Kaskus

Story

kupipancongAvatar border
TS
kupipancong
Bersahabat Dengan Hati
Dengan mata terkantuk-kantuk kucoba tetap terjaga. “15 menit lagi, ah!” bisikku dalam hati. Kutatap kembali layar monitor, ditemani tumpukan buku tebal, segelas kopi pahit yang telah dingin entah sejak kapan dan nyamuk-nyamuk binal yang sedari tadi tak henti menggoda dengan celotehan dan gigitan nakalnya. Proposal thesis ini mesti segera selesai karena sudah seminggu berlalu sejak surat penunjukan dosen pembimbing kuterima dari staf prodi menor dan lebay itu.

Jam dinding di ruang tengah baru saja berdentang, pertanda sudah lewat tengah malam ketika terdengar derit pintu perlahan. Bidadari itu tiba-tiba muncul menatapku, “Belom tidur, Bang…?” bisiknya perlahan. “Ntar lagi juga kelar, Dinda!” Jari-jemari halus kecil itu pun melingkari leherku, terdengar desahan nafas lembut harum di telingaku sembari bibir itu mengecup lembut ubun-ubunku dengan penuh rasa cinta. “Abang harus jaga kesehatan juga, dong! Ini sudah larut. Kalau emang hampir siap ya sudah, Bunda cuma mo bilang selamat ultah ya. Semoga Ayah diberkati usianya oleh Allah.”

Kata-kata lembut penuh perasaan itu seolah guyuran es yang menyejukkan didadaku. Sejumput syukur terasa melabuhi hati ini. Dahaga yang tak terkira seolah terpuaskan oleh samudera luapan rasa cinta. Betapa hati ini berbinar bercahaya ditengah kegalauan yang melanda. “Makasih, Bunda. I love you.”

Padahal, beberapa saat yang lalu hati ini masih goyah. Ingin berontak dan coba membunuhnya dengan segudang kesibukan. Beberapa hari yang lalu aku masih bertanya-tanya pada hati ini, “Apa sih yang kau inginkan? Apa maumu? Apa yang harus kulakukan untukmu?” Ah, betapa sering hati ini merasa sedih tanpa tahu alasannya, merasa asing di tengah keramaian dan kehangatan keluarga, merasa bosan di tengah kemudahan, merasa terancam diantara banyak teman.

Akhirnya dalam kegamangan hati kulihat ada setitik lentera. Dalam titik lentera itu ada ruang luas benderang. Sekarang aku tahu mesti bagaimana. Aku hanya perlu bersahabat dengan hati. Merawatnya dengan syukur, menjaganya dari maksiat. Tidak hanyut dalam kegelisahan karena ketenangan itu telah kuketahui sumbernya. Dan tidak tenggelam dalam kekecewaan karena kepuasan itu tidak pernah berujung semasa hidup di dunia. Benar kata bijak orang-orang yang bijaksana, dimana hati terasa tenang, damai dan tercukupi, itulah keluarga, disitulah rumah kita.

Semoga hati ini selalu bercahaya.

Ya Allah, benar sungguh Engkau begitu Pengasih dan Penyayang.

Note: Untuk Isteri dan Anak-anakku tersayang.
anasabilaAvatar border
anasabila memberi reputasi
1
650
3
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan