih dulu saya akan paparkan proses produksi bertani pada waktu itu. Proses produksi yang dilakukan pertama kali adalah merendam benih (varietas) pilihan yang akan ditanam (selama kurang lebih satu minggu). Kegiatan ini sejalan dengan pengolahan tanah dan pembuatan persemaian, setelah itu melakukan penyemaian selama 21 hari, lalu proses berikutnya adalah menanam (tandur) setelah selesai tandur baru memasuki fase perawatan (ngoyos/ngarambet dan pemberian pupuk alami) dan setelahnya tinggal menunggu panen.
Saat panen, setelah padi di petik dan lalu dijemur proses selanjutnya yaitu menumbuk padi yang sudah kering hingga menjadi beras. Pada proses akhir inilah yang menurut saya penting untuk kembali saya urai detail.
Dalam menumbuk padi agar sampai menjadi beras, waktu itu masyarakat menggunakan alat alu dan lesung. Biasanya kaum perempuan yang mengerjakan proses ini secara bersama-sama/kolektif. Dalam proses pemisahan antara beras dan gabah setelah ditumbuk di sebut nginter (b.sunda) yaitu sebuah gerakan tubuh perempuan pada posisi berdiri sambil menggerak-gerakan nyiru (alat untuk menampi yang terbuat dari anyaman bambu), berisi kira-kira 90% beras dan 10% gabah (pada fase ini gabah tersebut dengan distilahkan khusus menjadi serah) dengan maksud biji yang masih berbentuk gabah/serah terpusat di tengah nyiru lalu biji gabah/serah yang sudah terpusat di tengah nyiru tersebut di (rawu/diambil dengan kedua telapak tangan) dan dipisahkannya dari biji beras untuk kemudian ditumbuk kembali. Nah, dalam proses nginter ini lah (terdapat gaya sentrifugal/berlawanan arah) ketika kedua tangan menggerakan nyiru berputar kearak kiri maka secara otomatis tubuh berputar tetap ke arah kanan, dengan tubuh sedikit condong kedepan maka tampak sekali pinggul bergoyang secara kontinyu.
Kebiasaan lainnya pada saat perempuan-perempuan desa menyelesaikan pekerjaan penumbukan, mereka melakukan pemukulan lesung dengan alu masing-masing secara teratur dan berirama sehingga mengeluarkan suara yang enak di dengar sambil sebagian dari mereka melagukan kawih-kawih sunda dan sebagian menari (mungkin ini salah satu seni musik dan kawih/lagu yang dilahirkan oleh kegiatan produksi).
Karena yang demikian itu merupakan pekerjaan produksi yang menjadi bagian dari proses kehidupan manusia, maka gerakan goyang yang misterius kesejarahannya tersebut berlangsung setiap saat dimanapun kaum perempuan tani berada.
Kegiatan tersebut tak hanya dilakukan oleh perempuan tua, melainkan dilakukan pula oleh gadis-gadis desa dimasa itu di Karawang (sekarang kabupaten) dan karawang yang sekarang sudah menjadi kabupaten Purwakarta dan Subang
Barulah kemudian di era yang tengah terjajah tersebut, laki-laki biadab (tuan tanah/hulubalang kerajaan/serdadu penjajah) meyakini atau lebih tepatnya mengasumsikan bahwa perempuan-perempuan Karawang memiliki kelebihan tersendiri yaitu goyangan pinggulnya, tentu saja yang mengisi kepala mereka adalah nafsu sahwat yang tak terkendali. Dengan segenap kekuatan/kekuasaan/bahkan senjata mereka dengan sangat mudah mengambil gadis-gadis desa tersebut sebagai pengganti tebusan utang (rente) yang tak terbayar oleh bapak-bapak mereka, lalu dijadikannya pelayan nafsu durjana mereka, bahkan tak jarang pemerkosaan dilakukannya.
Seiring perjalanan waktu, terdapat penyatuan dan serapan budaya seni jaipong (yang konon berasal dari bandung) dalam kehidupan masyarakat karawang dimana masyarakat pun sudah mengenal seni tarik suara, musik dan tarian di tengah kegiatan produksi pertanian masih menghisap penuh dengan kegetiran sertamenghambakan banyak kaum buruh tani.
Dengan demikian, menurut saya untuk mengetahui seluk beluk goyang karawang pada esensinya bukan terletak pada ruang dan titimangsa, pelaku sejarah, kapan dan dimana mulai muncul nama goyang karawang. Akan tetapi terdapatnya kandungan pesan tentang sejarah goyang karawang ditengah kegigihan nenek kakek kita dalam mempertahankan hidup, serta hak-haknya yang dirampas penguasa feudal (tuan tanah) hingga kepedihan itu berlanjut ke masa penjajahan berikut perlawanan rakyatnya (baca : Prasasti Rawagede) juga kemiskinan para petani dan kaum perempuan dibawah patriarchal. Jadi kesimpulannya adalah goyang karawang bukan seni budaya hedonis yang mendegradasi derajat kaum perempuan, melainkan seni budaya kolektif/gotong royong yang tumbuh pada perjuangan kemerdekaan.
Tentu saja Pertanian Karawang pada masa-masa itu masih sangat tradisional. Tradisional di sini bisa kita lihat dari cara dan alat-alat produksinya yang sangat sederhana tanpa kehadiran mesin produksi seperti traktor dan mesin penggilingan padi yang saat ini sudah banyak dipergunakan.
Agar lebih mendekatkan pencarian istilah goyang karawang, terlebih dulu saya akan paparkan proses produksi bertani pada waktu itu. Proses produksi yang dilakukan pertama kali adalah merendam benih (varietas) pilihan yang akan ditanam (selama kurang lebih satu minggu). Kegiatan ini sejalan dengan pengolahan tanah dan pembuatan persemaian, setelah itu melakukan penyemaian selama 21 hari, lalu proses berikutnya adalah menanam (tandur) setelah selesai tandur baru memasuki fase perawatan (ngoyos/ngarambet dan pemberian pupuk alami) dan setelahnya tinggal menunggu panen.
Saat panen, setelah padi di petik dan lalu dijemur proses selanjutnya yaitu menumbuk padi yang sudah kering hingga menjadi beras. Pada proses akhir inilah yang menurut saya penting untuk kembali saya urai detail.
Dalam menumbuk padi agar sampai menjadi beras, waktu itu masyarakat menggunakan alat alu dan lesung. Biasanya kaum perempuan yang mengerjakan proses ini secara bersama-sama/kolektif. Dalam proses pemisahan antara beras dan gabah setelah ditumbuk di sebut nginter (b.sunda) yaitu sebuah gerakan tubuh perempuan pada posisi berdiri sambil menggerak-gerakan nyiru (alat untuk menampi yang terbuat dari anyaman bambu), berisi kira-kira 90% beras dan 10% gabah (pada fase ini gabah tersebut dengan distilahkan khusus menjadi serah) dengan maksud biji yang masih berbentuk gabah/serah terpusat di tengah nyiru lalu biji gabah/serah yang sudah terpusat di tengah nyiru tersebut di (rawu/diambil dengan kedua telapak tangan) dan dipisahkannya dari biji beras untuk kemudian ditumbuk kembali. Nah, dalam proses nginter ini lah (terdapat gaya sentrifugal/berlawanan arah) ketika kedua tangan menggerakan nyiru berputar kearak kiri maka secara otomatis tubuh berputar tetap ke arah kanan, dengan tubuh sedikit condong kedepan maka tampak sekali pinggul bergoyang secara kontinyu.
Kebiasaan lainnya pada saat perempuan-perempuan desa menyelesaikan pekerjaan penumbukan, mereka melakukan pemukulan lesung dengan alu masing-masing secara teratur dan berirama sehingga mengeluarkan suara yang enak di dengar sambil sebagian dari mereka melagukan kawih-kawih sunda dan sebagian menari (mungkin ini salah satu seni musik dan kawih/lagu yang dilahirkan oleh kegiatan produksi).
Karena yang demikian itu merupakan pekerjaan produksi yang menjadi bagian dari proses kehidupan manusia, maka gerakan goyang yang misterius kesejarahannya tersebut berlangsung setiap saat dimanapun kaum perempuan tani berada.
Kegiatan tersebut tak hanya dilakukan oleh perempuan tua, melainkan dilakukan pula oleh gadis-gadis desa dimasa itu di Karawang (sekarang kabupaten) dan karawang yang sekarang sudah menjadi kabupaten Purwakarta dan Subang
Barulah kemudian di era yang tengah terjajah tersebut, laki-laki biadab (tuan tanah/hulubalang kerajaan/serdadu penjajah) meyakini atau lebih tepatnya mengasumsikan bahwa perempuan-perempuan Karawang memiliki kelebihan tersendiri yaitu goyangan pinggulnya, tentu saja yang mengisi kepala mereka adalah nafsu sahwat yang tak terkendali. Dengan segenap kekuatan/kekuasaan/bahkan senjata mereka dengan sangat mudah mengambil gadis-gadis desa tersebut sebagai pengganti tebusan utang (rente) yang tak terbayar oleh bapak-bapak mereka, lalu dijadikannya pelayan nafsu durjana mereka, bahkan tak jarang pemerkosaan dilakukannya.
Seiring perjalanan waktu, terdapat penyatuan dan serapan budaya seni jaipong (yang konon berasal dari bandung) dalam kehidupan masyarakat karawang dimana masyarakat pun sudah mengenal seni tarik suara, musik dan tarian di tengah kegiatan produksi pertanian masih menghisap penuh dengan kegetiran sertamenghambakan banyak kaum buruh tani.
Dengan demikian, menurut saya untuk mengetahui seluk beluk goyang karawang pada esensinya bukan terletak pada ruang dan titimangsa, pelaku sejarah, kapan dan dimana mulai muncul nama goyang karawang. Akan tetapi terdapatnya kandungan pesan tentang sejarah goyang karawang ditengah kegigihan nenek kakek kita dalam mempertahankan hidup, serta hak-haknya yang dirampas penguasa feudal (tuan tanah) hingga kepedihan itu berlanjut ke masa penjajahan berikut perlawanan rakyatnya (baca : Prasasti Rawagede) juga kemiskinan para petani dan kaum perempuan dibawah patriarchal. Jadi kesimpulannya adalah goyang karawang bukan seni budaya hedonis yang mendegradasi derajat kaum perempuan, melainkan seni budaya kolektif/gotong royong yang tumbuh pada perjuangan kemerdekaan.
NAH GITU GAN....

Spoiler for SUMBER:
Spoiler for :
[B]JADI MARI KITA LESTARIKAN BUDAYA INDONESIA, KHUSUSNYAKARAWANG



DAN JANGAN LUPA GAN UNTUK



HATUR NUHUN.... SAMLEKOM....

Diubah oleh komtung 08-02-2013 01:42
0
19.1K
Kutip
29
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan