- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
UFC tayang lagi


TS
anakkemis
UFC tayang lagi
gan malem ini ada yang liat UFC di Rct! ga? bukanya dulu pernah di blok ya?
itu sadis banget ampe ada yang berdarah pula..
UFC:
pro dan kontra tentang UFC saat di TPI
itu sadis banget ampe ada yang berdarah pula..

UFC:
Spoiler for pict:

Spoiler for pict:

pro dan kontra tentang UFC saat di TPI
Spoiler for isi:
UFC dan Pride di TPI bukan Momok
Bagi pemirsa setia Televisi Pendidikan Indonesia (TPI), Ultimate Fighting Championship (UFC) yang biasa digelar di AS dan Pride di Jepang bukan sesuatu hal yang asing dan menakutkan. Pasalnya, kedua event bela diri itu secara rutin dalam seminggu dua kali ditayangkan di stasiun televisi yang bermarkas di Pondok Gede, Jakarta Timur itu. Di satu sisi, ada sebagian kalangan menilai acara tersebut bisa berdampak negatif bagi anak-anak. Di sisi lain, banyak yang mendukungnya, karena dapat menumbukan jiwa sportif bagi anak-anak.
Para penggemar acara ini tentu tak menyia-nyiakan acara ini. Ultimate Fighting Championship ditayangkan tiap Minggu malam, sementara Pride disiarkan Jumat malam. Kedua tayangan adu jago bela diri itu mendapat sambutan hangat dari masyarakat terutama, bagi mereka yang menggeluti olah raga bela diri seperti judo, ju jitsu, karate, gulat, dan kempo. Antara UFC dan Pride itu sendiri sesungguhnya tak ada perbedaan yang mencolok. Hanya, para petarung di UFC harus melalui babak penyisihan dulu sebelum ke final. Sementara Pride mempertemukan para juara, sehingga ada yang menilai gengsinya lebih tinggi daripada Ultimate Fighting Championship (UFC).
Menurut Produser Olah Raga TPI Detty Indra dalam wawancara khusus dengan Bali Post di kantornya belum lama ini, sejak kedua event itu ditayangkan di TPI memang banyak menimbulkan pro-kontra. Artinya banyak yang menggemarinya. Namun, tak sedikit pula yang mengumpatnya.
Untuk menetralisasi pihak-pihak yang kurang berkenan dengan tayangan kekerasan seperti itu, Detty punya alasan yang cukup bijak. Dijelaskannya, pertarungan di UFC dan Pride sesungguhnya tidak menonjolkan kekerasan, sehingga tak perlu ditakutkan. Meskipun terkesan tarung bebas, baik UFC maupun Pride tetap dibatasi oleh aturan main yang jelas dan tegas. Dalam pertarungan tersebut ada sikap sportif dari masing-masing petarung.
Ia mengatakan, aturan-aturan itu mencakup berbagai hal. Misalnya para petarung tidak diperkenankan memukul bagian alat vital (kelamin dan mata). Sebagai informasi saja, di AS, UFC memang tampak keras dan buas, akan tetapi tidak pernah ada peserta yang pingsan, apalagi sampai meninggal.
Peserta yang tidak bisa mempertahankan penampilannya (baca kekuatannya-red) dapat melakukan tap out atau menepuk tangan di atas matras. Di situlah tim dokter dan wasit yang sangat cekatan segera menghentikan pertarungan tersebut. Dibanding dengan olah raga tinju, baik yang kategori amatir maupun professional, kata Detty, sebetulnya tingkat risiko bahayanya jauh lebih tinggi ketimbang duel di UFC dan Pride.
Soalnya di tinju, hanya mengenal satu sasaran yaitu memukul kepala sehingga kerapkali kita dengar banyak petinju yang meninggal dunia akibat benturan keras. Di UFC sendiri sejak diperkenalkan 1993 di AS, kini sudah bebas disiarkan ke 40 negara dalam setiap pekan termasuk Indonesia. Sementara Pride, walaupun baru diperkenalkan tahun 1997 di Jepang, jangkauan siarannya juga tak kalah banyak. Konon dalam data terakhir yang dikirim oleh pihak Pride Jepang, sudah merambah ke 32 negara juga termasuk Indonesia.
Bercermin dari makin berkembangnya penggemar UFC dan Pride ini, TPI kemudian termotivasi untuk menggelar duel antarjago bela diri Indonesia dengan nama Ultimate TPI Fighting Champinship. Menurut pengakui Detty, direncanakan UFC TPI ini akan digelar Juni 2002 mendatang. Diperkirakan sekitar 200 atau 300 peserta yang ambil bagian dalam event ini.
Ia mengatakan, mengingat ini merupakan event perdana di Indonesia maka pihak TPI pun agak sedikit selektif dalam menentukan kelayakan seorang peserta. Yang paling utama, kata Detty, para peserta itu memiliki dasar bela diri yang kuat. ''Makanya kami prioritaskan bagi para mantan atlet bela diri seperti judo, karate, taekwondo, kempo, gulat dan wushu,'' kata produser olah raga TPI ini.
Kenapa dibatasi hanya mereka yang mantan atlet bela diri? Menurut Detty Indra, pada prinsipnya mereka tak ingin mengganggu para atlet bela diri berprestasi, terutama mereka yang statusnya atlet nasional. Untuk yang satu ini, jelas kami tidak bisa menerima mereka untuk bertarung dalam UFC versi TPI nanti. Terkecuali mereka yang akan bertarung itu sudah resmi keluar dari status sebagai atlet nasional.
Untuk UFC versi TPI ini, para pesertanya tidak diperkenankan membela cabang olah raga yang digelutinya, misalya karate, judo, tinju, gulat, taekwondo, wushu dan ju jitsu. Mereka hanya diperkenankan membawa nama klub tempat dia berlatih atau mewakili pribadi.
Prinsipnya, lanjut Detty, UFC versi TPI ini menampung para mantan atlet nasional yang sudah tidak berprestasi lagi. Daripada mereka nganggur, event inilah sebagai wadahnya terutama dalam menambah penghasilan sehari-hari. Sebab, UFC versi TPI ini juga menyediakan hadiah uang untuk para pemenang. Namun, Detty belum mau membeberkan berapa jumlah hadiah uang yang akan diterima para pemenang itu. Yang jelas, katanya, jumlahnya hampir sama besarnya kalau mereka menerima bonus ketika merebut medali emas di kegiatan mutli event seperti SEA Games dan Asian Games.
Khusus untuk UFC versi TPI ini, seperti dituturkan Detty, telah dibentuk tim khusus yang menyiapkan dan menyusun aturan mainnya. Mereka ini terdiri atas orang-orang yang berpengalaman di olah raga bela diri masing-masing. Akan tetapi, aturannya tetap mengacu pada peraturan baru UFC versi AS seperti tidak boleh menyerang kemaluan, membenturkan kepala ke arah lawan, menendang kepala lawan yang sudah tak berdaya, melemparkan lawan sampai ke luar arena dan menggunakan sikut untuk mencederai lawan.
Menurut rencana, UFC versi TPI ini akan mempertandingkan dua kelas di bawah 80 kg dan 80 kg plus. Sementara UFC di AS mempertandingkan sembilan kelas yakni terbang, bantam, bulu, ringan, welter, menengah, berat ringan, berat dan super berat.
Obsesi TPI ke depan adalah tayangan Ultimate dan Pride ini mampu menjadi industri olah raga sehingga dapat menciptakan lapangan pekerjaan baru bagi mereka yang benar-benar petarung sejati. Daripada tawuran di luar yang tak ada manfaatnya, lebih baik mereka kita arahkan ke Ultimate, selain namanya makin tenar, pundi-pundi uang pun sudah pasti akan mengalir.
sumber
Bagi pemirsa setia Televisi Pendidikan Indonesia (TPI), Ultimate Fighting Championship (UFC) yang biasa digelar di AS dan Pride di Jepang bukan sesuatu hal yang asing dan menakutkan. Pasalnya, kedua event bela diri itu secara rutin dalam seminggu dua kali ditayangkan di stasiun televisi yang bermarkas di Pondok Gede, Jakarta Timur itu. Di satu sisi, ada sebagian kalangan menilai acara tersebut bisa berdampak negatif bagi anak-anak. Di sisi lain, banyak yang mendukungnya, karena dapat menumbukan jiwa sportif bagi anak-anak.
Para penggemar acara ini tentu tak menyia-nyiakan acara ini. Ultimate Fighting Championship ditayangkan tiap Minggu malam, sementara Pride disiarkan Jumat malam. Kedua tayangan adu jago bela diri itu mendapat sambutan hangat dari masyarakat terutama, bagi mereka yang menggeluti olah raga bela diri seperti judo, ju jitsu, karate, gulat, dan kempo. Antara UFC dan Pride itu sendiri sesungguhnya tak ada perbedaan yang mencolok. Hanya, para petarung di UFC harus melalui babak penyisihan dulu sebelum ke final. Sementara Pride mempertemukan para juara, sehingga ada yang menilai gengsinya lebih tinggi daripada Ultimate Fighting Championship (UFC).
Menurut Produser Olah Raga TPI Detty Indra dalam wawancara khusus dengan Bali Post di kantornya belum lama ini, sejak kedua event itu ditayangkan di TPI memang banyak menimbulkan pro-kontra. Artinya banyak yang menggemarinya. Namun, tak sedikit pula yang mengumpatnya.
Untuk menetralisasi pihak-pihak yang kurang berkenan dengan tayangan kekerasan seperti itu, Detty punya alasan yang cukup bijak. Dijelaskannya, pertarungan di UFC dan Pride sesungguhnya tidak menonjolkan kekerasan, sehingga tak perlu ditakutkan. Meskipun terkesan tarung bebas, baik UFC maupun Pride tetap dibatasi oleh aturan main yang jelas dan tegas. Dalam pertarungan tersebut ada sikap sportif dari masing-masing petarung.
Ia mengatakan, aturan-aturan itu mencakup berbagai hal. Misalnya para petarung tidak diperkenankan memukul bagian alat vital (kelamin dan mata). Sebagai informasi saja, di AS, UFC memang tampak keras dan buas, akan tetapi tidak pernah ada peserta yang pingsan, apalagi sampai meninggal.
Peserta yang tidak bisa mempertahankan penampilannya (baca kekuatannya-red) dapat melakukan tap out atau menepuk tangan di atas matras. Di situlah tim dokter dan wasit yang sangat cekatan segera menghentikan pertarungan tersebut. Dibanding dengan olah raga tinju, baik yang kategori amatir maupun professional, kata Detty, sebetulnya tingkat risiko bahayanya jauh lebih tinggi ketimbang duel di UFC dan Pride.
Soalnya di tinju, hanya mengenal satu sasaran yaitu memukul kepala sehingga kerapkali kita dengar banyak petinju yang meninggal dunia akibat benturan keras. Di UFC sendiri sejak diperkenalkan 1993 di AS, kini sudah bebas disiarkan ke 40 negara dalam setiap pekan termasuk Indonesia. Sementara Pride, walaupun baru diperkenalkan tahun 1997 di Jepang, jangkauan siarannya juga tak kalah banyak. Konon dalam data terakhir yang dikirim oleh pihak Pride Jepang, sudah merambah ke 32 negara juga termasuk Indonesia.
Bercermin dari makin berkembangnya penggemar UFC dan Pride ini, TPI kemudian termotivasi untuk menggelar duel antarjago bela diri Indonesia dengan nama Ultimate TPI Fighting Champinship. Menurut pengakui Detty, direncanakan UFC TPI ini akan digelar Juni 2002 mendatang. Diperkirakan sekitar 200 atau 300 peserta yang ambil bagian dalam event ini.
Ia mengatakan, mengingat ini merupakan event perdana di Indonesia maka pihak TPI pun agak sedikit selektif dalam menentukan kelayakan seorang peserta. Yang paling utama, kata Detty, para peserta itu memiliki dasar bela diri yang kuat. ''Makanya kami prioritaskan bagi para mantan atlet bela diri seperti judo, karate, taekwondo, kempo, gulat dan wushu,'' kata produser olah raga TPI ini.
Kenapa dibatasi hanya mereka yang mantan atlet bela diri? Menurut Detty Indra, pada prinsipnya mereka tak ingin mengganggu para atlet bela diri berprestasi, terutama mereka yang statusnya atlet nasional. Untuk yang satu ini, jelas kami tidak bisa menerima mereka untuk bertarung dalam UFC versi TPI nanti. Terkecuali mereka yang akan bertarung itu sudah resmi keluar dari status sebagai atlet nasional.
Untuk UFC versi TPI ini, para pesertanya tidak diperkenankan membela cabang olah raga yang digelutinya, misalya karate, judo, tinju, gulat, taekwondo, wushu dan ju jitsu. Mereka hanya diperkenankan membawa nama klub tempat dia berlatih atau mewakili pribadi.
Prinsipnya, lanjut Detty, UFC versi TPI ini menampung para mantan atlet nasional yang sudah tidak berprestasi lagi. Daripada mereka nganggur, event inilah sebagai wadahnya terutama dalam menambah penghasilan sehari-hari. Sebab, UFC versi TPI ini juga menyediakan hadiah uang untuk para pemenang. Namun, Detty belum mau membeberkan berapa jumlah hadiah uang yang akan diterima para pemenang itu. Yang jelas, katanya, jumlahnya hampir sama besarnya kalau mereka menerima bonus ketika merebut medali emas di kegiatan mutli event seperti SEA Games dan Asian Games.
Khusus untuk UFC versi TPI ini, seperti dituturkan Detty, telah dibentuk tim khusus yang menyiapkan dan menyusun aturan mainnya. Mereka ini terdiri atas orang-orang yang berpengalaman di olah raga bela diri masing-masing. Akan tetapi, aturannya tetap mengacu pada peraturan baru UFC versi AS seperti tidak boleh menyerang kemaluan, membenturkan kepala ke arah lawan, menendang kepala lawan yang sudah tak berdaya, melemparkan lawan sampai ke luar arena dan menggunakan sikut untuk mencederai lawan.
Menurut rencana, UFC versi TPI ini akan mempertandingkan dua kelas di bawah 80 kg dan 80 kg plus. Sementara UFC di AS mempertandingkan sembilan kelas yakni terbang, bantam, bulu, ringan, welter, menengah, berat ringan, berat dan super berat.
Obsesi TPI ke depan adalah tayangan Ultimate dan Pride ini mampu menjadi industri olah raga sehingga dapat menciptakan lapangan pekerjaan baru bagi mereka yang benar-benar petarung sejati. Daripada tawuran di luar yang tak ada manfaatnya, lebih baik mereka kita arahkan ke Ultimate, selain namanya makin tenar, pundi-pundi uang pun sudah pasti akan mengalir.
sumber
Diubah oleh anakkemis 08-02-2013 00:26
0
7K
Kutip
61
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan